Happy Satnight semua 😄
Apa Definisi Bahagia versi kalian?
Me : Makan sepuasnya tanpa mikirin gemuk 😆
***
Asha dibuat terkejut di pagi buta. Dia yang tengah bermalas-malasan tiba-tiba saja mendapat telepon dadakan dari Bunga. Bunga mengabarkan bahwa acara Meet and Great untuk novel 'Karma Bukan Mainan' milik Asha di majukan jadi malam ini. Otomatis, Asha yang tidak memiliki persiapan apapun di minta untuk gerak cepat. Padahal, Asha itu persis seperti siput, makan lelet, jalan lelet, lari lelet, cuma otak aja yang encer.
Asha tersenyum ramah. Dia berterimakasih pada penjaga pintu butik yang baru saja dia datangi.
"Mau cari apa kak?" tanya seorang pelayan dengan senyuman ramah khas menyambut para pelanggan yang datang.
"Dress warna hitam, sederhana tapi sedikit ada kesan glamornya." Asha memberitahu baju yang dia cari.
Pelayan tadi mengangguk paham. "Kakak bisa duduk dulu. Saya carikan model yang pas buat kakak."
Asha merespon dengan tersenyum kecil. Dia duduk, lalu mengambil majalah yang tersedia.
"Eh mbak-mbak ini buta? Pake kacamata item gitu tapi sok baca majalah." Bisikan itu terdengar jelas.
Asha mengumpat. Sialan ni ibu-ibu. Ngatain gue buta tapi keras banget. Kalo enggak buat fans, gue jugaogah dateng ketempat penuh drama kek gini.
"Kak, saya dapet dua pilihan. Kakak mau yang mana?" pelayan tadi datang kembali seraya membawa dua Dress hitam yang Asha mau.
Tanpa pikir panjang. Asha memilih dress dengan model seperti di atas. Dia memilih itu bukan tanpa alasan, namun Asha pikir dress itu akan pas di padukan dengan topeng berwarna hitam yang sudah lebih dulu dia beli.Selesai bertransaksi. Asha memutuskan untuk segera pulang, dia ingin rebahan sepuasnya sebelum olahraga wajah malam nanti.
***
"Kalian bertiga ngapain dah? Sibuk banget perasaan." Prima dibuat kebingungan karena tingkah ribet dari Arthur, Rangga juga Dirga yang bolak-balik membeli barang. Ketiganya serempak membeli barang-barang berwarna hitam, seperti tengah ada acara berkabung saja.
Arthur yang masih sibuk mencocokkan jas yang akan dia pakai malam ini melirik Prima dari cermin yang ada di depannya. "Nanti malem kita bertiga mau ke acara Meet and Great. Lo mau ikut?"
"Ogah. Lo pada rajin banget ke acara gituan. Gak penting." setelah menjawab ajakan Arthur. Prima menyandarkan tubuhnya. Dia terlalu malas menghadiri acara tidak penting seperti Meet and Great.
"Dih, ini penting oyy! Malam ini, gue bisa ketemu sama MaskWriter penulis kesayangan gue. Denger-denger, katanya, dia cantik loh." Rangga sudah menemukan setelan yang pas. Dia tersenyum begitu lebar sambil menghayal bisa bersalaman dengan penulis favoritnya.
"Yaelah. Paling juga cantiknya pasaran. Lagian, dia penulis genre apaan emang? Kok gue gak tau." Prima berpendapat setelahnya dia meneguk segelas minuman soda.
"Dia itu penulis horor. Inget film yang mau kita tonton gak?" jawab Dirga yang baru datang sambil membawa sepiring kue. Dia terlihat tidak sesibuk Rangga dan Arthur. Namun, Dirga tetap bagian dari MW lovers garis keras.
"Yang 'Karma Bukan Mainan'?" tanya Prima, setelah memastikan ingatannya.
"Nah iya, itu film adaptasi dari novel dia. Keren! gue jamin dah. Kalo lo gak percaya. Nih, gue kasih liat tulisan romance pertamanya. Pasti langsung jadi MW lovers garis keras dah lo, Nar." Dirga menyodorkan ponsel miliknya yang sudah menampilkan cerita romance milik Asha dengan judul 'Cinta Nano-Nano'.
Prima mengambil alih ponsel Dirga dengan malas. Dia itu paling anti membaca, tapi demi membuktikan tulisan yang kata tiga sahabatnya bagus. Prima berusaha menghayati tulisan yang Dirga berikan.
Prima terus saja membaca. Ekspresi wajah yang semula datar jadi penuh rasa penasaran, lalu berubah aneh, kemudian berubah lagi seperti tengah memendam sesuatu. "Aih, sial!" umpatan itu lolos begitu saja dari mulut seksi milik Prima.
"Lo kenapa dah?" tanya Arthur bingung. Baru kali ini mereka melihat Prima sekesal ini.
"Ini, mana lanjutannya? Gantung banget oyy! Gue kan penasaran." Wajah Prima terlihat begitu memelas. Belum lagi, lelaki itu sampai menjambak rambutnya sendiri, terlihat begitu frustasi.
"Cerita 'Cinta Nano-Nano' emang masih on going. MaskWriter gak pernah kasih jadwal update. Dia update sesuka hati." Rangga menjelaskan. Dia sekarang tengah menyetrika pakaian yang akan dia pakai malam nanti.
"Terus, kenapa dia gak update-update. Ini udah hampir dua minggu kan." Prima masih penasaran. Dia sudah terlanjur gregetan karena scene yang di tulis di cerita sangat menggantung.
Dirga menggedikan bahu."Entah. Mungkin dia sibuk? Atau lagi kehabisan ide?"
"Dia kan penulis famous. Yakali kehabisan ide," bantah Prima, dia begitu tidak terima karena si Maskwriter alias Asha belum juga mengupdate cerita 'Cinta Nano-Nano'.
Arthur melempar bantal pada Prima. "Lo pikir dia bukan manusia. Walau dia penulis horor, gue yakin dia bukan hantu. Makanya kalo dia gak ada ide itu manusiawi lah."
"Tapi kan—" Prima terus saja ingin membantah namun ucapannya di potong oleh Dirga.
"Udah, kalo lo mau tanya, mending lo dateng ke acara nanti malem," kata Dirga lagi. Sepertinya Dirga begitu senang karena berhasil membuat Prima menjadi MW lovers.
"Tiketnya beli dimana?" tanya Prima sangat antusias.
Dirga memberikan nomor telepon untuk pemesanan tiket pada Prima. "Nih. Gue bilang juga apa setelah lo baca ceritanya si MaskWriter lo pasti jatuh cinta sama tulisannya."
Prima tak ingin merespon. Dia lebih memilih mengetik nomor telepon yang di berikan oleh Dirga. Lo salah Ga. Gue bukan jatuh cinta sama tulisannya, tapi, gue jatuh cinta sama penulisnya. Arasha Shibilla, gue yakin MaskWriter itu elo. Malam ini, gue pastiin kita bakalan makan malem bareng.
***
Hai semua aku balik nih, maap, part ini pendek, cuma 891 kata aja. 😆
Btw adakah yang tau kenapa Prima bisa nebak kalo Maskwriter itu Asha?
Kalau kalian baca dengan teliti pasti bisa jawab dong ya. 😎
Oh ,ya, sekali lagi, happy satnight semua, semoga malam ini hujan, eh😄
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [ END ]
RomanceArasha Shibilla, seorang penulis novel horor terkenal kembali bertemu dengan Adinar Primasatya Azmilo sahabat sekaligus cinta pertamanya, pertemuan tanpa sengaja ini membuat takdir terus saja mempertemukan Asha dengan Prima. Gara-gara sering bertemu...