Bintangnya dulu, Bund 🌟
Happy Reading :)
***
Seperti biasa, suasana kelas akan tampak sepi ketika istirahat pertama tiba. Banyak siswa berhamburan keluar kelas. Tujuannya pun berbeda-beda. Ada yang lapar dan memilih ke kantin. Ada yang memilih ke kamar mandi karena sudah menahan buang air sejak jam pelajaran, ingin izin tetapi guru terlalu killer. Ada pula yang hanya sekadar menemui pacarnya.
Namun, ada hal yang unik, kebanyakan dari siswa kelas XII akan memilih musala untuk menghabiskan istirahat pertamanya. Untuk apa lagi jika bukan salat Dhuha, seketika mereka berubah menjadi lebih agamis.
Suasana kelas yang seperti ini sangat disukai Azura. Ia akan memanfaatkannya dengan membaca novel atau menuliskan imajinasinya dalam secarik kertas. Sejak dulu, Azura tidak banyak menghabiskan waktu istirahatnya di luar kelas. Jika merasa kelasnya terlalu bising, ia akan memilih perpustakaan sebagai tempatnya menyepi.
"Nih, aku beliin cilok Kang Asep kesukaanmu," Rafka menaruh sebungkus cilok di atas meja Azura.
"Ra ...," panggil Rafka yang sadar ucapannya tidak dihiraukan perempuan berhidung mancung itu. "Azura ...."
Rafka tersenyum jahil. Ia menurunkan novel yang menutupi wajah Azura perlahan. Azura yang sadar aktivitas membacanya diganggu seseorang langsung memasang tampang sebal dan bersiap memarahi. Belum sempat ia mengeluarkan satu kata, wajah Rafka yang tersenyum manis memenuhi semua pandangannya.
"Bacanya udah dong, masa ada orang ganteng gini dicuekin."
Azura salah tingkah, ia tidak memprediksi bahwa yang sedang menggangunya adalah Rafka. Detak jantungnya tak lagi beraturan. Rasanya ingin sekali menyembunyikan wajah agar tidak lagi ditatap Rafka.
Rafka yang menyadari tingkah Azura memajukan wajahnya beberapa senti, menatap pujaan hatinya lekat-lekat. Pipi Azura terasa panas, ia tidak pernah sedekat ini dengan wajah Rafka. Selama ini, tidak pernah sekali pun Rafka mendekatkan wajahnya dengan sengaja.
"Kalau mau ciuman jangan di kelas dong. Kasian jomblowan jomblowati yang lihat." Suara Rasita membuyarkan adegan romantis antara Rafka dan Azura.
"Ganggu aje, sirik 'kan lo?" ucap Rafka yang disambut tatapan tajam Rasita.
"Lo gak lihat kelas udah ramai. Noh, kasian Dinda. Lo biarin telantar gara-gara kursinya dipakai pacaran." Rasita menunjuk Dinda dan Tiara yang duduk lesehan di bawah papan tulis.
"Eh, sorry, Din. Biasa kalau udah sama Azura, dunia berasa milik berdua. Hehe." Rafka sedikit mengeraskan suaranya agar Dinda mendengar. Ia bangkit dari duduknya dan berdiri di sebelah meja Azura. "Silakan kalau mau duduk, Dinda, Tiara."
Azura menutup wajahnya malu. Kini seisi kelas menatap mereka berdua karena ucapan Rafka. Azura tidak suka menjadi pusat perhatian, Rafka tahu itu. Namun, Rafka yang begitu populer membuat Azura mau tidak mau akan menjadi pusat perhatian juga bila sedang bersamanya.
"Udah, yang tadi nggak usah dipikirin. Makan gih, ciloknya keburu dingin. Aku balik, ya," bisik Rafka kepada Azura.
"Iya, sana pergi."
"Jangan lupa ciloknya dimakan ya, Sayang." Sontak seisi kelas menggoda Rafka dan Azura
"Ekhem, kapan nih resmi jadiannya?"
"Enak ya, modal cilok doang bikin sekelas baper."
"Ngenteni undangane wae lah." (Nungguin undangannya saja lah)
Azura tidak bisa lagi menahan rasa malunya. Rasita juga tampak ikut-ikutan menertawainya. Ia ingin sekali memarahi Rafka yang sudah membuatnya malu setengah mati, dan juga mengutuk Rasita yang ikut menertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung (R)asa
Teen Fiction[Follow dulu yuk. Jangan lupa vote di tiap babnya 🌟] Terjebak dalam hubungan tanpa status. Sebatas teman, tetapi saling mencintai. Tentu menimbulkan banyak gejolak. Harapan yang terkadang semu dan tak kuasa untuk menampiknya. Ketika status mulai di...