Klik bintangnya dulu ya 🌟
Happy Reading ^^
***
"Aku pulang dulu, ya." Saka mengelus pucuk kepala Azura. "Jaga kesehatan. Nggak usah dipaksain kalau emang nggak kuat."
Azura mengangguk pelan. Di tangannya terpasang selang infus. Ia harus menunggu cairan infusnya habis agar bisa kembali ke indekos.
"Aku antar Kak Saka dulu. Kamu makan." Rasita memberikan sepiring makanan kepada Azura dan menyusul Kak Saka keluar ruangan.
"Makasih udah antar Zura ke klinik kampus, Kak."
"Iya. Kalau nanti sampai kos, suruh dia istirahat," pesan Saka pada Rasita.
Rasita mengangguk. "Nanti aku jagain dia. Azura udah sakit dari pagi, tapi maksa buat ke kampus. Maaf jadi ngerepotin Kak Saka."
"Nggak ngerepotin. Kebetulan tadi aku lagi sama dia. Kalau ada apa-apa kabarin aku. Nomernya ada di HP Zura." Rasita mengangguk. "Oh iya, nanti aku bilang ke temanku buat nggak jadiin Zura panitia ospek. Biar liburan nanti dia istirahat."
"Iya, Kak. Nanti aku sampaiin ke Azura. Dia dah kebanyakan kegiatan. Makasih banyak udah perhatian sama temanku." Rasita tak henti-hentinya mengucap 'terima kasih'.
"Santai aja." Saka menunjuk arah luar. "Aku balik sekarang."
"Hati-hati, Kak."
Setelah memastikan Saka pergi dari klinik kampus, Rasita kembali menemui Azura yang sedang melahap makanannya.
"Libur semester kamu nggak ada kegiatan. Kak Saka yang minta. Buat istirahat." Rasita duduk di kursi samping ranjang Azura.
"Lah? Kan ada kepanitiaan ospek."
"Udah mikirin kepanitiaannya, Ra. Ini langsung Kak Saka yang minta kamu istirahat lho, bukan aku lagi. Nurut Kek. Ini juga karena kamu nggak nurut, harus diinfus segala. Pingsan di kampus. Nggak lucu tahu, Ra." Rasita menyemburnya dengan kalimat bernada kesal. "Mana Senin besok udah UAS. Jaga kesehatan, Ra. Nyusul UAS baru tahu rasa."
"Iya, iya. UAS juga nanti aku udah sembuh, nggak bakal nyusul," ucap Azura sembari melahap suapan terakhirnya.
"Iya, udah sembuh kalau kamu banyak istirahat. Sama aja kalau balik kos nugas lagi, nggak tidur lagi, lupa waktu lagi. Emang Kak Saka udah paling benar, liburan kamu wajib istirahat." Rasita masih saja nyerocos menasihati Azura. Bibirnya seakan gatal melihat sahabatnya terbaring lemah hanya karena tidak bisa mengatur waktu dengan baik.
"Iya ...., nanti liburan aku buat istirahat." Azura menyerah.
"Kamu kayak gini buat lupain Rafka 'kan, Ra?" Azura terdiam. "Aku tahu gimana brengseknya Rafka, tapi nggak gini caranya, Ra. Cowok kayak gitu jangan dijadiin alasan buat nyakitin diri sendiri."
Belum sempat Azura bersuara, ponsel Rasita berdering. Sudah dapat ditebak jika pemuda bernama Davi tengah meneleponnya.
"Halo, Sita. Keadaan Azura gimana?" suara Davi terdengar dari seberang. Tampaknya lelaki itu tidak sendiri.
"Udah baik, kok. Mau ngomong sama Zura?" Rasita memandangi Azura yang mengangkat alisnya sebagai isyarat 'dari siapa?'
Rasita memberikan ponselnya pada Azura. "Halo?"
"Ra, kamu tu bikin khawatir. Lagi telepon tiba-tiba mati."
"Iya, maaf, Dav."
"Udah berapa kali dibilang ...,"
"Jaga kesehatan." Azura mengikuti nada bicara Davi saat menasihatinya.
"Kamu tuh ngejar apa sih, Ra? Maksain diri. Akhirnya jatuh juga, malah sampai pingsan gini. Banyak yang khawatir sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung (R)asa
Teen Fiction[Follow dulu yuk. Jangan lupa vote di tiap babnya 🌟] Terjebak dalam hubungan tanpa status. Sebatas teman, tetapi saling mencintai. Tentu menimbulkan banyak gejolak. Harapan yang terkadang semu dan tak kuasa untuk menampiknya. Ketika status mulai di...