Bab 48

47 28 40
                                    

Dah lama nggak Up nih. Kegiatan kampus udah mulai lagi, jadi lagi penyesuaian.

Jangan lupa bintangnya ya, Sayang-sayangnya Fai 🌟

Happy Reading ^^

***

Motor matic hitam-biru berhenti di depan gerbang rumah Rasita. Membuat dahi sang penumpang berkerut sempurna. Azura memandangi rumah Rasita dan Udin bergantian dengan raut bingung.

"Ngapain kita ke rumah Sita? 'Kan, dia lagi honeymoon sama Davi." Azura turun dari motor Udin.

Udin tidak menjawab. Ia menunjuk rumah Rasita dengan lirikan mata dan gerakan kepalanya. Seakan meminta Azura untuk masuk ke dalam.

"Yang ngirim Sita?" Azura mengernyit. Sekian detik kemudian mengibaskan tangannya di udara, "Ya nggak mungkin lah. Dia sama aku terus."

Lelaki itu menghela napas. "Mending mlebu. Timbang tebak-tebakan neng kene." (Mending masuk. Daripada tebak-tebakan di sini.)

"Jawab dulu. Tujuannya apa kita di sini?" Azura masih bertanya-tanya. Ia kekeh untuk mendapat jawaban dari Udin sebelum masuk.

"Mau tau, 'kan? Di dalam orangnya." Udin masih sabar menanggapi Azura.

Azura menimbang. Lagi-lagi ia memakai jurus pertimbangan untuk melakukan sesuatu. Memang penuh perhitungan gadis ini. "Kamu bikin erosi deh, Din."

"Ora sisan abrasi?" goda Udin diikuti tawa. (nggak sekalian)

"Jadi, kamu sebagai apa direncana pengungkapan si A ini, Din?" Azura masih saja mencecar Udin.

"Kang ojek. Gek ndang mlebu. Selak ilang wong e." Udin menyentuh kedua pundak Azura dan mendorongnya mendekati gerbang rumah Rasita.

"Awas aja kalau jebakan." Azura menuding Udin dengan tatapan tajamnya.

Lelaki itu memutar bola matanya. "Menurutmu?"

Azura tidak menjawab. Ia hanya menatap Udin sejenak. Kemudian masuk ke halaman rumah sahabatnya. Sedang Udin, melambaikan tangan ke arahnya.

"Semoga berhasil. Kalau jadian jangan lupa pajaknya."

Azura memencet bel rumah Rasita. Tak lama Bi Inah dengan daster bergaris membukakan pintu. "Mbak Zura, cari Mbak Sita?"

Mata gadis itu bergerak ke kanan dan ke kiri. "Um, iya, Bi. Sita ada?"

"Oh, Mbak Sita belum pulang. Tadi Bibi dititipin sesuatu. Masuk dulu." Bi Inah membuka pintu lebih lebar. Mempersilakan Azura masuk. "Mau dibuatkan minum apa, Mbak?"

"Air putih aja, Bi," balas Azura sembari tersenyum hangat.

Tak lama Bi Inah datang membawa segelas air putih dan secarik kertas. "Diminum, Mbak. O iya, sama ini titipan Mbak Sita."

Diulurkan tangannya, menerima kertas tersebut. "Makasih, Bi."

Setelah Bi Inah kembali ke dapur. Azura mengamati kertas di genggamannya. Tersedia pulpen juga di sana.

"Kenapa sih orang-orang suka beginian. Ribet banget," gerutu Azura.

Ia bukan penyuka teka-teki. Lebih tepatnya, tidak menyukai hal yang menyulitkannya hingga harus berpikir keras. Ia memang gadis yang bodo amat, tetapi hal seperti ini akan merasuki pikirannya selama berhari-hari.

Jika Alfabet tersusun dalam bilangan asli. Dan A adalah hasil dari (√529 – (3 x 6) + ) – (58:2). Maka 1816111 adalah?

Azura menggaruk kepalanya. Akar, pangkat, perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan bersatu menyerangnya. Tujuh digit kode tersebut juga ikut terpampang nyata di hadapannya.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang