Bab 24

129 66 166
                                    

Maaf telat up lagi, teman-teman 🙏🙏

Jangan lupa bintangnya ya🌟

Happy Reading ^^

***

"Zura berangkat ya, Bu." Gadis dengan kaus biru bergambar teddy bear itu mengambil flat shoes di rak sepatu dan memakainya.

Ia tidak akan melewatkan hari ini. Davi merupakan salah satu laki-laki yang berkesan di hidupnya. Lelaki itu adalah sahabat yang baik, yang selalu ada di saat ia membutuhkannya. Hari ini, Davi akan kembali ke kota lahirnya dan tinggal di sana. Azura dan tentunya Rasita akan menemuinya sebelum berangkat.

Suara pagar rumah Azura terdengar nyaring saat terbuka. Sudah menjadi kebiasaannya melihat sekitar sebelum mengeluarkan motornya. Ia terbelalak ketika sosok laki-laki berdiri di salah satu sisi pagar menatapnya dengan penuh harap.

Kenapa dia ada di mana-mana? Azura mengatur deru napasnya. Bersikap sebiasa mungkin. Tanpa menunggu, gadis iu segera masuk mengambil motornya untuk pergi.

"Tunggu, Ra." Rafka mencekal tangannya. "Aku mau ngomong."

"Lepas! Aku ada urusan." Azura mendorong jemari Rafa yang melingkar di pergelangan kanannya.

"Sebentar aja, Ra." Gadis di depannya masih memberontak. Mendorong jemari Rafka, terkadang menarik tangannya.

Rafka tidak tinggal diam. Ia tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengatakan yang sejujurnya pada Azura. Meskipun nanti gadis itu tetap akan membenci dirinya. Rafka menarik Azura agar tidak lagi memberontak. Meleset dari prediksi Rafka, Azura terlalu dekat dengannya. Tangan kiri gadis itu menyentuh dadanya, menahan tubuh agar tidak terjatuh.

Kedua manik itu saling menatap. Entah sudah terhitung berapa kali mereka melampar tatap sejak perpisahan itu. Namun, tatapan saja tidak akan membuat keduanya kembali, bukan?

"Aku lepasin kalau kamu kasih aku waktu buat ngomong."

Azura tersadar, bola matanya yang sempat menatap teduh berubah dingin. Kemudian ia memundurkan tubuhnya. "Dari tadi udah ngomong."

Rafka menggaruk tengkuknya. Membenarkan kalimat Azura, tetapi bukan itu yang dimaksudnya. "I–iya. Mm ..., aku ...."

"Tentang Elina lagi? Aku nggak ada waktu. Mau ketemu Davi."

Mendengar nama lelaki lain tersebut, tanpa sadar Rafka melonggarkan genggamannya. Jemarinya terasa lemas. Belum ada satu bulan dirinya dan Azura renggang, gadis itu sudah menemukan penggantinya, Davi.

Tidak ingin membuang banyak waktu, Azua menarik tangannya. Melangkah mengambil motornya. Davi sudah akan berangkat dan dirinya masih di rumah, belum menjemput Rasita pula.

"Ra, ini bukan tentang Elina." Rafka mengikuti Azura yang menaiki motornya keluar pekarangan rumahnya. "Serius, ini nggak ada hubungannya sama dia."

Azura terhenti di samping motornya. Melipat kedua tangannya di depan dada. Menghela napas dan menatap Rafka. Menunggu lelaki itu bersuara. Baginya, ini kesempatan terakhir yang ia berikan pada mantan, um apalah Rafka untuknya sekarang.

"Aku nggak tau mulai dari mana." Rafka menyusun kata. "Ada beberapa hal yang mau aku kasih tahu."

"Hal terpenting." Rafka tidak bersuara. Nampaknya ia kebingungan. Azura mengangkat tangannya. Melirik jam yang melingkar di sana. "Aku nggak ada waktu."

"Oh iya, nggak perlu lagi datang ke rumah. Aku nggak akan temuin kamu." Azura menaiki motornya dan memakai helm. Rafka ingin mencegah. Lagi-lagi dirinya tidak bisa. Bibirnya kelu. Ia tidak tahu harus bicara apa saking banyaknya yang ingin dijelaskan.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang