"Terkadang, kita sering lupa bahwa tuhan lebih tau apa yang sebenarnya kita butuhkan."
Selamat membaca
Jangan lupa vote ya 😉
***
Pukul delapan malam. Asha terbangun dari tidurnya. Dia merentangkan kedua tangannya berusaha membuat tubuhnya nyaman. Asha mengerjap mencoba mengingat hal-hal sebelum dia tertidur. Tadi, Asha naik motor dibonceng Prima lalu dia tertidur. Sebentar, tertidur? Asha langsung melihat sekelilingnya.
"Loh ini udah di kost an. Berarti Prima nganter gue balik dong? Eh bentar, dia juga liat gue waktu tidur dong? Aduhhh ... gimana, nih?" Asha dengan cepat bangkit dari tempat tidur. Langkah kakinya langsung terarah menuju cermin, Asha harus memastikan wajahnya tidak buruk rupa saat tertidur tadi.
'"Pyuh ... untung aja gue gak ngiler." Asha mengembuskan napas lega. Dia merasa beban hidupnya sedikit terangkat. Merasa semua baik-baik saja, Asha memutuskan untuk membersihkan badan lalu mencari makan di luar.
Lima belas menit berlalu.
Asha yang sedang tidak shalat memutuskan untuk langsung mencari makan. Perutnya jika sudah lapar benar-benar tak bisa di ajak berkompromi. Baru saja membuka pintu, rasa malas tiba-tiba datang. Asha merapatkan switer berwarna biru yang dia kenakan. Udara malam ini terasa dingin, sepertinya, tadi turun hujan, pantas saja tidur Asha sangat nyenyak.
"Kak Asha. Akhirnya, keluar juga, ini." Clara datang dengan seulas senyuman. Gadis berkuncir dua ini menyodorkan sebuah plastik putih.
Asha tak langsung mengambil barang yang Clara berikan. Dia menatap Clara lekat. "Ini apaan? Clara abis dari pesta ulang tahun lagi?"
Clara dengan cepat menggeleng. "Enggak. Ini dari pacarnya kak Asha. Tadi dia pesen, kalo udah kedengeran suara grasak grusuk di kamar kakak, Clara di suruh telpon dia pake hape kakak." Clara mengambil ponsel milik Asha, lalu memberikannya bersamaan dengan plastik yang sedari tadi dia pegang.
"Cepet terima dong kak. Clara lagi asik nonton BTS nih." Clara tak sabaran. Cewek kelas 11 SMA ini memang bucinnya para member BTS.
Asha mengambil alih plastik dan ponsel miliknya dari tangan Clara. "Makasih, Ra."
"Jangan bilang makasih ke Clara. Bilangnya ke pacar kak Asha aja, Pacar kakak baik banget ya, udah ganteng, senyumnya manis, royal lagi." Clara senyum-senyum. Dia memegang album BTS yang baru dia beli. "Kalo kak Asha gak mau, Clara siap nampung kok."
Asha melotot. "Ara! Pergi atau albumnya kakak ancurin!"
Clara nyengir. Cewek dengan kuncir dua ini memilih kabur. Dia tidak mau album baru yang dibelikan cuma-cuma oleh Prima hancur karena ulah Asha.
Asha mengembuskan napas. Dia kelewat kesal dengan tingkah royal Prima yang kebangetan. Dengan menenteng makanan dan ponsel miliknya, Asha kembali masuk. Dia menaruh makanan tadi diatas nakas, kemudian mendaratkan pantat cantiknya dengan tidak santai pada ranjang.
Asha mendial nomer Prima. Nama kontak itu masih sama, Asha bahkan enggan untuk mengubahnya. Biarkan saja, siapa tau jadi do'a 'kan. Setelah benda pipih itu menempel di telinganya, tak lama berselang panggilan dari Asha di angkat. "Assalammualaikum, udah bangun?"
"Wa'alaikumussalam." Hanya itu yang bisa Asha keluarkan dari mulutnya. Suara Prima yang terdengar sangat lembut dan penuh perhatian membuat dirinya tidak fokus. Amarahnya seakan menghilang, alhasil, Asha hanya diam saja seolah melupakan niat awalnya menelpon Prima.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [ END ]
RomantizmArasha Shibilla, seorang penulis novel horor terkenal kembali bertemu dengan Adinar Primasatya Azmilo sahabat sekaligus cinta pertamanya, pertemuan tanpa sengaja ini membuat takdir terus saja mempertemukan Asha dengan Prima. Gara-gara sering bertemu...