Jangan lupa bintangnya 🌟
Bab 30-an ini mulai panjang-panjang ceritanya.
Semoga suka 🤗
Happy Reading ^^
***Angin sepoi-sepoi menerbangkan sebagian rambut hitam legamnya. Warna hijau dari sebagian tanaman yang dirawat dengan baik oleh Ibu, ditambah dengan warna-warni bunga yang mulai bermunculan. Terasa segar setiap saat. Itulah mengapa Azura memilih teras sebagai salah satu tempat favoritnya selain kamar.
Sebuah novel karya Andrea Hirata menemani waktu santainya. Bagi Azura, tidak ada yang bisa mengalahkan imajinasi setiap individu tentang sebuah karya sastra, sekali pun sudah digambarkan lewat film. Hal ini yang mendasari Azura sangat mencintai karya sastra dalam bentuk novel. Ia rela menghabiskan segala waktunya untuk menamatkan buku setebal 500 halaman.
Berbeda dengan Nadira yang lebih memilih menonton series Korea dibanding membaca novel setebal 100 halaman. Meskipun tumpukan buku terdapat di setiap sudut ruangan, Nadira tetap saja malas untuk membaca salah satunya.
Suara nyaring dari besi yang saling bertubrukan menghentikan imajinasi Azura. Sontak ia melihat ke arah pagar. Seseorang sedang mencoba memberitahu penghuni rumah bahwa ia ingin bertamu.
Azura beranjak dari posisi ternyamannya. "Tamu nggak tau waktu banget ya, lagi asik baca malah datang," gerutunya.
Terdengar lagi suara ketukan pagar besi dan suara laki-laki mengucap salam. Sukses membuat Azura berteriak, "Waalaikumsalam. Iya, sebentar!"
"Ini tamu kagak sabaran banget dah," gerutunya lagi dengan suara pelan.
Dengan wajah kesal yang berusaha ditutupi ia membuka gerbang untuk si tamu tak sabaran itu. Davi berdiri dengan senyum yang bersarang di bibirnya.
"Assalamualaikum Azura, siang-siang masih manis aja senyumnya. Haha." Davi tertawa tanpa rasa bersalah.
Azura memejamkan mata kesal. "Huh. Waalaikumsalam. Gombal mulu tiap hari. Belajar dari mana, sih?"
"Rafka, lah," jawab Davi santai yang hanya dijawab 'oh' pendek dari Azura.
"Besok-besok kalau jadi tamu tu sabar dikit. Mau masuk, nggak? Di sini aja ya, bentar doang, 'kan." Azura mengajukan pertanyaan, tetapi ia juga yang menjawabnya.
"Kok tau sih aku cuma bentar. Udah jadi cenayang ya, Ra?"
"Heem, cenayang ntar kamu sama Sita bakal nikah." Azura tertawa kecil.
"Ngomong-ngomong soal nikah, aku ada undangan." Davi menyerahkan selembar kertas dipenuhi tulisan dan sebuah gambar tenda di pojok kanan atas.
Azura memperhatikan undangan itu lamat-lamat. Membolak-balikannya tanpa membaca. "Undangan nikah sama Sita, nih?"
Davi tersipu, meskipun dengan cepat ia menguasai diri. "Kalau itu doain aja. Undangan camp. Wajib ikut, Ra. Ada Sita juga kok."
"Elah, nge-camp aja pakai undangan begini. Kurang kerjaan banget," ledek Azura. "Aku nggak ikut deh, jadi obat nyamuk nanti di sana. Apa-apa sendirian, keliatan jomlo banget dah."
"Harus ikut, Ra. Nggak bakal jomlo kok di sana. Janji deh." Davi agak panik dengan penolakan Azura.
"Emang ajak siapa lagi? Rafka? Katanya Elina lagi balik dari Bali, mana bisa dia jalan-jalan," cicit Azura skeptis.
Davi terkekeh. "Masih cemburu nih kalau Rafka pacaran sama Elina?"
Azura mendelik sesaat mendengar kata 'pacaran'. "Apalagi udah pacaran, 'kan? Pasti nempel ke mana-mana. Udah ah, Dav. Aku nggak ikut, ya. Kalian berdua aja. Anggap lagi nge-date."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung (R)asa
Teen Fiction[Follow dulu yuk. Jangan lupa vote di tiap babnya 🌟] Terjebak dalam hubungan tanpa status. Sebatas teman, tetapi saling mencintai. Tentu menimbulkan banyak gejolak. Harapan yang terkadang semu dan tak kuasa untuk menampiknya. Ketika status mulai di...