Asha itu hadiah terindah

575 111 230
                                    

Happy Sunday, jangan lupa awali hari dengan Bismillah dan senyuman manis 😊

[2043 Kata]
Karena part ini lumayan panjang, baca di saat senggang ya 😉

***

Asha tengah rebahan. Dia membiarkan Bunga, Cahya, dan Shinta, mengotak-atik barang-barang yang ada di kamar kostnya. Dulu, sebelum Asha membuang kotak kenangan tentang Prima, Asha tak membiarkan mereka bertiga sebebas sekarang. Jadi sekarang ketiganya terlihat begitu antusias. Belum lagi hari ini adalah hari bebas sedunia, karena mereka telah selesai melaksanakan UAS. Itulah sebabnya, ketiga sahabat Asha memilih menghabiskan waktu di kamar kost milik Asha.

Tatapan Asha terus tertuju pada jari manis milik Cahya. Jadi, Prima beneran ngelamar Aya? Kenapa Aya gak mau cerita? Apa dia tau kalo gue cinta sama Prima? tak ingin sahabatnya melihat dirinya menangis, Asha mengubah posisi rebahannya menjadi tengkurep. Dia membenamkan wajahnya pada bantal. Asha berusaha kerasa untuk tidak menangis terlalu keras, padahal hatinya terasa sangat sakit.

"Asha, ini apaan?" tanya Cahya setelah mendekat sambil membawa sebuah buku. Cahya yakin, isi dari buku ini adalah segala sesuatu yang menjurus ke rahasia.

Asha menoleh setelah menghapus airmatanya."Oh, itu buku planning gue setelah menikah."

"Setelah menikah?" Cahya membeo. Dia tersenyum, Asha ini memang sahabatnya yang paling aneh bin ajaib. Bisa-bisanya dia menulis planning setelah menikah padahal jodoh saja belum terlihat tanda-tandanya.

"Ngapain sih, Sha. Nulis beginian. Jodoh aja, lo belom punya." Bunga ikut berbincang. Dia duduk si sisi ranjang milik Asha yang dekat dengan jendela.

"Ya kan prepare. Siapa tau tiba-tiba aja gue dilamar 'kan." Asha menjawab dengan asal. Dia tidak tau saja ucapan itu kan do'a. Bisa saja apa yang dia ucapkan itu jadi sebuah kenyataan.

Shinta ikut mendekat, dia tersenyum polos. "Sini, biar Nta bantuin, Preparenya."

Asha duduk, dia menatap Shinta dengan satu alis terangkat. "Maksud Nta apaan? Nta mau cariin Asha jodoh? Atau Nta mau jodohin Asha sama sepupu Nta lagi?" Asha terdiam sebentar. Dia mengingat masa perjodohan yang Shinta buat untuknya, Asha dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Enggak ah, Asha gak mau. Sepupu Nta nyeremin. Asha gak suka," lanjut Asha seraya menampilkan wajah ketakutan.

"Bukan, ih, Asha suudzon banget, sih. Nta mau bantuin Asha biar kulit Asha makin glowing. Produknya baru dapet endorse, sih. Tapi Nta pake loh, dan hasilnya gak main-main." Shinta menunjukkan sebuah body cream dengan aroma buah strawberry. Sahabat polos Asha ini memang lah seorang selebgram, tak jarang dirinya mendapat banyak endorse dari produk-produk kecantikan. Sebenarnya, followers IG Asha sebagai MaskWriter juga tidaklah sedikit, tapi Asha sendiri yang tidak mau menerima endorse karena tidak suka melakukan pose ataupun promosi.

Asha malah diam. Dia mengerjap malas, Asha yang sering kali tak memperhatikan tubuhnya merasa pekerjaan ini adalah kesia-siaan. Namun, sejurus kemudian, saat mereka berempat duduk bersisian Asha langsung memekik kaget. "Loh, kok kulit gue jadi item banget!" Asha sangat syok, dia melihat perbedaan kulitnya dengan kulit ketiga sahabatnya. Warna kulit Asha menjadi lebih gelap, sedangkan kulit Shinta, Cahya dan Bunga malah terlihat lebih cerah.

"Kan gue udah pernah bilang, lo resign aja dari kerjaan delivery order. Uang lo itu jumlahnya gak akan habis, Sha. Penghasilan lo kan gak dari pegawai delivery aja." Cahya menatap Asha. cewek cantik disebelahnya malah sibuk memajukan mulutnya. Terlihat kecewa karena perubahan warna kulit yang tak dia sadari.

My Destiny [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang