"Sebenarnya apa maksud semesta mempertemukan kita?"
***
Asha berjalan mendekati Bunga, Cahya dan Shinta yang ternyata masih betah menunggu dirinya. Bcs itu benar-benar sahabat sejatinya seorang Arasha Shibilla.
"Woyy!" Asha berteriak. Dia sengaja ingin mengagetkan tiga sahabat cantiknya. Tapi nyatanya reaksi kaget tidak Asha dapatkan.
"Udah kelar? Gimana? Ada revisi lagi?" Cahya langsung memberondong Asha dengan banyak pertanyaan. Memang, dari ketiga sahabat Asha, Cahya lah yang paling prepare jika menyangkut hal – hal yang melibatkan Asha.
Asha tak langsung menjawab pertanyaan Cahya. Dia lebih memilih duduk lalu meminum es cokelat yang sudah diyakini adalah miliknya. Setelah menghilangkan dahaga, Asha tersenyum manis. "Santai, revisian gue kelar, naskah gue juga kelar. Aduh ... bahagia banget sih gue hari ini."
Asha mendongakkan kepala sambil terus senyum-senyum sendiri. Orang lain yang melihat kekonyolan Asha pasti berpikir bahwa dia adalah orang gila. Lain hal dengan Bunga dan Shinta mereka berdua langsung mengecek naskah novel horor yang baru di selesaikan oleh Asha.
Shinta berkomentar, "Asha, part ini kayaknya mending di hapus deh," Shinta kembali membaca part berikutnya. "Eh, jangan deng. Ini udah pas. Bakal laku keras nih pasti." Shinta si labil selalu memberi komentar tanpa membaca sampai akhir. Alhasil komentar pertamanya adalah kesia-siaan.
Bunga, si tim marketing handalnya Asha sudah sibuk dengan ponsel miliknya. Dia sedang menghubungi banyak penerbit untuk menawarkan novel horor Asha yang fantastis. Dari wajahnya terlihat jelas bahwa dia optimis novel Asha yang ini akan naik ke layar lebar lagi.
Asha sendiri, si penulis novel yang terkenal dengan nama pena MaskWriter sibuk makan gado-gado level mantan yang pedesnya sampai ke ulu hati. Dia tetap anteng padahal ketiga sahabatnya sudah sibuk dengan bagiannya masing-masing.
Asha selesai makan. Dia kembali meminum es cokelat miliknya.
Terdiam selama beberapa detik, senyuman manis Asha tiba-tiba saja terbit. "Kayaknya gue mau nulis genre romance deh."
Asha masih memasang senyuman. Namun senyuman Asha malah membuat Shinta, Bunga dan Cahya di selimuti ke khawatiran.
"Asha lo yakin? Ini romance, Sha, ROMANCE." Shinta yang merespon paling heboh. Dia tau benar bahwa Asha paling benci genre yang penuh cringe dan menye-menye seperti romance.
Cahya menatap Asha. "Apa lo yakin?" Asha mengangguk antusias.
Bunga, si cewek pro marketing itu tidak berkomentar apa-apa dia malah asik memberitahu beberapa penerbit yang dari tahun lalu sudah ingin menerbitkan genre romance hasil tulisan si MaskWriter alias Arasha Shibilla.
Asha kembali terdiam. Sekarang batinnya berkecamuk, kenapa gue bisa bilang kayak tadi sih? Fiks! ini gara-gara si Primata yang tiba-tiba aja dateng di pikiran gue. Sekarang gue harus gimana dong?
***
Malam ini Asha memilih untuk keluar seorang diri. Dia mengabaikan ajakan Bunga, Cahya dan Shinta untuk hangout bersama. Alasannya klasik, Asha bilang bahwa dirinya sedang tidak enak badan. Awalnya Mereka bertiga tidak percaya, tapi kemampuan Asha dalam berakting tentu tidak bisa di ragukan lagi.
Dan disinilah Asha berakhir. Di sebuah apartemen megah yang memiliki tempat untuk melihat bintang. Asha masih tetap diam menatap bangunan megah di depannya, apartemen mewah ini adalah apartemen impian teman kelasannya. Ingat! Teman kelasannya. Karena seorang Asha tidak pernah ingin pindah ke apartemen seperti ini. Dia sudah cukup puas dengan kenyamanan yang diberikan oleh kamar kost kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [ END ]
RomanceArasha Shibilla, seorang penulis novel horor terkenal kembali bertemu dengan Adinar Primasatya Azmilo sahabat sekaligus cinta pertamanya, pertemuan tanpa sengaja ini membuat takdir terus saja mempertemukan Asha dengan Prima. Gara-gara sering bertemu...