Bab 30

70 44 87
                                    

Klik bintang dulu, ya! 🌟

Happy Reading ^^
***

Riuh manusia berlalu-lalang memenuhi peron dan sekitaran stasiun Tugu, Yogyakarta. Tampak dua perempuan keluar dari salah satu kereta asal Solo dengan beberapa bawaan di punggung dan juga tangannya.

Keduanya segera mengarah ke pintu keluar stasiun. Sumpek melihat orang mondar-mandir membawa kardus dan tas besar keluar-masuk kereta dan berjalan-jalan di sekitar peron.

"Ra, aku pesan ojol sekarang nggak papa, 'kan?" tanya Rasita pada Azura.

"Heem. Pesan aja. Paling bentar lagi Ayah sampai. Ibu bilang sih, udah di jalan," jawab Azura yang hanya memalingkan wajahnya sebentar ke Rasita, lalu fokus kembali ke HP-nya. (paling : mungkin)

"Beneran nggak papa? Nanti kamu nunggu sendirian kalau ojeknya sampai duluan." Rasita memastikan.

"Nggak papa. Pesan ojek daring sekarang aja. Biar kamu nggak nunggu kelamaan."

"Ojek online, Zura ...," seru Rasita.

"Eits, bahasa Indonesia online itu daring. Kita harus menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Ojek 'kan bahasa Indonesia. Jadi harus diikuti Indonesia juga. O-jek da-ring," papar Azura dengan menekankan kata 'ojek daring'.

"Suka-suka deh, Ra." Rasita sudah pasrah dengan sahabatnya ini yang terkadang tidak jelas.

Keduanya pun terdiam dan hanya fokus pada gawainya masing-masing. Sesekali mengobrol lalu mengedarkan pandang. Terasa sangat membosankan, hingga bapak ojek pesanan Rasita sampai.

"Duluan ya, Ra. Kabarin aku kalau udah sampai rumah," ucap Rasita seraya mendekati ojeknya.

"Oke." Tangan Azura membentuk isyarat 'oke'.

"Pak, titip teman saya. Kalau mulai aneh, turunin aja di jalan. Hati-hati ya, Pak. Dia suka pura-pura budek kalau di jalan," canda Azura pada pengemudi ojek online pesanan Rasita.

"Semua orang juga jadi budek kalau diajak ngobrol di motor." Rasita mengibaskan tangannya di udara. Azura hanya terkikik geli.

"Jalan sekarang, Pak. Teman saya nggak usah dipedulikan. Dia emang suka gaje." Rasita menepuk punggung bapak ojol.

Setelah Rasita pergi. Ponsel Azura berdering. Panggilan suara dengan nomor kontak 'Kak Saka Argotek' terpampang memenuhi layar.

"Assalamualaikum." Terdengar suara Saka dari seberang.

"Waalaikumussalam," balas Azura dengan sedikit mengeraskan suaranya. Riuh kendaraan dan orang-orang di sekitarnya membuat bising.

"Udah sampai Jogja?"

"Udah, Kak. Ini masih di stasiun, nunggu jemputan."

"Masih sama teman?"

"Dia baru aja pulang dijemput odar." Azura tertawa kecil.

"Odar?"

Entah kenapa rasanya ia ingin terbahak saat mendengar suara bingung Saka. tapi tertahan. "Pff..., Iya ojek daring ...."

"Ya ampun, Ra. Bikin bahasa baru."

"Kamu jaga diri. Jangan macam-macam sama cowok Jogja. Aku tunggu balik Solo. Dah kangen, nih."

"Ha? Gimana, Kak? Em, Udah dulu ya, Kak. Di sini berisik, harus teriak-teriak. Nanti aku telepon lagi kalau udah sampai rumah."

Setelah sambungan telepon dimatikan, Azura melihat sekelilingnya. Pandangannya terkunci ke satu tempat, kerumunan orang.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang