Bab 33

61 40 62
                                    

Bintangnya ya, Rese 🌟

Happy Reading ^^
***

Rasita memasukkan ponsel sekaligus mengecek barang bawaan pentingnya dalam sling bag. Setelah dipastikan semua sudah terbawa, ia berjalan keluar. Senyum lebar menghiasi wajahnya seiring bayangan keseruan yang akan terjadi selama camping.

"Aku belum telat, 'kan?"

Melihat siapa yang datang, Rasita menghentikan langkah sekaligus senyumnya. Dengan napas yang berderu, ia mempercepat langkahnya.

"Ngapain lo? Kayaknya nggak ada yang ngajak anak ular ikut," cicitnya.

"Ta, bisa nggak mulutnya dijaga?" Rafka melangkah mendekat dan menuding Rasita.

Rasita tersenyum smirk. "Lo dijampi-jampi apaan, sih? Sampe ngebelain dia terus?"

"Ono opo iki? Kok ketok e le ngobrol asik banget, (Ada apa ini? kok kayaknya ngobrolnya asik banget)," ucap Udin dengan aksen jawanya yang datang bersama Joan.

"Weh, rame, tho. Piye kabare? Dah kayak reunian," sambung Joan. (Gimana kabarnya?)

Keduanya sukses membuat Rasita mendengus kesal. Ia menarik Davi yang hanya diam melihat kedatangan Elina. Sedangkan Azura masih mencerna situasi yang cukup membuatnya terkejut. Begitu pula dengan Rafka yang tidak tahu-menahu tentang kedatangan Elina dan kedua temannya.

"Kenapa diam aja sih, tau anak ular itu ikut?" tanya Rasita setelah menarik Davi sedikit menjauh. "Katanya mau buat Azura sama Rafka baikan, kalau ada dia gimana mau baikan?"

Davi menyentuh bahu Rasita. "Aku yang ajak dia."

"Kamu kok nggak bilang dulu, sih? Main mutusin sendiri, ini kan rencana kita berdua," ucap Rasita kecewa.

"Kamu nggak akan setuju kalau aku ajak dia."

"Udah tau kenapa dilakuin? Mau dia sahabatnya, mantannya, pacarnya, saudaranya, ibunya, neneknya, bahkan tetangganya doang atau siapanya Rafka lah, tetap aja aku nggak suka dia ikut." Rasita kekeh dengan pendiriannya. "Dia penyebab semuanya, Dav."

"Iya, maaf, aku nggak ngabarin dulu. Elina ngajak Udin sama Joan. Nggak perlu khawatir rencana kita gagal. Azura juga harus dengar penjelasan dari sisi Elina." Davi mencengkam bahu Rasita agar perempuan itu tidak pergi begitu saja.

"Kamu maunya apa?" tanya Davi lembut.

"Suruh dia pulang, Udin sama Joan ikut nggak papa." Davi terdiam. Bukan hal mudah untuk mengusir seseorang yang sudah ia undang untuk datang.

"Kok diam? Nggak tega mau ngusir?" Rasita memerhatikan Davi lamat-lamat sebelum akhirnya memutuskan. "Ya udah aku aja!" ia melepas cengkraman Davi dari bahunya.

"Ta! Sita!" seru lelaki berkacamata itu seraya mengejar Rasita yang sudah berjalan dengan langkah cepat dan tegas.

Rasita berhenti di sebelah Azura. "Sorry, Ra. Nggak bilang kalau ngajak mereka juga."

Yap, Sekeras apa pun Rasita, ia tetap memiliki hati. Tidak tega melihat Elina sudah antusias dengan datang membawa tas punggung untuk memenuhi undangan Davi. Haruskah ia mengusirnya? Terlebih ia juga sudah tahu yang sebenarnya dari penjelasan Davi.

"Nggak papa, Ta. Makin ramai, makin seru, 'kan?" Azura tersenyum.

Ia sudah memperhitungkan kemungkinan ini terjadi, mengingat kemarin Azura mendengar bahwa Elina pulang ke Yogyakarta karena Rafka ada di kota ini juga.

"Berangkat, yuk!" ajak Davi sesaat setelah mengatur napasnya, lega karena Rasita tidak benar-benar meminta Elina pulang.

"Kuy lah, keburu siang." Joan menanggapi.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang