Tentang Asha

493 106 189
                                    

Selamat Membaca 😊

***

Sebelum berlibur dan kembali ke kampung halaman. Asha menyempatkan diri ke kafe permata. Dia ingin mengambil gaji dan bonus yang sudah di janjikan oleh Arya.

Saat memasuki Kafe, Asha di suguhi pemandangan aneh. Empat teman kerjanya tersenyum sambil sedikit menunduk sopan kepadanya. Merasa sangat aneh pada satu orang, Asha terus saja menatap Andi, lelaki yang biasanya ketus itu berubah jadi lebih ramah. Sangat-sangat ramah, sampai Asha mematung saking terkejutnya.

Andi berlalu di ikuti oleh Jani, Risa dan Doni. Asha berusaha tak acuh, langkah kakinya kembali terayun menuju ke ruangan Arya.

"Assalamualaikum, pak Arya!" Asha berteriak, dia sudah membuka pintu lalu tersenyum lebar. Arya hanya melirik Asha. Sebelum Asha menjadi kandidat calon bu bosnya Arya memang sudah membiarkan Asha bersikap seenaknya. Makanya setelah mendengar pengakuan dari Prima bahwa Asha adalah calon bu bosnya Arya semakin tak kuasa untuk memarahi gadis selengekan itu.

"Wa'alaikumussalam," jawab Arya dengan sopan. Pagi ini dia tidak ingin menguras emosi.

Arya mengeluarkan amplop cokelat dari dalam lacinya. Dia berdiri, lalu melangkah menghampiri Asha. Asha sendiri masih diam mematung di ambang pintu. "Sha, apa lo gak tau kalau berdiri di depan pintu itu pamali."

Asha tidak menjawab, tapi tubuhnya bergerak selangkah guna memasuki ruangan Arya. "Asha gak di depan pintu. Ini udah masuk ruangan."

Arya mengembuskan napas, ingin sekali rasanya memarahi Asha, tapi hatinya memberontak. Sabar, Ar. Anggap ini ujian buat ngelamar Arini.

"Ini gaji sama bonus buat lo. Simpen baik-baik. Ngerinya waktu liburan, duit lo ilang. Ujung-ujungnya gue juga yang repot." Arya menyodorkan amplop cokelat tadi pada Asha dengan diiringi oleh beberapa kata nasihat yang Asha mengerti.

"Oke, siap bos! Asha pasti gak akan nyusahin pak Arya. Udah ya, Asha pamit. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam." Arya menjawab salam Asha tanpa berbasa-basi. Dia melirik Asha yang sudah semakin menjauh. Setelah dirasa jarak yang tercipta cukup baik, Arya mengambil langkah untuk membuntuti Asha.

Dia sudah sangat penasaran dengan sikap buru-buru Asha di setiap hari gajiannya. Asha selalu ingin cepat pergi membawa amplop yang berisikan nominal uang yang tidak sedikit. Arya jadi ingin tahu, apa yang sebenarnya Asha lakukan, itu lah sebabnya mengapa Arya memutuskan untuk membuntuti Asha.

***

Arya langsung menghentikan mobilnya saat motor matic milik Asha berhenti di sebuah panti asuhan. Alisnya terlihat menyatu, Arya kebingungan karena Asha terlihat begitu akrab dengan anak-anak panti itu. Belum lagi, ada beberapa anak jalanan yang langsung berdatangan saat melihat Asha. Anak-anak itu terlihat begitu menyayangi Asha.

Dilain sisi, Asha sedang tersenyum senang. Dia menatap satu persatu anak kecil yang membentuk lingkaran mengelilingi dirinya. Mereka begitu menggemaskan apalagi saat suara merdu itu saling bersahutan guna menyanyikan lagu 'meraih mimpi' untuk Asha.

"Yeayy," sorakan penuh kegembiraan itu terdengar. Asha menangis haru, jiwa cengengnya selalu tersentuh karena tindakan manis dari mereka.

"Kakak cantik, jangan nangis dong." Shilla, anak kecil berusia lima tahun ini menyuruh Asha untuk menekuk lututnya, Asha tidak membantah. Dia membiarkan Shilla menggerakkan ibu jarinya guna menghapus air matanya. Asha semakin tersentuh, tapi dia tahu bahwa dirinya tidak diperkenankan untuk menangis disini. Itu lah sebabnya Asha langsung mengukir senyuman hangat.

My Destiny [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang