Bab 34

74 37 64
                                    

Bintangnya, yok

Peringatan! Bab ini mengandung bumbu kebaperan tingkat tinggi. Hati-hati meleyot.

Selamat Membaca ^^

***

"Jauh-jauh sampai sini masih aja belajar?" suara Rafka mengejutkan Azura yang sedang membaca buku rujukan yang sempat dibelinya, tetapi baru terpakai di semester mendatang.

"Emang kenapa?" Azura balik bertanya dan kembali fokus pada bukunya.

"Ini libur, tinggalin dulu urusan kuliah." Rafka menatap Azura yang sama sekali tidak menoleh ke arahnya.

"Nggak rugi di kamu juga, kan?"

Rafka hanya tersenyum, sudah lama ia tidak menatap Azura yang sedang fokus dengan bacaannya. Diulurkan tangannya, menyodorkan permen mint dalam kemasan pot dengan ikon beruang kutub di bungkusnya. Menutupi sebagian pandangan Azura pada buku.

"Baca buku enak sambil makan permen, 'kan?"

Azura menoleh, tampak Rafka menaikturunkan alisnya. Hal ini berhasil membuat sebuah buku setebal 100 halaman mendarat di wajahnya.

"Kebiasaan banget sih, gangguin orang lagi baca."

"Aduh, kebiasaan banget nimpuk pakai buku." Rafka menggelus hidungnya yang sedikit kemerahan. "Nih, mau nggak?" Ia menawarkan permen lagi.

"Masih suka permen mint?" Azura menengadahkan tangan, mengeluarkan sebuah permen berbentukseperti kapsul kecil, dan melahapnya. "Kok bukan yang biasanya?"

"Kalau yang ini, buat perjalanan. Bisa masuk kantung. Kalau yang chewy, buat di rumah." Rafka mengikutinya, melahap dua buah sekaligus.

"Di kampus?"

"Bawa juga, tapi tergantung. Biasanya bawa yang ini." Rafka menggoyangkan kemasan permen mint-nya

"Dasar maniak permen mint. Dibatesin lho, nanti diabetes." Azura kembali membuka komiknya.

"I-iya."

Selama tidak ada Azura, pengingat pembatasan memakan permen mint juga ikut hilang. Bahkan, ia juga tidak begitu peduli pada banyaknya omongan orang lain yang memintanya tidak terlalu banyak mengonsumsi permen menyegarkan itu.

"Eh jalan-jalan yuk, Ra," ajak Rafka.

"Nggak, ah. Sama Udin aja sana, apa Joan," tolak Azura tanpa menatap Rafka sekali pun.

"Udin tiduran tuh di hammock, nggak mau diganggu. Joan nggak tau deh ke mana. Habis makan siang dia ngilang," terang Rafka yang hanya dibalas dehaman pendek dari Azura.

"Ya udah sama Elina lah. Aku sibuk."

"Udah sampai pantai tu main air." Rafka mengambil buku dari tangan Azura dan menaruhnya. "Jangan belajar mulu."

Sontak Azura mencebik. "Balikin, Rafka!"

Ia hendak mengambil komiknya kembali. Namun, Rafka mendahuluinya dan mengangkat komik tersebut. Membuat Azura sebal hingga kepalanya seperti mengeluarkan asap.

"Jangan ganggu ih. Sini!" Azura mengangkat tubuh, bertumpu pada kedua lututnya.

Hampir saja tangannya meraih buku, tetapi lagi-lagi Rafka lebih cepat. Lelaki itu menahan tangan Azura, yang spontan mematung ketika merasakan sengatan hangat di pergelangan tangannya.

Sesaat kemudian, Rafka tersenyum begitu hangat. Azura tidak bisa menolaknya, hatinya bergetar, seakan terdapat ribuan bunga yang mekar serentak dan sebentar lagi akan meledak.

Penghujung (R)asaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang