Bab 37

43 31 34
                                    

Klik bintangnya dulu ya, guise 🌟

Selamat membaca dan selamat menyelami keuwuan ini ^^

***

Kebun Binatang, tempat yang memiliki banyak sekali jenis satwa. Di sinilah Azura dan Rafka berada. Bukan sebagai salah satu jenis satwa, tetapi sebagai pengunjung untuk menemui sang saudara. Ini pertama kalinya mereka pergi berdua setelah setahun berlalu, tanpa Davi dan Rasita.

Baru saja buka, berbagai jenis bus terparkir rapi memenuhi lahan parkir. Anak-anak berseragam sekolah berkeliaran, ada pula yang sudah berbaris rapi mengikuti arahan sang guru. Sepertinya mereka sedang mengadakan kunjungan.

Manik cokelat milik Azura melihat sekeliling, menunggu Rafka yang sedang membeli tiket masuk. Ponselnya bergetar, menunjukkan panggilan masuk dari Saka.

"Huft, selalu deh pagi-pagi," gerutunya seraya menggeser tombol hijau tanda terima.

"Pagi, Azura!" sontak Azura menjauhkan ponsel beberapa senti dari telinganya.

"Pagi. Kangen lagi?" Jujur saja, Azura mulai bosan dengan kebiasaan Saka yang terus meneleponnya. Minimal sehari sekali tanpa membicarakan apa pun selain kata bermakna 'ingin bertemu' dan menanyakan kepulangannya.

"Aku rindu kamu setiap hari, Ra."

Azura hanya tertawa garing. Ia tidak memiliki jawaban selain tertawa. Setiap waktu Saka sudah mengatakannya, terkesan tidak lagi istimewa.

"Udah ada rencana balik ke Solo?"

"Um, belum. Kayaknya bakal lama di Jogja. Kalau kakak kangen, sini nyusul ke Jogja." Azura menoleh ke arah Rafka yang masih mengantri.

"Kalau udah di Jogja gimana?"

Azura tertegun. Ia bingung dengan ucapan Saka. Benaknya menerka-nerka, benarkah pemuda itu menyusulnya?

Tiba-tiba pandangannya gelap. Seseorang menutup kedua matanya. Ia menurunkan ponsel dari telinga perlahan. Mendengus kesal seraya melepas tangan yang menghilangkan pandang.

"Rafka, aku lagi tele-pon." Ia memelankan suaranya.

Orang itu mengernyit. "Rafka? Siapa, Ra?"

"Eh, itu, aku bareng dia ke sini." Azura gelagapan. "Kak Saka beneran, 'kan? Ngapain di Jogja?" Ia menyipitkan mata. Memastikan lelaki di hadapannya benar Saka, bukan Rafka atau yang lainnya.

"Beneran lah, Ra. Aku lagi main sama teman-teman. Kebetulan kita ketemu di sini," jawabnya.

Azura mengangguk pelan. "Oh, kabar kampus gimana? Udah mulai panitia ospeknya?"

"Kampus terus yang ditanyain kabar, aku nggak?" Saka memajukan wajahnya.

"Hihi. Apa, sih? 'Kan bisa liat Kak Saka baik-baik aja. Nggak perlu basa-basi nanyain kabar. Kalau sakit nggak mungkin sampai Jogja," balas Azura.

"Aduh aku pusing. Sakit, nih." Saka bertingkah seolah-olah ia sedang sakit kepala. Azura tertawa dan memukul lengannya.

"Aktingnya jelek!"

"Ekhem!" terdengar dehaman dari Rafka yang sudah berdiri di samping Azura. "Siapa, Ra?" Melirik Saka.

"Ini Kak Saka, kating yang pernah diceritain Sita. Kak, ini Rafka, teman SMA." Azura memperkenalkan keduanya.

Manik Rafka dan Saka mengintimidasi. Memancarkan sinar semu penuh warna peperangan. Seperti akan melakukan perebutan kekuasaan terhadap sesuatu.

"Nama kalian mirip, ya? Katanya kalau mirip, tandanya jodoh," celetuk Azura menghentikan aura dingin di sekelilingnya.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang