Bab 39

50 30 32
                                    

Semangat Senin! 💪

Klik bintang dulu yaa .. 🌟

Happy Reading ^^

***

Dua tiket pertunjukan teater tergeletak begitu saja di atas meja. Hanya dipandangi oleh seorang gadis yang tampak bingung akan diapakan tiket itu. Ia scroll naik-turun aplikasi chat untuk mencari orang yang tepat menemaninya menonton.

Pasalnya, tiket itu dibeli untuk diberikannya pada Davi. Hanya saja, saat ini Rasita sedang menghindari lelaki berkacamata itu. Ia tidak membalas pesan Davi dengan cepat, tidak mengangkat telepon dari Davi. Apapun tentang Davi, sedang dihindarinya. Ia ingin melihat, seberapa jauh perjuangan pemuda itu untuk mengambil hatinya kembali. Karena saat ini ia sedang dilanda keraguan dengan perasaan Davi padanya.

"Tau gini, nggak usah beli tiket dua. Dijual aja kali, ya? Tapi aku 'kan mau nonton," batinnya galau.

Beberapa menit menimbang-nimbang, akhirnya ia memutuskan untuk memotret kedua tiket dan mengajak Azura untuk ikut bersamanya. Tak lama, ponselnya berdering tiada henti.

Seven Dwarfs

Nonton kuy!

Udin
Tiketnya cuma dua yang diajak enam orang.

Bule (Jo)wo
Sita cen ra nggenah. (Sita memang tidak jelas)

Davi
Mau sama aku?

Rafka Kang Ribut
Bubar-bubar, pawang e wes teko. (pawangnya sudah datang)

Bule (Jo)wo
Gas banter, Abang Davi.

Udin
Pepet teroos ....

Zura Kura-kura
Sita sengaja banget ngirim ke sini. Padahal mah cuma mau ngajak Davi.

Anak Ular
Davi kurang frontal, ah. Harusnya gini "Besok aku jemput. Nggak ada penolakan!"

Udin
Kode keras buat Mas Jo.

Rafka Kang Ribut
Heh, belum ada restu sebelum Rafka-Zura nikah.

Bule (Jo)wo
Yo ngene nasib e nek nggebet sedulur e konco dewe. (Ya begini nasibnya kalau gebetan saudaranya teman dekat)

Davi
Jadi gimana? Mau sama aku, Ta?

"Mampus." Rasita menepuk keningnya. Ia salah kirim ke grup yang berisi enam manusia laknat alumni SMA Pancasila.

Rasita berteriak sekencang-kencangnya. "Kenapa gue tolol banget, sih? Resek semuanya. Davi juga kenapa pakai balas segala."

"Huh..., tenang, Sita. Kalau kamu nolak nanti makin ribut. Iya-in aja deh, lagian udah lama juga nggak ketemu Davi. Kangen, 'kan?" Rasita bermonolog. "Eh, tapi harus jual mahal. Biarkan Davi berjuang mendapatkanmu lagi, Sita."

Ia mengepalkan tangannya. Dagunya dinaikkan dan menatap ke atas. Seolah-olah menang dalam peperangan dan melihat secercah cahaya ilahi ala film-film.

Dibukanya roomchat yang masih saja ribut membahas dirinya dan Davi. Sialnya Davi menanggapi. Membuatnya mau tak mau harus segera muncul.

Seven Dwarfs

Rafka Kang Ribut
Ta, dah ditunggu Mas Davi nih, lho.

Zura Kura-kura
Davi menunggu kepastian. Muncul lah, Sita.

Bule (Jo)wo
Kasian pangerannya dicuekin, kalau pergi gimana?

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang