Selamat Membaca 😄
***
Prima tengah berada di kafe Permata miliknya. Ada banyak pasang mata yang terang-terangan melirik kearahnya karena penampilan Prima yang begitu memancing untuk terus di tatap. Bagaimana tidak? Saat ini, Prima yang tak pernah pergi ke Kafe Permata tiba-tiba saja datang dengan setelan formal dan kaca mata hitam, belum lagi beberapa atribut yang semakin membuat status sosialnya semakin kentara seperti; jam Rolex yang melingkar indah di tangan kirinya di tambah setelan jas abu-abu mahal lalu mobil mewah yang terparkir rapi di depan Kafe Permata.
Di antara 6 karyawan yang berada di dalam kafe, hanya Arya yang terlihat tidak terkejut. Dia sudah mengetahui tujuan Prima datang kemari. Itulah sebabnya, hari ini, kafe sengaja di tutup untuk sementara waktu. Sampai tujuan Prima datang ke kafe Permata tercapai.
Prima melepas kaca mata hitam yang dia pakai. Prima melirik Arya, Arya yang tau maksud dari Prima lantas mendekat. "Ada apa pak?" tanyanya to the point.
"Saya ... terlihat tampan, 'kan?" pertanyaan Prima membuat Arya terkesiap, dia merasa aneh karena Prima terlihat sedikit insecure. Baru kali ini Arya melihat Prima tidak percaya diri. Padahal, kalau posisinya di balik tentu saja orang-orang yang melihatnya akan langsung merasa insecure. Karena, penampilan Prima yang terlihat hampir mendekati sempurna.
Arya hanya bisa mengangguk, dia malas membuka mulutnya.
"Mulut itu diciptakan untuk berbicara. Kamu mau nikmat bicara kamu di ambil Allah?" seperti biasa, Prima yang tidak mendapat tanggapan sesuai ekspektasinya akan berbicara pedas.
Arya merasa tersindir, dengan berat hati dia menjawab, "Iya Pak, Pak Dinar ganteng, gak usah insecure, insecure hanya untuk orang yang tidak percaya diri."
"Siapa bilang saya sedang Insecure? Kamu kalau berargumen jangan asal, gak baik." Prima mengelak. Padahal gelagatnya tadi mengisyaratkan bahwa dirinya tengah merasa insecure.
Arya malas berdebat, dia memutar bola matanya, lantas menjauh membiarkan Prima mengomel sendirian.
Merasa kesenangannya mengomeli Arya menghilang. Prima memanggil Ryan, dia ingin memastikan bahwa Reno akan datang memenuhi undangannya.
"Kamu sudah menyuruh Reno untuk datang? Bagaimana tanggapan pemuda itu? Apa dia akan datang?" pertanyaan Prima langsung menghujani Ryan yang baru saja mendekat. Ryan tampak tak terganggu, sepertinya, tingkat kesabaran Ryan berada di atas Arya.
"Reno datang tuan, dia sedang menuju kemari dengan menggunakan kemeja berwarna biru, rambut yang di sisir rapi ke belakang tak lupa tas hitam yang ada di bahu kanannya. Sepertinya, lima menit lagi dia akan sampai." Prima mengangguk paham, dia menyuruh Ryan kembali ke posisinya, tentunya setelah mengucapkan terimakasih. Prima tersenyum tipis, dia selalu di buat takjub dengan pekerjaan yang Ryan lakukan, salah satu bodyguardnya ini selalu bisa mencari informasi bahkan sedetail mungkin
Lima menit berlalu
Seorang pemuda berkemeja biru dengan model rambut yang di sisir kebelakang serta tas hitam di bahu kanannya terlihat memasuki Kafe. Kali ini, bukan senyuman tipis yang Prima tunjukkan, tapi smirk menyebalkan disertai tatapan yang merendahkan. Prima yang tadi sempat insecure menjadi over percaya diri.
Reno mendekat, dia sudah berdiri di samping kursi yang menghadap Prima. Tatapan mata Reno langsung menyorot pada penampilan Prima. Reno tidak merasa insecure, dia hanya merasa aneh karena tiba-tiba saja seseorang sekaya Prima mengajaknya untuk bertemu. Padahal, Reno merasa bahwa dirinya yang sekarang tidak seperti dirinya yang dulu. Reno sudah berubah, dia ingin hidup mandiri serta tidak mengandalkan uang orang tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [ END ]
RomansArasha Shibilla, seorang penulis novel horor terkenal kembali bertemu dengan Adinar Primasatya Azmilo sahabat sekaligus cinta pertamanya, pertemuan tanpa sengaja ini membuat takdir terus saja mempertemukan Asha dengan Prima. Gara-gara sering bertemu...