Tolong koreksi buat setiap typo ya 😊
***
Asha menyandarkan tubuhnya pada tembok. Tatapannya menerawang jauh ke arah langit yang begitu cerah. Asha seorang diri, di rooftop kampusnya. Gadis dengan rok plisket marun ini lagi-lagi menaiki puluhan anak tangga. Padahal, tempo hari dia pernah bilang, bahwa dia tidak akan lagi menginjakkan kaki disini. Namun, perangai manusia memang seperti itu 'kan, suka sekali berbicara omong kosong lalu mengulang kesalahan yang sama.
Hari ini, sebenarnya Asha tidak ada mata kuliah. Tapi, entah mengapa Asha merasa sangat suntuk di kostan. Asha bukan tidak ingin mengajak Bunga, Cahya dan Shinta. Namun, semenjak acara MnG dan acara makan malam yang menyebalkan, tiga sahabat baiknya itu terlihat amat sangat sibuk, sampai-sampai Asha merasa terabaikan.
Tak ingin rasa terabaikan itu berubah menjadi baper berkepanjangan, Asha memutuskan untuk menyendiri. Asha menyendiri bukan tanpa alasan, Asha menyendiri karena ingin mendapat ide untuk novel 'Cinta Nano-Nano' miliknya. Novel itu sempat tersendat selama hampir tiga minggu. Lama sekali bukan. Hahaha ... itulah Asha menulis semaunya sendiri.
Jujur saja, selama beberapa hari tak bertemu Prima otak encer Asha mendadak beku. Lelaki jangkung yang suka sekali memakai hoodie itu menghilang, membuat banyak tanda tanya bermunculan. Mungkin itu juga yang membuat Asha jadi tidak bisa menulis. Entah di sadari atau tidak, sepertinya, eksistensi Prima sudah mempengaruhi sebagian besar hidup Asha.
Asha memeluk lututnya sendiri, kepalanya bertumpu pada kedua lututnya. "Seandainya, gue punya cowok spesial kayak Alan. Atau mungkin cowok Sholeh kayak Hafizh, atau mungkin cowok ganteng kayak Rega. Pasti hidup gue seru."
Asha mengubah posisi duduknya, kini kaki jenjangnya dia selonjorkan. Pipinya menggembung. "Apa rasanya ya di perjuangin? Di kejar-kejar tiap hari, di beliin cokelat. Apa bakalan seseneng itu? Apa cinta emang bikin kita sebahagia itu?" ucapan Asha semakin ngelantur. Semalam, Asha yang gabut dan berusaha mencari ide memutuskan untuk membaca novel, dari Novel bergenre romance komedi sampai ke romance religi dan hasilnya adalah Asha malah baper sendiri. Bukannya mendapat ide, Asha malah kepikiran bahkan sampai sekarang. Buktinya saja gadis dengan jaket denim putih ini malah asik berandai-andai.
"Apa pun kalau masih dalam hayalan emang se indah itu. Tapi balik lagi realita lebih kejam dari ibu tiri."
Asha mengerjap. Dia mencoba mencari suara menyebalkan yang tiba-tiba saja menginterupsi khayalannya. Menoleh, Asha mendapati seorang lelaki yang tengah asik rebahan, wajahnya di tutupi buku bersampul biru. Kalau di dengar dari suaranya, Asha sangat kenal suara menyebalkan ini. Ya, suara ini hanya datang dari satu laki-laki. Siapa lagi kalau bukan PRIMATA TERKUTUK GANTENG!
"Sejak kapan lo ada disitu?!" tanya Asha tidak santai.
"Sejak kaki lo napak di ujung tangga," jawab Prima sekenanya.
"Kok lo bisa tau itu gue?"
"Harus banget gue jawab?"
Lihat, seorang Adinar Primasatya Azmilo memang selalu menyebalkan.
Asha memilih diam. Dia terlalu malas meladeni mulut pedas Prima. Kalu di ibaratkan mulut Prima itu ibarat sambel ayam geprek level 15. Pedesnya? Jangan ditanya!
"Mau banget di kejar?"
Asha tau betul, itu bukan sebuah pertanyaan, tapi sebuah sindiran. Bungkam. Asha seperti sengaja membuat mulutnya tertutup rapat.
Prima tentu tau bahwa Asha sedang kesal. Dia membentuk senyuman tipis, kemudian mengubah posisi rebahannya menjadi duduk. Sebenarnya, Prima ingin sekali duduk di samping Asha, tapi untuk saat ini Prima tidak bisa melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [ END ]
RomanceArasha Shibilla, seorang penulis novel horor terkenal kembali bertemu dengan Adinar Primasatya Azmilo sahabat sekaligus cinta pertamanya, pertemuan tanpa sengaja ini membuat takdir terus saja mempertemukan Asha dengan Prima. Gara-gara sering bertemu...