Drama (b)

525 108 196
                                    

"Katanya semua pasti indah pada waktunya. Kalau hidup kalian belum indah, itu berarti belum waktunya 'kan?"

***

"Asha."

Bunga, Cahya dan Shinta langsung berhambur memeluk Asha, saat gadis dengan kemeja planel berwarna putih itu datang. Asha tersenyum kecil, di balasanya pelukan tiga sahabatnya dengan penuh sayang.

"Udah dong, gue berasa kayak emak yang baru ketemu anaknya, tau." Asha terkekeh. Dia yang sudah mengurai pelukan menuntun ketiga sahabatnya yang memasang wajah cemberut untuk duduk.

Setelah duduk. Asha beralih menatap makanan kesukaannya. Dia tersenyum polos lalu kembali menatap Bunga, Cahya dan Shinta. "Wah, kalian emang paling the best deh. Tau aja kalo gue laper."

"Iya dong, BCS cans, gitu loh," ucap Bunga, Cahya dan Shinta bersamaan.

"Oh, ya, hari ini Satria mau ngajakin lo kerja kelompok." Shinta menatap Asha yang tengah menyuapkan nasi goreng seafood ke dalam mulut kecilnya.

"Iya, gue tau. Dia tadi ada bilang kok. Kenapa?" Asha yang sudah menelan habis makanannya menjawab dengan tenang.

"Ini dia masalahnya. Satria itu ternyata diem-diem ada hubungan sama si mak lampir." Bunga ikut nimbrung.

Uhuk ... Uhuk ... Asha tersedak. Cahya dengan sigap memberikan air putih pada Asha.

Setelah melihat Asha lebih baik, Cahya melanjutkan ucapan Bunga. "Bahkan, hubungan mereka udah sampe ke tahap 'itu'."

"Lo semua yakin? Ini bukan akal-akalan si mak lampir? Satria kayaknya gak mungkin deh kayak gitu." Asha masih belum bisa percaya, bahwa, lelaki tampan, pintar dan sangat sopan seperti Satria bisa mempunyai hubungan dengan Mutiara bahkan sampai melakukan hubungan terlarang.

"Awalnya kita juga sama kayak lo gak percaya. Tapi waktu kita liat hpnya si mak lampir. Ada chat menjijikan antara dia dan Satria. Parahnya lagi, ada video hubungan ranjang mereka." Bunga menampilkan ekspresi jijik lalu kembali berkata, "Gue bahkan sampe gak kuat buat pura-pura temenan sama dia."

"Gue juga. Gue udah eneg, asal lo tau aja, Sha. Si Satria sama si mak lampir ternyata bukan orang kaya. Jijik banget gue liat gayanya mak lampir yang tiap hari pamer harta. Padahal, aslinya miskin." Shinta ikut menampilkan ekspresi tidak suka.

Kali ini Cahya yang bersuara. "Lo percaya kan Sha sama cerita kita?"

Asha mengangguk. Dia pasti percaya pada Bunga, Cahya dan Shinta karena kejadian drama di apartemen Prima itu sudah mereka atur. Belum lagi Bunga, Cahya dan Shinta juga harus pura-pura menjauhi dirinya dan berteman dengan Mutiara. Semua itu hanyalah kepura-puraan untuk mengetahui niat busuk Mutiara. Tapi Asha tak pernah berpikir bahwa Satria yang terlihat polos bisa melakukan hal menjijikan seperti yang di ceritakan tiga sahabatnya.

"Ini bagian klimaksnya, Sha." Cahya menatap Asha. Raut wajah Asha di selimuti rasa penasaran, "Hari ini Satria sama Mutiara punya rencana buat bikin lo malu."

Setelah mendengar penjelasan Cahya. Asha tersenyum miring."Kita liat aja, Satria si bangsat yang bakalan menang atau Arasha Shibilla yang bakalan menang."

Cahya, Bunga, dan Shinta ikut tersenyum miring. Mereka ber empat sudah tak sabar untuk membongkar kebusukan Mutiara dan Satria.

Asha melihat Cahya yang tengah menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Kalung itu. Jadi, Prima udah ngasih kalungnya ke Aya. Gak Sha, ini bukan waktunya lo nangis. Ini waktunya lo kasih pelajaran ke mereka yang udah nganggep lo remeh. Semangat Asha. lo pasti bisa.

My Destiny [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang