"Seseorang bisa menasihati orang lain itu bukan karena dia bijak, tetapi dia pernah berada di posisi yang tengah kamu rasakan."
Happy Satnight 😉
***
Arya masih belum bisa merapatkan mulutnya. Penjelasan yang Prima berikan mengenai kisahnya dengan Asha sejak masa SMP semakin membuat rasa heran, kagum dan rasa ingin menikung muncul tiba-tiba.Arya tiba-tiba saja ingin menikung Prima karena fakta mengejutkan yang Prima katakan tentang Asha. Arya tak pernah menyangka bahwa Asha adalah MaskWriter si penulis horor favoritnya.
Setelah penjelasan Prima terhenti, Arya langsung mengajukan pertanyaan, "Pak, kalau Asha saya ambil, gimana?"
Prima menaikan sebelah alisnya lantas menatap Arya. "Kalau kamu bisa, silakan aja. Tapi menurut saya, memilih seseorang karena nafsu, lalu melepaskan seseorang yang kamu cinta, itu adalah tindakan bodoh."
Arya tertegun, dia lupa bahwa bosnya ini suka berbicara ceplas ceplos. Prima juga tidak segan memberi nasihat walau ujungnya selalu terasa pahit.
"Iya-iya pak, saya gak akan berani ambil Asha dari bapak. Saya tau diri, deketin Arini aja saya belum becus, apalagi ngedapetin Asha 'kan." Arya memasang wajah masam. Sepertinya dia harus belajar banyak dari Prima.
Melihat Arya yang berubah murung, Prima merasa bersalah. "Gak usah nyerah gitu, saya ini walau keliatan galak, tetep punya hati kok. Buat sekarang kamu usaha dulu deketin Allah, nanti saya bantu semampu saya."
Arya tersenyum lebar. "Makasih banyak pak, pak Dinar memang bos yang paling baik," ucapnya seraya akan memeluk Prima.
Prima langsung melayangkan tatapan tajam. "Jangan peluk saya! Asha aja belum pernah meluk saya, enak aja mau kamu duluin!"
Arya nyengir seraya memundurkan tubuhnya. Mata cokelat kopinya mengerjap beberapa kali, mulutnya refleks bertanya, "Oh, ya, pak. Bapak itu tau semua hal tentang Asha kan?" Prima yang tengah menatap layar ponselnya mengangguk.
"Cowok itu siapa pak? Kayaknya, Asha deket banget sama dia, sampe bisa ketawa lepas kayak gitu."
Prima buru-buru menatap ke arah Asha. tatapannya berubah dipenuhi rasa cemburu, tangannya mencengkram kuat ponsel yang tengah dia genggam. Prima mengangkat tangan kemudian menjentikan jarinya. Tak lama berselang, seorang pria berjas hitam lengkap dengan kaca mata hitam mendekat. Tanpa berbasa-basi Prima langsung mengeluarkan perintah, "Sekarang juga, saya mau kamu cari tahu siapa laki-laki yang sedang bersama Asha. berikan informasi selengkap mungkin tentang laki-laki itu."
Pria berjas hitam mengangguk. Dia dengan segera mengerjakan tugas yang telah di berikan, Arya masih diam, dia begitu betah menatap wajah Prima yang dipenuhi rasa cemburu.
"Arya!" suara Prima yang kini tengah memanggil dirinya terasa lebih menyeramkan.
"I-iya pak," jawab Arya sedikit terbata-bata.
"Saya ingin memukul sesuatu." Pernyataan ini terdengar seperti sebuah perintah bagi Arya. Apalagi saat ini tangan Prima sudah beralih menggengam tangan Arya, genggamannya terasa semakin kuat. Arya sampai menahan diri untuk tidak berteriak.
Arya semakin merasa panas dingin. Dia melirik lelaki berjas hitam yang telihat tidak terusik, jika sudah begini, Arya tentu tidak mau mengorbankan wajah tampannya untuk dijadikan samsak tinju oleh Prima.
Arya berusaha berpikir, dia harus menemukan cara untuk meredam amarah Prima. Aduh, gue harus ngapain, nih? Di tengah kebingungannya, Arya terus saja melihat lelaki yang tengah bersama Asha. Dia menyatukan alisnya berusaha mengingat sosok lelaki di depan sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny [ END ]
RomanceArasha Shibilla, seorang penulis novel horor terkenal kembali bertemu dengan Adinar Primasatya Azmilo sahabat sekaligus cinta pertamanya, pertemuan tanpa sengaja ini membuat takdir terus saja mempertemukan Asha dengan Prima. Gara-gara sering bertemu...