Membuang Kenangan

566 126 186
                                    

"Membuang suatu hal berharga itu memang sulit, tetapi jika kita tetap menyimpannya, bukankah akan terasa lebih sulit?"

***

Happy satnight

kepo time

1. Sebutkan 1 barang berharga buat kalian beserta alasannya.

***

Kata orang hidup adalah pilihan. Kita bisa memilih untuk menjadi apa di kehidupan ini. Kata orang menjadi seorang peran utama itu menyenangkan. Asha tentu sangat tau semua itu, dia tau bahwa dirinya tidak akan pernah bisa memilih menjadi peran utama bahkan dalam hidupnya sendiri.

Asha tersenyum miring. Dia menatap pantulan dirinya di depan cermin dengan begitu miris. Sejak kejadian dua hari lalu, hari minggu Asha menjadi begitu suram. Gadis itu mengurung diri di dalam kamar bahkan hingga sore hari. Asha mengabaikan ajakan Shinta, Bunga dan Cahya. Dia menonaktifkan ponselnya. Arasha Shibilla benar-benar sendirian.

Asha menghela napas. Dia berjalan menuju lemari yang dia gunakan untuk menyimpan barang-barang lama. Langkah Asha terhenti, tatapannya berubah sendu. Kotak berwarna hitam dengan hiasan merah muda itu masih Asha simpan dengan rapi. Asha tertawa namun airmatanya kembali menetes. 'Bodoh, harusnya kotak ini udah gue buang sejak lama. Bukannya di simpen kayak gini.'

Asha meraih kotak yang sudah dia simpan selama delapan tahun. Dia memasukkan kotak itu kedalam tas. Malam ini, setelah mengisi perutnya sambil mencari udara segar, Asha berniat membuang kotak hadiah yang akan dia berikan pada Prima delapan tahun yang lalu.

Asha kembali menghela napas, dia memantapkan niat, 'Kali ini, gue bakalan bener-bener buang lo, selamat tinggal Primata terkutuk ganteng, kita emang lebih baik gak saling kenal.'

***

Asha berjalan di trotoar jalan dengan memasang senyuman. Asha begini bukan karena dia ramah, dia hanya sedang menghibur hati yang patah. Tadi, Asha sudah pergi ke rumah makan, dia sudah mengisi perutnya yang seharian ini dia siksa. Sekarang, Asha berniat pergi ke sebuah taman, dia butuh udara segar untuk merefresh otaknya. Karena otak Asha adalah asset terbesarnya untuk mendapat banyak pundi-pundi rupiah.

Asha sampai di taman yang dia tuju. Asha pikir taman ini akan sepi jika malam tiba, tapi ternyata ada banyak muda-mudi yang berlalu lalang. Asha mengumpat dalam hati. Hadeh nasib-nasib, gue lupa, selama gue tinggal di bumi, selama itu juga gue bakalan ngeliat para bucin bertebaran.

Asha mengedarkan pandangan, dia harus menemukan setidaknya satu tempat duduk untuk dirinya. Asha tersenyum, akhirnya, setelah bersusah payah dia menemukan satu kursi yang hanya di tempati oleh satu orang.

Tanpa pikir panjang Asha langsung menghampiri kursi kosong itu. Setelah sampai, Asha langsung duduk begitu saja, dia menghela napas panjang sebelum bersandar dengan nyaman. "Mang, numpang duduk ya. Soalnya cuma ini kursi yang kosong." Asha akhirnya meminta izin, sebenarnya ini telat tapi lebih baik telat dari pada tidak sama sekali 'kan.

Hening...

Permintaan izin Asha tidak di respon. Asha si anak santuy sama sekali tak mempermasalahkan diamnya orang yang duduk di sampingnya. Asha mendongak, menatap langit malam yang terlihat indah, "Pantesan para bucin berhamburan, orang langitnya indah," gumam Asha yang masih bisa di dengar oleh orang di sampingnya.

Asha mengeluarkan ponsel miliknya, dia membuka aplikasi kamera lalu melihat wajahnya yang terlihat mengerikan. Mata sembabnya begitu kentara, rambut cepol satu yang terlihat sangat kusut karena tak sempat di sisir benar-benar menambah kusut penampilan seorang Arasha Shibilla. Asha beruntung karena kacamata yang dia pakai bisa sedikit menutupi mata sembabnya, namun tetap saja wajah kentang Asha tak bisa di tutupi.

Orang ini dari tadi diem aja. Apa dia hantu? Kalo iya, kayaknya enak deh buat di ajak curhat. Asha semakin ngelantur, sepertinya dia begitu stres?

"Mang, pernah patah hati gak sih? Kalo pernah tolong ngangguk ya." Asha benar-benar bertanya, dia benar-benar percaya bahwa orang yang duduk bersebelahan dengannya adalah hantu.

Orang bertopi hitam itu mengangguk.

Asha tersenyum tipis.

"Kenapa ya patah itu sakit. Padahal kalo seneng kan seru." Asha tertawa pelan, dia tidak peduli mau di bilang gila sekali pun, toh, penampilannya memang persis seperti orang gila.

"Mang, tolong respon lagi ya. Kalo mamang ketemu sama cinta pertama mamang yang pernah gagal, mamang bakalan ngapain? Perjuangin atau nyerah? Nah, kalo nyerah, mamang pilih tangan yang kiri kalo perjuangin mamang pilih tangan yang kanan. Ngerti kan?" Asha sudah menghadap lelaki bertopi hitam, lelaki itu mengangguk namun tatapannya tak beralih dari sepatu hitam bercorak pink yang tengah dia pakai.

Asha menyodorkan tangan. Lelaki itu memilih tangan kanan Asha.

Asha membatin. Si mamang ini bisa nyentuh tangan gue, itu berarti dia manusia dong. Alah, bodo amat deh, dia juga gak liat muka gue kan. Lagian gue gak mungkin curhatin ini ke orang yang gue kenal, mending ke si mamang aneh ini aja.

"Perjuangin ya? Tapi susah mang, saya itu termasuk kaum kentang nah selera dia kaum gudluking. Tuh, kayak cewek itu, tuh." Asha menunjuk seorang cewek cantik yang asik bergandengan tangan dengan cowok ganteng.

Lelaki tadi masih diam.

Eh iya lupa, si mamang kan gak bisa ngomong.

"Menurut mamang, kalo saya lebih pilih nyerah aja gimana? Saya capek mang nangis terus, liat nih muka saya aja udah kayak hantu." Asha menunjukkan wajahnya. Namun, lelaki bertopi tidak bergerak sedikit pun.

"Eh iya maaf mang, saya lupa kasih pilihan. Gini deh, coba mamang pilihin pertanyaan terakhir dari saya. Saya sama dia jodoh atau enggak? Kalo jodoh kanan, kalo enggak kiri." Asha kembali menyodorkan tangannya. Lelaki bertopi lagi-lagi memilih tangan kanan Asha.

Asha tertawa dengan keras. "Makasih ya mang, walau sebenernya saya tau pilihan mamang ini cuma buat ngehibur saya aja. Tapi se enggaknya mamang udah mau nemenin dan dengerin curhatan saya."

"Eh iya, saya punya sesuatu buat mamang." Asha mengambil kotak yang akan dia buang, dia menatap kotak itu dengan sedikit perasaan lega. Setidaknya, sekarang, Asha tidak akan lagi berharap apapun karena kotak ini akan beralih ke tangan orang lain.

"Ini buat mamang, bisa di simpen, boleh juga kalo mau di buang." Asha menyodorkan kotak itu sambil tersenyum.

Senyuman Asha semakin mengembang saat kotak itu di ambil alih oleh lelaki bertopi hitam.

Asha mengembuskan napas lega. Dia berdiri lalu pergi meninggalkan lelaki yang sedari tadi dia ajak bicara. Asha merasa lebih baik sekarang. Sepertinya, malam ini dia bisa tidur dengan nyenyak

Lelaki bertopi hitam tadi melepas topinya. Dia bisa membaca dengan jelas tulisan yang ada di atas kotak. Untuk : Primata terkutuk ganteng, Dari : Shibillang sayang tapi gengsi.

Tanpa Asha sadari lelaki bertopi hitam terus menatap ke arahnya, bahkan, senyuman tipis sedikit terbentuk saat langkah Asha tersandung dan dia hampir terjatuh.

Semua sakit lo pasti bakalan berubah jadi kebahagiaan, itu janji gue, jadi, tunggu aja Shibil.

***

Adakah yang pernah curhat sama orang gak di kenal kayak Asha?

Kalo ada kalian mantul banget 😂

btw ada yang tau siapakah cowok yang pake topi item? pasti tau lah ya, kalo enggak tau berarti dia emang gak sepemes itu. Wkwkkwk 😂

udah, ah, selamat malam kalian, semoga kalian mimpi indah. 😉

My Destiny [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang