Bintangnya udah belum? 🌟
Happy Reading :)
***
Sejumlah siswa tampak membentuk kerumunan di depan papan pengumuman. Deretan nama pengisi acara puncak ulang tahun sekolah terpampang jelas. Acara tahunan yang tentu tidak akan terlewatkan oleh seluruh siswa.
Selama tiga hari berturut-turut. Dimulai dari lomba antarkelas dan ditutup dengan berbagai pentas seni yang dapat ditonton oleh kalangan umum. Pentas ini ditampilkan oleh siswa terpilih dari berbagai ekstrakurikuler kesenian. Serunya, seluruh siswa–tak terkecuali kelas XII–dapat mengambil andil selama berlangsungnya acara ini.
Azura Nirmala Athifa, begitulah nama yang tercantum di seragam sekolahnya. Ia berdiri tak jauh dari kumpulan siswa yang sibuk mencari nama mereka. Gadis itu enggan mendekat, namanya juga dapat dipastikan tidak tercantum. Kalau bukan karena sahabatnya, Azura lebih memilih untuk duduk di kelas dan melanjutkan novel yang sedang dibacanya.
"Gimana hasilnya?" tanyanya pada Rasita yang menghampiri dengan wajah lesu.
"Kepilih, lagi dan lagi ...." Rasita memutar bola matanya. Entah bosan selalu terpilih selama tiga tahun berturut-turut atau karena hal lain.
"Terus mau gimana?" tanya Azura yang dibalas gelengan pelan oleh sahabatnya.
"Mengundurkan diri aja kali ya, Ra?" ucap Rasita pelan.
Azura paham betul masalah batin yang dialami Rasita. Ini juga terjadi tahun lalu. Terpilih dalam tiga periode dan selalu menampilkan yang terbaik tidak membuat Rasita bahagia dan bangga atas pencapaiannya. Ada satu hati yang tak takluk ketika ia menampilkan peran.
"Jangan ah, anggap ini persembahan terakhir buat sekolah. 'Kan lumayan bisa dikenang. Nggak kayak aku." Azura menyemangati.
"Kalau bisa milih, aku milih jadi kamu, Ra," gumam Rasita.
***
"Pulang, yuk," ajak Rafka yang kini sudah berdiri di samping Azura.
Bu Ambar lebih awal mengakhiri pelajaran Fisika siang ini. Tentu dengan tambahan tugas yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Sebagian besar siswa juga sudah meninggalkan kelas.
"Piket. Tunggu bentar, ya." Azura memberikan cengirannya. Sedangkan Rafka membalasnya dengan anggukan disertai dengan mulutnya yang asik mengunyah permen mint bertekstur chewy.
"Kenapa? Kusut benar kayak rambut jarang disisir." Rafka menyengol lengan Rasita yang masih membereskan buku-bukunya.
Rasita meliriknya tajam. "Ngajak ribut?"
Duo R ini memang tidak pernah akur. Setiap hari, ada saja yang mereka perdebatkan. Dari mulai hal kecil hingga hal yang tidak masuk akal.
"Eh ..., santuy. Gue nggak ngajak ribut. Lihat muka lo yang lebih jutek dari biasanya buat gue penasaran. Perhatian 'kan gue?" Rafka menaikturunkan kedua alisnya.
"Jijik! Pengin muntah." Rasita berlagak mual dan ingin memuntahkan seluruh isi perutnya.
Hal ini membuka jalan Rafka memulai aksi jahilnya. Ia bertepuk tangan kemudian mengangkat kedua ibu jari. "Parah, akting mual ala ibu hamil lo keren banget. Sempurna. Perfect. Pantes lo kepilih teater terus."
"Sahabat aku jangan digangguin. Lagi bete, tambah bete," sela Azura sembari menyapu lantai kelas yang tampak berdebu.
"Emang Sita kenapa, Ra?" Rafka berpindah atensi pada gadis di ambang pintu.
"Bukan urusan lo!" Belum sempat Azura menjawab, Rasita sudah menyela.
"Hish, ini apaan, sih? Ribut mulu kerjaannya." Azura menengahi. Ia melirik Rafka. "Nasihatin Sita tuh, masa mau ngundurin diri dari pentas seni."
Rasita menatap Azura tidak suka. Bukannya meminta Rafka pergi, sahabatnya itu justru meminta sang rival untuk menasihatinya.
"Seriusan mau ngundurin diri? Nggak sayang, Ta? Kesempatan emas. Nggak semua bisa kayak lo."
"Mau kesempatan platinum sekali pun, gue nggak tertarik," jawab Rasita ketus.
"Lo mau ngundurin diri karena ujian?" Rafka menyelidik.
"Kalau lo nggak ngerti apa-apa, nggak usah sok nasihatin gue."
"Oke, fine. Gue nggak bisa larang lo. Cuma mau pesan, ada banyak orang yang mau ada di posisi lo. Jangan disia-siain. Kalau alasannya ujian, lo nggak sendirian, Ta. Ada beberapa teman sekelas kita yang ikutan," nasihatnya sembari menyobek bungkus permen mint baru.
Mau bagaimanapun, Rasita adalah teman dekat kekasihnya. Perempuan itu juga yang membantunya dekat dengan Azura. Tidak akur bukan berarti ia tidak bisa memberikan petuah untuk Rasita, 'kan?
"Benar, Ta. Sekolah juga pasti udah mempertimbangkan." Azura ikut menimbrung. Ia sudah selesai mengabdi untuk kelas. "Ambil sisi positifnya."
"Ya udah, nanti aku pikirin lagi."
Azura menatap lelaki yang duduk di kursinya. "Kamu kepilih juga? Karawitan?"
Karawitan merupakan seni musik tradisional Jawa yang menggunakan alat musik gamelan. Ekstrakurikuler ini cukup terpandang di sekolah mereka. Rafka mengikutinya sejak ia kelas X. Namanya cukup populer karena sering ditunjuk untuk ikut lomba mewakili sekolah. Parasnya yang menawan juga menjadi alasan namanya banyak dibicarakan perempuan di sekolahnya. Mungkin juga dibicarakan di sekolah lain.
"Iya, hehe. Kayaknya aku udah diincar deh. Tahun lalu lomba di kabupaten," jawab Rafka.
"Apaan? Nggak ada untungnya ngincar lo," hardik Rasita.
"Wah, keren. Semangat ya, Raf." Lagi-lagi Azura menyela agar tidak terjadi perang dunia ketiga. "Terus latihannya mulai kapan?"
"Belum tau deh. Besok ada kumpul buat bahas teknisnya." Azura hanya ber-oh ria mendengar jawaban Rafka.
"Besok aku tetap jemput kamu," lanjutnya.
"Siap, pulangnya aku tunggu di ruang mading." Azura mengangkat tangannya hormat.
"Yang penting nggak pulang sama Davi. Oke, Sayang?" Rafka mendekatkan wajahnya.
"Nyamuk cantik di sini. Diam tidak dianggap. Mesra di depan mata, Hap! Yuk pergi saja," sindir Rasita dengan nada lagu anak 'Cicak-cicak di Dinding'.
Merasa tidak dipedulikan, Rasita beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki keluar kelas. Tidak baik juga lama-lama berada di tengah orang kasmaran.
"Sita, mau kemana?" Sadar dengan kepergian Rasita, Azura sedikit mengeraskan suaranya menatap sahabatnya yang menjauh..
"Cari cowok, biar nggak jadi nyamuk terus," teriak Rasita.
***
Gimana? Makin penasaran?
Rafka sama Azura ada hubungan apa, sih? Kenapa Rasita ragu ikut pentas seni? 🙄🤔
Temukan jawabannya di bab berikutnya yaa ;)
Komen, yuk. Kritik dan saran kalian sangat membantu untuk memperbaiki kualitas tulisan.
Terima kasih sudah membaca :)
Salam manis,
Fai
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung (R)asa
Teen Fiction[Follow dulu yuk. Jangan lupa vote di tiap babnya 🌟] Terjebak dalam hubungan tanpa status. Sebatas teman, tetapi saling mencintai. Tentu menimbulkan banyak gejolak. Harapan yang terkadang semu dan tak kuasa untuk menampiknya. Ketika status mulai di...