Selamat menjalani bulan kedua di tahun 2021, Kawan Rese 😉
Bulan baru, cover baru. Suasana pun jadi baru. Wkwk. Gimana cover barunya??
Wajib klik bintang ya. Hehe. 🌟 Dah kayak pengemis bintang aku ini.
Selamat Membaca ^^
***Matahari sudah mulai serong ke ufuk barat. Malu-malu bersembunyi dibalik gumpalan awan putih. Seorang gadis dengan pakaian olahraganya duduk manis di teras rumah. Memainkan ponselnya santai. Sesekali melihat ke arah pagar rumahnya, menunggu sang pujaan hati datang menjemput.
"Bu, Zura berangkat, ya," serunya dari teras setelah Rafka masuk ke pekarangan rumahnya.
"Yuk!" Ia menaiki sepedanya.
"Pamitnya nggak teriak-teriak gitu, Ra. Masuk, ngomong di dekatnya Ibu." Rafka menasihati.
"Nggak papa, Ibu juga tau aku pergi sama kamu."
"Belum jadi istri aja udah ngeyel." Rafka menepuk kepala Azura. Sang empunya hanya menyengir kuda.
"Mbak, mau ke taman, 'kan? Beliin seblak." Dari dalam rumah Nadira tergopoh-gopoh seraya berteriak. Seperti akan ketinggalan kereta.
"Apaan, sih? Teriak-teriak. Nggak sopan." Azura melihat Nadira yang sudah tiba di ambang pintu. Sedangkan Rafka, melirik azura dan tersenyum tanggung. Baru saja ia menasihatinya, sekarang nasihat itu dilepar ke adiknya.
"Beliin seblak, ya. Pengin banget," ulang Nadira.
Azura turun dari sepedanya. Mendekati adiknya. "Uangnya?"
Nadira tersenyum penuh arti. "Hehe, lagi bokek. Beliin, ya."
"Nggak ada uang, nggak usah jajan."
"Yah, Mbak. Beliin, ya. Pliiss...." Ia memohon dengan kedua tangan yang ditangkupkan di depan dada.
"Nabung dulu. Tahan BM-nya." Nadira masih memasang puppy eyes. Berharap sang kakak mau mengerti keadaannya yang memang sedang krisis moneter.
"Nanti Mas beliin," sahut Rafka yang sukses membuat Nadira berteriak senang. Dan sukses juga membuat Azura mengerling tajam ke arahnya.
"Serius, Mas? Aw, gitu lho, baik kayak Mas Rafka, Mbak." Nadira bersidekap, meledek kakaknya.
"Makasih banyak, kakak ipar." Nadira melanggang masuk. Sebelum itu ia menjulurkan lidah ke Azura.
Azura menyusul Rafka dan memukulnya. "Kebiasaan. Manjain Nad. Dia udah gede, Raf. Jangan apa-apa dibeliin."
"Sekali-sekali, Ra. Manjain kakaknya udah berkali-kali."
Azura mengulum senyum. Dibuat setipis mungkin agar tidak terlihat. "Apaan sekali-sekali. Udah keseringan tau."
"Mumpung masih bisa bikin calon adik ipar seneng, kenapa nggak?" Rafka mengangkat alisnya.
"Nanti jadi kebiasaan, apa-apa minta ke kamu," dengus Azura.
Alih-alih merasa bersalah, Rafka justru tertawa. Azura melipat kedua tangannya di dada dan mencebik.
"Tau nggak kita kayak apa?" Azura memalingkan wajahnya. "Suami-istri yang beda pandangan tentang manjain anak."
"Nggak lucu tau." Azura menatapnya.
Rafka berdecih, "Dih, siapa yang ngelawak?"
"Rafka!!!" Azura menghentakkan kakinya. Mengambil sepeda dan mengayuhnya terlebih dahulu.
"Ra. Zura. Yah, ngambek." Rafka tersenyum gemas sambil menyusulnya.
Azura mempercepat kayuhannya. Tidak hentinya mencetak senyum. Mengingat ucapan Rafka. Apa benar seperti pasangan suami-istri. Udah cocok dong? Tapi kalau anaknya kayak Nad, nggak mau ah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung (R)asa
Teen Fiction[Follow dulu yuk. Jangan lupa vote di tiap babnya 🌟] Terjebak dalam hubungan tanpa status. Sebatas teman, tetapi saling mencintai. Tentu menimbulkan banyak gejolak. Harapan yang terkadang semu dan tak kuasa untuk menampiknya. Ketika status mulai di...