Prolog

629 242 323
                                    

Klik bintang dulu, Sayang 🌟

Happy Reading ^^

***

Ransel biru dongker masih melekat di punggungnya. Matanya menatap lurus tepat pada gerbong kereta yang dipenuhi penumpang. Suara bising dari orang lalu-lalang tak digubris. Ia mengusap wajahnya kasar. Ada keraguan yang terselip untuk kembali ke kota kelahirannya.

"Kenapa, Ra? Gelisah gitu?" tanya perempuan di sebelahnya.

Ia menghela napas panjang dan berkata, "Aku nggak salah 'kan, mau liburan di Jogja?"

Sahabatnya berdecak, "Inget kapan terakhir kali kamu pulang?"

"Liburan semester kemarin dipakai buat kegiatan kampus, organisasi. Sekali ini aja benar-benar liburan, Ra. Orang tua kamu pasti udah kangen," lanjutnya setelah melihat raut Ra yang tampak semakin ragu.

Tak ada balasan, Ra tenggelam dalam pemikirannya. Hati dan logikanya kembali tak bersahabat. Janji pada orang tua untuk pulang, liburan dengan sahabat, dan keinginan bertemu seseorang, serta kenangan yang tak pernah usai di kota yang sama. Berkecamuk, semakin menambah persenan keraguannya.

"Rafka?"

Nama itu berhasil membuatnya tersadar. Nama yang begitu melekat dalam ingatannya. Nama yang tak pernah sedikit pun pergi meski ada nama-nama lain yang dapat menggantikannya.

"Jogja luas, Ra. Rafka juga kuliah di Bandung. Kemungkinannya kecil kamu ketemu dia. Mungkin nol atau bahkan minus." Ucapan itu langsung menusuk hati. Harapan pertemuannya seakan pupus bersamaan dengan hilangnya sedikit keraguan yang sempat tertanam.

"Iya, Ta. Aku nggak mau ingkar janji sama ibu." Dengan senyum tipisnya, Ra memutuskan.

Sejak kuliah di Solo, Ra memang jarang sekali menemui kedua orang tuanya di Yogyakarta. Padahal jarak kedua kota itu tidaklah jauh dan memungkinkan untuknya pulang seminggu atau dua minggu sekali. Namun, hal ini tidak dilakukannya lantaran ia memilih untuk menyibukkan diri.

"Tadi overthinking aja kali."

"Makanya liburan! Kebanyakan kegiatan nggak bagus buat pikiran. Overthinking-nya kebawa sampai mana-mana." Ta mendorong pelan kepala Ra yang masih terdiam. Gadis itu hanya membalas dengan dehaman pendek.

Tak lama, panggilan untuk seluruh penumpang tujuan Yogyakarta terdengar di seluruh penjuru peron.

Ta menarik lengan Ra. "Duduk terlalu lama, overthinkingmakin menjadi. Dah yok, cari kereta."

***

Hai, gaes 👋👋

Gimana nih prolognya? Bikin penasaran, gak, nih? 

Ikuti kelanjutan ceritanya terus ya .... Jangan sampai ketinggalan update ceritanya.

Maaf kalau kurang bagus. Baru pertama kali bikin cerita. Terima kasih sudah membaca :)

Salam hangat,

Fai

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang