Asha terus saja menatap cermin. Ini sudah tiga bulan sejak kejadian pura-pura sakit perut yang membuat Prima berlarian dengan wajah begitu cemas. Tiga bulan berlalu, usia kandungannya sekarang sudah enam bulan.
Perut Asha terlihat semakin besar saja. Kadang-kadang, dia merasa sangat lelah. Kehamilannya yang sekarang terasa berbeda, dia jadi cepat lelah dan perutnya terasa berat. apa ini karena dia bukan lagi wanita berusia dua puluh dua tahun seperti dulu? Tetapi ... tiga puluh tiga tahun tidak terlalu tua, 'kan?
"Aih, pake baju apa ya biar nyaman?" Asha terus saja mengetuk jari telunjuk pada dagunya. Matanya bergerak. Memikirkan akan memakai baju seperti apa terasa sangat sulit. Eh, sebentar, bukankah ini hanya untuk pergi ke kantor suaminya. Itu berarti dia bebas menggunakan baju apa pun, 'kan?
"Aku kan cuma ke kantor Mas Prima, mending pake yang ini aja, deh. Nyaman, simple, dan gak bikin sesek." Asha tersenyum manis. Tangan kanannya mengambil baju yang dia pilih. Butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk siap-siap. Setelah itu dia akan pergi tanpa memberitahu Prima lebih dulu.
***
Asha tiba di kantor Prima setelah tiga puluh menit. Dia sengaja turun sedikit jauh dari pagar. Niatnya ingin jalan kaki sebentar. Ibu hamil satu ini memang sering bertingkah aneh. Terkadang dia mengeluh karena kelelahan. Akan tetapi, dia juga terus saja mencari kegiatan yang melelahkan.
Akhirnya setelah berjalan cukup lama, Asha tiba di depan kantor Prima. Ternyata, berjalan kaki dari pagar sampai di depan kantor sangat melelahkan. Tubuhnya terasa lemah, dia memutuskan untuk duduk lebih dulu. Ada untungnya juga Prima menaruh banyak tempat duduk seperti ini.
Karena lemah, kepalnya jadi ikutan pusing. Belum lagi perutnya jadi semakin merasa lapar. Ya ampun, andai dia tidak lupa kalau dia ke sini karena ingin makan nasi goreng buatan Prima. Tentu saja dia tidak akan sengaja berjalan kaki seperti tadi.
"Maaf, bu. Jika ingin meminta sumbangan, tolong jangan di sini."
Asha yang sibuk tertunduk sambil memegang perutnya pun tercengang. Apa dia tidak salah dengar? Suara lelaki ini memang cukup ramah dalam berbicara. Tetapi, intinya adalah lelaki tadi ingin mengusir Asha. Apa Asha terlihat seperti orang yang ingin meminta sumbangan?
"Masudnya, pak?" Asha balik bertanya, dengan wajah sok polosnya dia menatap lelaki yang dia taksir baru berusia dua puluh tiga tahun. Sepertinya dia pegawai baru. Wah tiba-tiba saja Asha menemukan ide jahil.
"Ibu sedang hamil?" Asha melihat raut kaget bercampur prihatin dari pegawai baru ini.
"Iya, saya sedang hamil. Saya kemari ingin meminta pertanggung jawaban. Tolong pak, tolong saya." Asha terisak-isak. Drama yang dia buat, membuat beberapa orang ikut berdatangan. Asha melirik dua perempuan dan seorang laki-laki yang baru saja datang. Mereka tidak mengenali dirinya juga. Ini memang dirinya yang tidak terkenal, atau suaminya yang sudah mengganti karyawan?
"Siapa yang sudah menghamili ibu?" Wanita dengan blazer dan rok se lutut bertanya. Dari nada suaranya, Asha bisa menyimpulkan bahwa karyawan – karyawan Prima menerapkan 5S dengan baik.
"Kalau saya bilang bos kalian yang sudah menghamili saya. Apa kalian percaya?" Asha menatap satu persatu karyawan Prima. wajahnya sudah basah karena ait mata. Dari raut wajah mereka setelah menatap dirinya dari atas hingga bawah, mereka terlihat tidak percaya.
Benar saja, mereka berlima serempak menggeleng.
"Kenapa? Apa karena saya kayak gembel?"
Mereka juga serempak mengangguk.
Usai melihat kelimanya mengangguk. Asha melihat penampilannya sendiri. Dia memang memilih memakai daster untuk datang ke sini. Akan tetapi dia lupa bahwa daster yang dia pilih ternyata ada bekas jahitan yang di tembel. Pantas saja mereka pikir Asha adalah gembel mengenaskan serta menyedihkan dengan perut yang besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [ END ]
RomanceArasha Shibilla, seorang penulis novel horor terkenal kembali bertemu dengan Adinar Primasatya Azmilo sahabat sekaligus cinta pertamanya, pertemuan tanpa sengaja ini membuat takdir terus saja mempertemukan Asha dengan Prima. Gara-gara sering bertemu...