Bab 21

107 74 98
                                    

Klik bintangnya dulu yuk 🌟

Happy Reading ^^

***

Lelaki berkemeja putih memeluk erat seorang perempuan. Perempuan itu tampak terisak. Sesekali sang lelaki mengusap punggung berbalut jas hitam miliknya. Jam sudah menunjukkan waktu tengah malam, sudah tidak ada seorang pun selain mereka di sana. Tamu undangan promnight juga sudah meninggalkan hotel.

Isak tangis memenuhi lorong sepi itu. Entah apa yang membuat perempuan bernama Elina merintih pilu. Rafka memeluknya begitu erat, seperti tidak ingin melepaskannya.

"Aku di sini buat kamu." Lelaki itu memberikan perlakuan terbaiknya.

"Kenapa dia tega, Raf?" tanya Elina di tengah isaknya. "Aku sendirian."

"Sstt ..., nggak! Elina, dengerin! Kamu nggak sendirian, ada mama, papa, teman. Semuanya sayang dan akan selalu nemenin kamu." Rafka masih mendekap gadis itu yang terus terisak. "Ada aku yang nggak akan pergi. Janji. Aku sayang kamu, Elina."

Bruk!

Suara itu membuat keduanya menoleh. Azura berdiri mematung tak jauh dari sana. Paper bag berisi hadiah 'pasangan ter-uwu' terlepas dari tangannya. Isinya berantakan. Wajah gadis itu penuh guratan amarah.

Sontak Rafka melepas pelukannya, melangkah mendekati sang kekasih. Namun, langkahnya terhenti mengingat Elina juga membutuhkan hadirnya. Elina yang peka akan kebimbangan Rafka segera menganggukkan kepala. Tanda dirinya tidak apa-apa.

"Azura!" seru Rafka seraya mendekati kekasihnya.

Azura berjalan mundur. Ia menepis saat tangan Rafka hendak meraihnya. Semua rasa bercampur menjadi satu menimbulkan gejolak hebat dalam dirinya. Hingga air mata pun tak bisa lolos dari pelupuk matanya.

"Apa arti aku buat kamu?" teriaknya yang hanya dibalas tatapan cemas Rafka. "Apa arti aku buat kamu, Raf?"

"Kamu segalanya, Azura," jawab Rafka.

"Bohong!" bentak Azura. "Siapa yang segalanya, Raf? Aku atau dia?"

Rafka terdiam. Azura yang terkenal lemah lembut, membentaknya. Mungkin ia orang pertama yang mendapat bentakan itu.

"Baru kemarin ... dan sekarang berulah lagi. Bosanmu bukan karena hubungan kita, tapi karena orangnya. Karena aku, iya 'kan, Raf? Kamu bosan sama cewek yang nggak bisa diajak ngumbar kemesraan. Bosan sama cewek yang berteman sama buku, mainnya ke perpus, toko buku. Aku yang ngebosanin, 'kan?"

"Ra, ini salah paham." Rafka mendekat. Lagi-lagi Azura beringsut mundur. Menatapnya tajam, lebih tajam dari pisau mana pun.

"Sejak kapan kalian ada hubungan?" Azura menatap nanar Elina yang memperhatikan mereka dari jauh. Tidak habis pikir Azura bahwa perempuan itu masih berani berdiri di sana tanpa sepatah kata. "Sebelum ke pantai? Sejak jadi pasangan duet? Atau sejak kamu jadi tentor pribadinya dia?"

Rafka terdiam. Ia tidak bisa mencerna keadaan dengan baik. Semua kalimat yang terucap akan salah di mata Azura. Semuanya tidak akan sama meskipun ia berkata jujur,

"Terus kenapa kamu nembak aku kalau kamu udah punya dia?"

"Apa pun yang keluar dari bibirku nanti, apa semuanya bakal kamu percaya?" Rafka akhirnya bersuara dengan nada rendah.

Hening. Azura tidak menjawabnya. Rafka mengusap wajahnya kasar. Ia mencoba mencari kalimat yang bisa dianggap benar oleh Azura dan peperangan malam ini selesai dengan damai.

"Dengar aku, Elina sama aku nggak ada menjalin hubungan kayak yang kamu kira. Elina juga bukan orang yang kamu pikirkan dengan penuh keburukan, Ra. Plis, berhenti kayak gini. Pacarku cuma kamu."

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang