Acara wisuda Asha sudah selesai. Asha juga sudah berfoto dengan keluarganya dan keluarga dari Prima. Wisuda Asha ini jauh dari ekspektasi yang dia bayangkan.
Dulu, Asha pikir dia bahkan tidak akan bisa berfoto dengan seorang cowok persis seperti yang di katakan Arthur bahwa tidak ada satupun cowok yang mau mendekatinya. Tapi lihatlah, kebahagiaan Asha lebih dari yang dia bayangkan, Asha bisa berfoto bukan hanya dengan seorang makhluk berjenis kelamin laki-laki. Tetapi Asha bisa berfoto langsung dengan suami dan keluarga suaminya. Bukankah ini jauh lebih menyenangkan?
Usai menghabiskan waktu bersama keluarganya. Asha dan Prima langsung berpamitan. Kini mereka tengah berjalan memasuki restoran Nusantara. Restoran milik Asha ini dipilih sebagai tempat untuk mengungkap beberapa hal yang masih dia tutupi dari teman sekelasnya.
Setelah liburan pasca UAS. Asha jarang sekali bertemu dengan teman kelasannya. Belum lagi Asha tidak menyimpan nomor anak kelasan kecuali ketiga sahabat baiknya. Jadi, kedatangan Asha kali ini dengan penampilan yang berbeda dan kejutan yang dia bawa dipastikan bisa membuat teman Asha merasa sangat terkejut.
Sebelum menuju tempat pertemuan yang sudah di siapkan langsung oleh Cahya. Prima menarik tangan Asha ke arah lain. Asha memilih mengikuti langkah kaki Prima hingga keduanya berhenti di pojok ruangan yang cukup sepi.
Setelah berhenti, Prima hanya menatap Asha. Asha tersenyum, tangannya terulur guna mengelus pipi kanan Prima. "Aku kesini buat kasih tau ke Arthur cs kalo aku ini MaskWriter. Jadi, seminggu yang lalu, aku udah namatin cerita kita yang 'Cinta Nano-Nano' disitu aku bilang kalau aku akan DM beberapa penggemar aku dan yang aku DM boleh kirim hadiah buat acara wisuda aku."
"Jadi banyaknya hadiah di kamar itu dari mereka? Bukan dari penggemar rahasia kamu?" Asha menggeleng. Seminggu ini dia sengaja membiarkan Prima menahan api cemburu. Wajah kesal yang selalu Prima tampilkan terlihat sangat lucu, itu sebabnya Asha baru menjelaskan semuanya sekarang.
"Jahat banget. Kamu udah bikin Mas pusing, loh."
"Aku minta maap. Abisnya, Mas sering usilin aku. Yaudah, aku usilin balik, lah."
Prima tak merespon. Wajahnya masih terkesan dingin,
"Jadi Mas mau maapin aku, 'kan?" Asha tersenyum manis. Dia berusaha agar Prima luluh dengan keinginannya.
"Iya," jawab Prima dengan tidak ikhlas.
"Yang ikhlas dong Mas. Nanti aku kasih morning kiss." Asha mencoba memancing Prima. Biasanya untuk urusan seperti ini Prima langsung luluh.
Prima tersenyum. Senyuman yang semakin lebar dan semakin mengerikan. "Boleh lebih?"
"Nanti dipikirin lagi ya. Sekarang kita pikirin ini dulu." Senyuman Prima langsung menghilang. Sepertinya Prima harus bersabar lagi untuk bisa mendapat hak sepenuhnya atas Asha.
Melihat wajah sedih Prima. Asha merasa bersalah, dia menahan tangan Prima yang akan meninggalkannya. "Setelah kita sampe Turki. Aku gak akan kasih alasan apapun. Aku janji, aku akan sepenuhnya jadi milik Mas."
Setelah mendengar penuturan Asha. Prima kembali bersemangat. Dia menggenggam tangan Asha dengan penuh cinta. Mereka berdua melangkah secara perlahan menuju tempat yang sudah disiapkan.
***
"Cahya, hari ini Asha wisuda ya?" Satria bertanya. Matanya melirik Cahya yang duduk bersebelahan dengan Dirga. Cahya hanya mengangguk. Setelah menghadiri wisuda Asha bersama dengan Bunga dan Shinta. Cahya, Bunga dan Shinta langsung datang ke restoran lebih dulu.
"Eh si Asha wisuda? Cepet banget dah. Sok pinter banget tu anak satu." Arthur merespon dengan heboh. Mulutnya terus saja terbuka guna menerima suapan ice cream dari Shinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [ END ]
RomanceArasha Shibilla, seorang penulis novel horor terkenal kembali bertemu dengan Adinar Primasatya Azmilo sahabat sekaligus cinta pertamanya, pertemuan tanpa sengaja ini membuat takdir terus saja mempertemukan Asha dengan Prima. Gara-gara sering bertemu...