Luapan Emosi

595 111 192
                                    

"Kalau emang Ardan dateng dengan niat baik. Harusnya dia gak bersikap begitu. Ardan itu cowok. Kalo mau serius ya serius. Kalau enggak ya enggak. Jangan malah kesannya cemburu tapi gak mau ngakuin. Itu mah fuckboy sejati."

Satria Bryson 2020

Part ini isinya Drama,  di mohon kesabarannya 😄

[ 2100 kata ]

***

"Dinar, gue penasaran deh. Kemarin, waktu gue ngelamar Cahya. Kenapa lo tiba-tiba pengin ikutan juga? Jangan bilang cewek itu ada disana? Lo sengaja manas-manasin dia?" Dirga terus saja menatap Prima. Saat ini, mereka ber empat tengah janjian untuk hangout bersama teman kelasan yang lain, sebelum libur panjang di mulai. Jadi, ke empat cowok ganteng ini sudah lebih dulu datang ketempat janjian. Untuk mengisi waktu luang, Dirga membuka pembicaraan dengan pertanyaan yang membuat Arthur dan Rangga ikutan kepo.

"Iya, Nar. Gue juga jadi penasaran, apa lo udah ketemu cewek itu? Dia siapa? Anak jurusan apa? Kapan lo kenalin ke kita? Kalau udah ketemu, kenapa lo masih jadi mahasiswa? Emang gak capek?" Arthur, si cowok super kepo, melayangkan banyak pertanyaan.

Prima hanya melirik Arthur, dia tak berminat untuk menjawab. Tapi, Prima cukup peka dan mengerti sifat dari ke tiga sahabatnya ini. Walaupun persahabatan mereka baru berumur satu tahun. Itu pun, Prima bertemu dengan Arthur cs secara tidak sengaja di acara pameran motor sport. Namun, Prima tentu tak bisa melupakan hal indah yang Arthur bawa siang itu. Ya, kalian benar, Arthur lah yang menyebut nama Asha dengan raut wajah di penuhi kekesalan. Semenjak hari itu, Prima memutuskan mencari tau segala hal tentang Asha, bahkan kembali berpura-pura menjadi seorang mahasiswa. Padahal pada kenyataanya, Prima adalah seorang CEO dari perusahaan yang cukup ternama di Jakarta Selatan.

"Udah, nanti juga kalian tau. Lagian, gue seneng kok. Gue berasa nostalgia, belum lagi temen kelasan lo asik-asik." Alibi Prima terdengar cukup baik. Terbukti saat mulut Arthur langsung bungkam. Dirga dan Rangga juga ikutan diam.

"Eh, bentar deh. Nar, cewek yang lo suka itu bukan salah satu dari BCS kan?" Rangga memicingkan mata. Dia merasa takut jika Prima akan mengambil tiga cewek cantik pujaan hati dirinya, Arthur dan Dirga.

Prima dengan cepat menggeleng. "Ya enggak lah. Cahya kan sepupu gue, Kalo soal Bunga sama Shinta, mereka berdua itu bukan tipe gue. Udah, lo pada sans aja. Gini-gini, gue bukan tukang tikung, ya." Netra gelap milik Prima menangkap kehadiran Asha juga teman-teman yang lain. "Mending, obrolannya dipending dulu. Mereka dateng tuh, lo pada pasti seneng kan," ucap Prima kemudian.

Arthur, Rangga dan Dirga dengan serempak mengangguk, kemudian tersenyum riang. Ketiganya dengan cepat menghampiri Bunga, Cahya, dan Shinta.

Prima mengembuskan napas lega. Untung aja Asha dateng. Lo emang guardian angle gue banget, Sha. Emh, hari ini kenapa Asha keliatan makin cantik, ya.

Prima langsung menunduk saat tanpa sengaja tatapannya dengan Asha bertemu. Sama seperti Prima, Asha juga melakukan hal yang sama. Kenapa Prima keliatan makin ganteng, sih? Apa bener ya, calon suami orang itu lebih menggoda?

Tak mau larut dengan pikiran anehnya. Asha memilih duduk, dia bersandar sambil menunggu Shinta memesan makanan.

Tiga puluh menit kemudian.

Acara makan siang bersama selesai. Kini semua orang sibuk menghabiskan hidangan penutup. Sembari makan, Arthur mengeluarkan kartu yang dia buat untuk menambah keseruan acara siang ini.

"Kartu apaan tuh, Thur?" tanya Rangga. Lelaki dengan model rambut berjambul ini mengeryit karena tidak pernah melihat barang itu bersama Arthur.

"Oh, ini kartu buat maen games. Kemarin kan lo pada udah setuju buat ngegame, nah karena kita semua adalah MW Lovers kecuali, Asha." Arthur sempat-sempatnya melirik Asha di tengah ucapannya. Asha balas menatap Arthur, bahkan, Asha tak segan membuat bola matanya melotot. Terlihat begitu mengerikan.

My Destiny [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang