jangan lupa klik bintangnya ya 🌟
Happy Reading ^^
***
Pagi yang cukup cerah untuk memulai hari, tetapi tidak cukup mencerahkan suasana hati yang kelabu. Azura duduk terpaku di kursinya. Memandangi kursi Rafka yang kosong. Entah ke mana lelaki itu pergi. Kejadian kemarin cukup menciptakan jarak di antara mereka.
Netra gadis itu melirik ke kotak makan di laci mejanya. Sebelum berangkat sekolah, Ibu memaksa Azura membawa bekal khusus untuk Rafka yang bertanding futsal hari ini. Ya, Rafka tidak hanya ditunjuk untuk pentas seni, tetapi juga dipilih sebagai tim futsal kelas yang akan bertanding dengan siswa kelas sebelas.
"Belum baikan sama Rafka?" tanya Rasita yang sedari tadi memerhatikan sahabatnya.
"Gimana mau baikan kalau orangnya aja ditemuin nggak mau." Mata Azura belum beralih dari kursi kosong berjarak dua meter dari kursinya.
"Egois banget jadi cowok." Rasita mengetuk mejanya. Meluapkan kekesalan. "Harus dikasih pelajaran, Ra."
"Ta, udah ah. Memperpanjang masalah. Suka-suka dia aja, lah. Aku juga udah capek cemburu sama Elina," Azura tertunduk lesu.
"Maka dari itu, kita harus kasih dia pelajaran. Bukan karena dia cemburu sama Davi, akhirnya bisa seenaknya juga jalan sama Elina." Rasita mengacak rambutnya.
"Salahku juga kemarin nggak kabarin pulang sama Davi." Azura sedikit mengeraskan suaranya. Kemudian berbisik. "Habis dia nggak pernah ngabarin kalau sama Elina juga."
"Hhh ..., aku mau cari Rafka. Nggak bisa gini terus, Ra. Makan hati." Rasita bangkit dari duduknya dan menghilang di balik pintu kelas.
Azura hanya bisa diam. Mau dicegah, jika niat Rasita sudah bulat, ya mau bagaimana lagi. Lagipula, tidak ada salahnya percaya kalau sahabatnya dapat membantu. Gadis itu kembali menatap kotak bekal dalam laci mejanya. Dengan ragu, ia mengambil. Menimbang-nimbang sebelum akhirnya menuju meja Rafka dan meletakkannya di sana.
Ia menghela napas. Kembali ke kursinya dengan tenang. Membuka lembar-lembar novel dan memasang earphone di salah satu telinganya. Kembali dan menyelami dunianya yang tenang.
"Cah sewelas sopo sek main?" tanya Joan pada Rafka saat memasuki kelas yang hanya diisi beberapa siswa, termasuk Azura. (anak kelas sebelas siapa yang main?)
"Kaya taun wingi jare." (Kayak tahun kemarin katanya)
"Ash ..., cah-cah ambis. Liyane kandani kon ati-ati." Rafka meraba laci meja, mecari baju ganti. Tangannya menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya ada di lacinya. (Anak-anak ambis. Lainnya kasih tau suruh hati-hati)
Ia mengintip. Sebuah kotak bekal yang tak asing. Tidak salah lagi, Azura yang memberinya. Sepersekian detik ia melirik ke arah gadis yang fokus pada novelnya. Rafka menarik kotak bekal itu keluar. Tampak sticky note biru tertempel di sana.
Ini titipan ibu. Tempat makannya kamu bawa pulang dulu aja. O iya, jangan makan permen banyak-banyak. Nanti kamu makin manis. ^^ ~ Azura
Rafka tersenyum tipis. Ia membuka kotak bekal berisi beberapa potong roti lapis mandarin dan risol bihun. Tak lupa beberapa bungkus permen mint, kesukaannya.
Nggak boleh makan permen banyak-banyak tapi dianya ngasih permen. Kenapa kamu lucu banget sih, Ra, batin Rafka.
"Apa kuwi?" tanya Joan mengintip. "Wingi bar gelud, saiki entuk panganan." (Apa itu? kemarin habis berantem, sekarang dapat makanan)
"Wis rujuk?" Udin yang mendengar pembicaraan kedua temannya itu pun menyela. (Wis : sudah)
"Rujuk rujuk gundhulmu. Nikah we durung." Rafka menjitak kepala Udin yang sedang mengambil pakaian ganti. Ketiganya memang ikut serta dalam tim futsal kelas. Namun, kali ini Udin hanya menjadi cadangan. (Menikah saja belum)
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung (R)asa
Teen Fiction[Follow dulu yuk. Jangan lupa vote di tiap babnya 🌟] Terjebak dalam hubungan tanpa status. Sebatas teman, tetapi saling mencintai. Tentu menimbulkan banyak gejolak. Harapan yang terkadang semu dan tak kuasa untuk menampiknya. Ketika status mulai di...