Bab 38

54 31 46
                                    

Klik bintangnya dulu, Sayang 🌟

Happy reading ^^

***

Setelah cukup lama bersantai sembari menikmati cilok, sepasang manusia yang sedang dilanda benih cinta baru itu, kini melanjutkan perjalanan. Mengelilingi sebagian wilayah kebun binatang yang belum terjamah kaki mereka.

Layaknya sepasang merpati yang sedang kasmaran, keduanya bergandengan tangan. Tak melepasnya sampai akhir perjalanan. Setiap langkah tak luput dari ocehan receh, dari Rafka maupun Azura. Saling melengkapi, berbagi kebahagiaan yang sempat tertunda. Lebih tepatnya terbendung lama dan sekarang tanggulnya sudah bocor. Bahkan, bisa dikatakan meledak, memuntahkan segala isinya.

"Azura." Sang empunya nama menoleh. "Hati-hati sama Saka."

"Kenapa? Kak Saka baik, kok. Kamu belum kenal dia aja," balas Azura sambil mengayuh perahu berbentuk angsa putih dengan corak hijau.

"Aku nggak mau kamu kenapa-napa. Jaga diri kalau aku nggak ada di samping kamu." Rafka tampak serius. Lebih serius dari hal paling serius yang pernah mereka bicarakan.

Azura meraih tangan Rafka, menggenggamnya. "Nggak ada yang perlu dikhawatirin. Aku akan selalu baik-baik aja."

Rafka mengangguk pelan. Sungguh takut kehilangan gadis itu lagi. Sorot mata Saka siang tadi, menunjukkan hal buruk yang mungkin saja akan terjadi pada Azura suatu hari nanti.

"O iya, kamu selama setahun ini ngapain aja?" tanya Azura.

"Kurang lebih sama kayak SMA. Belajar, makan, tidur, organisasi, kepanitiaan, seminar. Bedanya, dijalanin sendirian. Nggak sama kamu." Rafka mengambil beberapa permen mint dari saku dan melahapnya.

"Emang dasarnya anak sibuk." Azura menanggapi. "Kalau pacar, ada?"

Rafka memalingkan wajahnya, tersenyum geli. Sebelum akhirnya ia menjawab, "Pernah, pelarian. Sekali doang, sih. Kalau sekarang, sendiri aja."

"Pelarian? Gimana ceritanya?" Azura antusias.

"Ya ..., sempat pacaran satu fakultas. Dia dah ngejar-ngejar dari lama, tapi aku nggak ada rasa. Pas dia tau akhirnya putus. Sebelum pergi, ditampar dulu." Rafka terkekeh mengingat kebodohannya saat hilang arah tanpa Azura.

"Serius?" Azura membulatkan mata tak percaya. "Parah banget, pacarin anak orang tapi nggak serius." Ia menunjuk wajah Rafka, menyudutkan.

"Hatiku udah ada yang nempatin. Nggak mau aku kasih ke orang lain. Tapi sayang ..., dia udah punya orang lain." Rafka menatap lekat gadis yang sekarang tertawa mengejeknya.

"Aduh sadboy aku," ucapnya seraya mengacak-acak rambut Rafka.

Jarak mereka cukup dekat. Rafka menarik lengan Azura dari kepalanya. Membuat gunjangan kecil dalam perahu. Dan beruntungnya, Azura pun makin mendekat padanya. Sangat dekat. Hingga hidung keduanya hanya terpaut beberapa milimeter saja.

"Percaya nggak? Orangnya sekarang punya ritme detak jantung yang sama," papar Rafka dengan suara yang sangat pelan. Matanya tak lepas dari manik mata coklat itu. "Dia di hadapanku."

Mendengar pernyataan Rafka, Azura langsung menarik lengannya. Membuang muka. Kalau bisa, ia tenggelamkan wajahnya ke dasar danau. Digigit bibir bawahnya. Detak jantung tak terkontrol. Kedua pipi sudah layaknya tomat ceri yang baru saja matang, merah sempurna.

Senyum simpul terbit dari wajah Rafka, melihat Azura tak mau menatapnya lagi. Pasti gadis itu sedang menyembunyikan rona merah di kedua pipinya. Bahkan, mungkin seluruh wajahnya.

"Kalau kamu gimana? Udah nemu pengganti?"

Azura mengatur napasnya. Menenangkan diri, sampai akhirnya siap untuk memperlihatkan wajahnya lagi.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang