Getaran Menyenangkan

593 113 163
                                    

 "Rasain, lagian, human sosial gegayaan kek sultan Andara."

Arasha Shibilla

***

Asha duduk di pojok kelas. Karena kejadian kemarin Asha yakin hari ini dia akan di jauhi. Hari ini dia akan sendirian, tanpa Bunga, Cahya dan Shinta.

Walau tau dirinya tidak akan di anggap. Asha tetap masuk kuliah, dia menebalkan muka dan mengokohkan jiwa. Asha masih bergeming di tempatnya duduk. Dia hanya fokus dengan layar laptop miliknya. Asha menghiraukan teman kelasnya yang sudah bergantian memasuki kelas.

Seperti dugaan Asha. Mereka semua benar-benar memusuhi Asha, namun Asha tak ambil pusing dia malah asik dengan dunia imajinasinya sendiri. Dia sibuk menulis novel romance miliknya yang sempat tersendat.

Setengah jam berlalu.

Asha merasa banyak tatapan mata yang menusuk kearahnya. Dia merinding, padahal, hari ini dia tidak sedang menulis novel horor tapi perasaannya mendadak gelap sepertihalnya malam tanpa bintang. Asha yang pekaan mengambil ponsel, dia mengecek pesan dari dosen mata kuliah hari ini. Asah menguap dengan santai, dia mengambil botol minumnya walau dia tau dirinya masih jadi pusat perhatian.

Selesai minum. Asha lagi-lagi menguap, dia yang sudah terlanjur malas bicara mengetuk jarinya di atas meja sebanyak dua kali. Seolah tau kode dari Asha. Bunga, Cahya dan Shinta mengecek ponsel di ikuti dengan temannya yang lain.

"Ih! Ini kelompoknya gak bisa di ganti apa?! Masa iya, kelompok gue bego semua." Mutiara berdecak kesal. Dia menatap Bimo dan Lala yang tengah nyengir sambil berkedip tidak jelas.

Riska mendekati Mutiara. Dia membisikan sesuatu, Mutiara hanya mengangguk-angguk. Setelah Riska selesai, Mutiara menyuruh Bimo dan Lala untuk mendekati Asha. Asha terlihat membereskan alat-alat tulisnya.

"Kalo lo pada mau protes. Langsung chat pak Angga, gue gak ada waktu!" suara Asha yang terdengar tiba-tiba langsung menghentikan langkah kaki Bimo dan Lala.

Bimo dan Lala berbalik. Mutiara hanya bisa mendengus kesal. Jika Asha marah begini biasanya Shinta, Cahya dan Bunga akan meredam amarah Asha. Tapi sekarang itu semua tidak akan terjadi karena Mutiara pikir dia sudah berhasil membuat persahabatan mereka hancur. Aish sial! Kenapa malah gue yang jadi ribet sendiri.

Shinta, Bunga dan Cahya yang berdiri bersisian saling ber tos ria. Mereka bertiga tersenyum tipis.

Asha selesai dengan pekerjaannya. Dia berbalik. Langkah Asha terhenti karena Satria sudah berdiri di depannya. "Sha, kita sekelompok. Mau ngerjain dimana?"

Asha melihat Satria sekilas. "Gue gak bisa hari ini. Ada kerjaan, kalo mau, besok."

Asha bisa melihat Satria mengangguk. Tak mau berbasa-basi, Asha kembali melangkah meninggalkan teman kelasannya yang di penuhi kedongkolan.

Asha tersenyum miring. Rasain, lagian, human sosial gegayaan kek sultan Andara.

***

Saat ini Asha tengah rebahan dengan nyaman di kamar kost miliknya. Dia baru sadar,  ternyata, hari ini dia tidak ada jadwal bekerja. Masa bodo dengan tugas, Asha yang sudah bangkit dari tidurnya malah sibuk maskeran sambil meroll rambut panjangnya. Hari ini Asha bertekad untuk memanjakan diri. Walau pada akhirnya dia tidak akan sepenuhnya glowing tapi setidaknya Asha mencoba untuk terlihat good looking.

Tok.. Tok... Tok...

Suara ketukan pintu terdengar jelas. Asha dengan fase mager tingkat dewanya berusaha menulikan telinga. Dia malas mengangkat tubuhnya yang sudah dalam posisi wuenak.

My Destiny [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang