Bab 4

251 188 315
                                    

Mumpung lagi semangat dan belum banyak kegiatan. aku putuskan untuk up lagi hari ini. yeeeyy.🎉🎆

Eitss. jangan lupa klik bintangnya

Happy Reading :)

***

Di atas kasur ukuran 200x120 Azura merebahkan tubuhnya. Hari Sabtu, waktu untuk bermalas-malasan. Rona bahagia masih tercetak di wajahnya. Apa lagi kalau bukan karena Rafka. Azura selalu malu jika memikirkannya, tetapi wajah dengan bibir yang mengulas senyum itu selalu memenuhi otaknya. Bahkan, semalam wajah itu sempat mampir di mimpinya.

"Haduh, ini anak perawan jam segini belum keluar kamar juga." Terdengar suara Ibu dari luar kamar.

Pasti Nadira, nih, batin Azura.

"Azura, bangun! Udah siang. Bantu Ibu bersih-bersih. Adiknya udah bangun masa kakaknya masih teler di kamar." Ibu mengetuk pintu kamar Azura.

"Iya, Bu. Zura udah bangun dari tadi," jawab Azura. Tubuhnya masih tidak ingin pergi meninggalkan kasur. "Lima menit lagi, Bu."

Tidak ada sahutan lagi dari Ibu. Mungkin sudah ke dapur menaruh belanjaannya. Azura mengecek ponsel. Tampak notifikasi WhatsApp dari Rasita.

Rasita Luph

Kangen choco mint. Choctime, kuy!

Kuy lah. Jam 10-an.

Setelah membalas pesan, Azura segera keluar kamar. Baru membuka pintu, ia sudah disambut dengan Nadira yang berdiri membawa sapu dan menyengir kuda.

"Kamu 'kan yang ngadu ke ibu, Mbak belum bangun?" tanya Azura seraya menuding adiknya.

"Hehe." Nadira menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Habisnya pagi-pagi aku dah disuruh ini-itu. Mbak malah masih di kamar. Nggak adil tau."

"Yee ..., siapa suruh bangun kepagian."

"Tau ah. Mbak ngepel," ucap Nadira sambil menyapu persis di depan Azura.

"Lha kamu ngapain?"

"Aku nyapu di depan Mbak gini masih ditanya, ngapain," sewot Nadira. "Um, karena aku dah nyapu dari tadi ..., gantian ya, Mbak." Nadira menyerahkan sapunya kepada Azura dan lari menuju dapur.

"Nadiraaa!" teriak Azura kesal sambil mengangkat sapu siap memukul sang adik.

Begitulah suasana Sabtu pagi di keluarga Azura. Nadira dan Azura hanya terpaut umur dua tahun. Jarak yang cukup dekat dan tinggi yang hampir sama, sering membuat mereka dianggap kembar. Padahal jika dilihat tidak ada kesamaan yang berarti. Hanya hidung mancung dan bentuk wajah mereka saja yang sama.

***

Kedai cokelat bernuansa minimalis dengan kaca dan ornamen kayu yang dominan. Warna cokelat dan putih menjadi perpaduan yang menimbulkan kesan hangat dan tenang. Letaknya tersembunyi dan lumayan jauh dari jalan utama. Choctime, kedai cokelat favorit Azura dan Rasita. Meskipun identik dengan cokelat, kedai ini juga menjual varian lain seperti kopi dan teh.

Sita di mana, sih? Katanya udah sampai, batin Azura sambil celingukan mencari batang hidung sahabatnya

Drrtt... Drrtt

Rasita Luph

Meja pojokan dekat kaca.

Buruan sini. Jangan kayak anak ilang di pasar malam. wkwk.

Azura menuju ke meja sesuai chat Rasita. Perempuan dengan rambut hitam kecokelatan dan sedikit bergelombang tengah duduk sendirian di sana.

"Akhirnya, anak ini nemu induknya juga," kata Rasita setelah mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang