Bab 31

65 40 66
                                    

Happy New Year, Rese 🎉🎆

Belum telat kan ya? Masih bulan Januari kok. hehe

Awali tahun 2021 dengan klik bintang di Bab ini ya, gaes 🌟

Peringatan! Hati-hati memeleh sama sikap Davi.

Selamat Membaca ^^

***

Tak ada yang berubah dari kedai cokelat yang sudah tak pernah dikunjunginya selama setahun terakhir. Harum cokelat masih menyengat ketika memasuki pintu kaca. Hanya ada tambahan lantai yang tidak mengubah gaya klasiknya.

"Wih, mantap nih Choctime. Makin ramai aja. Sampai bikin lantai baru," ucap Rasita sambil menunggu antrian.

Manik Azura berpendar menatap sekelilingnya. "Hem, Manjiw lah. Setahun nggak pernah ke sini, pertumbuhannya pesat. Btw, Davi duduk di mana?"

"Lantai dua, meja kedua dari belakang, dateng berdua sama temannya." Rasita mengangkat jari tengah dan telunjuknya.

"Ada apa dengan angka dua? Jangan-jangan bentar lagi dia memutuskan untuk mengarungi hidup berdua dengan seseorang." Azura menggoda Rasita.

"Mengarungi hidup? Mengarungi sungai aja belom pernah." Rasita tampak malas.

"Heh, pernah tau," sahut Azura. "Pas kemah pramuka. Kita ada susur sungai, masa nggak inget."

"Mari, Kak. Mau pesan apa?" tanya Mbak Kasir pada keduanya.

Benar, mereka sudah berada di antrian pertama. Seperti biasa, Rasita memesan chocomint dan Azura, hazelnut choco. Setelah selesai, keduanya menuju lantai dua dengan membawa minuman cokelat.

Sampai di lantai dua, Rasita melihat lelaki yang melambaikan tangannya di meja kedua dari belakang, Davi. Dia duduk sendirian tanpa pendamping. Ke mana temannya?

"Cie ketemuan," goda Azura yang langsung dibalas cubitan kecil di pinggang dari Rasita. "Aduh, Sita!"

"Udah lama nggak ketemu, gimana kabarnya, Sita?" tanya Davi sedikit gugup. Pasalnya, ini kali pertama mereka bertemu secara nyata setelah setahun terbatas layar ponsel.

"Duh ada yang nanyain kabar, nih. Jawab dong, Ta" Azura menggodanya lagi. Pipi Rasita memerah.

"Gimana mau jawab kalau kamu nerocos mulu," ucapnya sedikit berbisik.

Davi terkikik, "Kangen banget sama kepiting rebusnya."

"Kayaknya aku ganggu nih, cabut dulu ya bentar." Azura beranjak, tapi tangannya dicekal Rasita.

"Mau ke mana? Ikut!"

"Pindah kursi. Jangan grogi, Ta. Biasanya juga nggak gini ketemu Davi." Azura mencolek dagu Rasita. Jari-jari tangannya juga terasa dingin di kulit Azura. Kelihatan sekali dia gugup berhadapan dengan Davi.

"Santai aja, kayak sama dosen penguji skripsi aja," sahut Davi menatap keduanya bergantian.

"Nah tuh, santai aja." Azura kembali duduk akibat tarikan tangan Rasita.

"Hehe, kabar aku baik, kok. Teman kamu ke mana?" tanya Rasita seraya mengatur napas agar tidak gugup.

"Oh, tadi dia lagi angkat telepon." Rasita dan Azura hanya mengangguk.

"Ini minuman siapa?" tanya Davi melihat segelas minuman yang terbungkus rapi.

Azura menarik, mendekatkannya. "Punyaku, Dav. Buat Nadira."

"Kakak yang baik." Davi tersenyum hangat.

"Uw, suka deh punya kakak tipe Azura yang suka traktir adiknya." Rasita mencubit pipi sahabatnya.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang