Bab 35

59 34 66
                                    

Gimana kabarnya, Rese?

Jangan lupa bintangnya yaa 🌟

Happy Reading ^^

***

Di bawah langit malam penuh bintang, gadis bernetra coklat tua menanti. Menagih janji pertemuan yang dinazarkan oleh seorang pemuda. Azura membasahi kakinya dengan air laut, kemudian duduk di tepi karang.

Sebelumnya, Rafka meminta ia datang untuk membicarakan sesuatu. Namun, sampai sekarang, lelaki itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Sedangkan ia seorang diri, hanya berteman alunan musik yang diciptakan oleh debur ombak dan senter sebagai penerangan.

"Ra, Azura." Suara lelaki menginterupsi, Azura menoleh.

Menampakkan pemuda Jawa tulen yang tampak bingung melihatnya, Udin.

"Lagi ngapa? Kok dewekan?" (lagi apa? kok sendirian?)

"Em, nunggu Rafka. Lha koe?" tanya Azura penasaran dengan keberadaan Udin di sana.

"Mlaku-mlaku, gabut." Udin menyengir. "Rafka neng tenda ki, Ra. Mau aku weruh." (Rafka di tenda tuh, Ra. Tadi aku lihat.)

Azura terdiam. Sepuluh menit ia menunggu ternyata Rafka masih di tenda? Lalu buat apa ia segera kemari?

"Balik tenda wae yok. Dingin. Nggak kademen, tah?" Udin memeluk tubuhnya sendiri, mengelus lengannya, kedinginan.

Azura menggeleng pelan.

"Rafka ketok e ora bakal rene. Sibuk ngobati Elina. Ups...." Pemuda Jawa itu membuang muka dan menepuk mulutnya. Ia keceplosan. (Rafka kayaknya nggak akan ke sini)

Azura memicing. "Oh, ya udah balik yuk." Mimik wajahnya menunjukkan kekecewaan.

Ia mengikuti Udin menuju tenda. Langkahnya terhenti ketika melihat Rafka mengobrak-abrik kotak P3K dengan seorang gadis di sampingnya. Matanya menatap sayu, ia sadar tidak akan lagi sama, tetapi masih saja berharap lebih.

Sadar dengan kehadiran Azura, Rafka menyerahkan kotak P3K pada Joan yang juga ada di sana, duduk bersebelahan dengan Elina. Azura melenggang pergi sebelum Rafka menyerukan namanya. Melewati begitu saja lelaki yang tampak bingung melihatnya datang tiba-tiba.

"Azura! Ra! Elina jatuh, kakinya luka. Kebetulan aku lewat ..., Ra! berhenti dulu!" Rafka mengejar Azura. Menyuarakan penjelasannya walaupun terdengar tidak jelas.

"Ra, aku nggak mau ada salah paham lagi."

Tiba-tiba Azura menghentikan langkahnya dan berbalik. Terlihat santai, tetapi tidak dengan matanya yang menatap tajam. Seperti de javu pada kejadian setahun silam, Rafka terdiam, meneguk salivanya.

"Ngapain ngejar? Mau jadi f*ckboy? Maaf, aku nggak mau jadi korbannya. Urusin aja pacar kamu, 'kan luka. Aku nggak papa, kok. Mau istirahat."

Dan terjadi lagi, Azura membiarkan spekulasi liar merasuki pikirannya. Ia melenggang masuk ke dalam tenda. Menekuk lutut dan memeluk kakinya, terisak. Bukan karena Rafka, tapi karena kebodohannya yang masih saja berharap semuanya dapat kembali. Dan nyatanya semua tak akan pernah sama.

Rafka mengusap wajahnya kasar. Memijat pelipis dan menghembuskan napas panjang. Pikirannya seketika kacau. Kenapa selalu seperti ini keadaannya? Tidak bisakah sebentar saja waktu berbaik hati padanya?

"Aku nggak mau larut dalam kesalahpahaman baru. Nggak akan ngulang kesalahanku yang nggak tegas. Tolong, kali ini dengar semua penjelasanku," ucap Rafka perlahan, tetapi terdengar menginterupsi dan dominan.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang