Dua lamaran

514 99 240
                                    

Part ini hampir 3000 kata.
Baca di waktu luang aja ya 😊

***

Sore ini, Asha memutuskan untuk kembali datang ke alun-alun. Tujuannya kali ini bukan untuk membeli makanan atau datang ke pasar malam, melainkan untuk melanjutkan tulisan novel romance miliknya.

Asha memilih duduk di sebuah kursi yang letaknya tak jauh dari pintu masuk. Kursi- kursi di sini dikelilingi oleh banyak tanaman bunga, tak heran jika tempat ini sering dijadikan tempat untuk berpacaran dalam mode gratis.

Asha meletakkan bagpack kecil yang dia bawa. Kemudian Asha mulai mengeluarkan Tab, susu kotak rasa cokelat, dan beberapa camilan. Sebelum menulis, Asha memilih memperhatikan suasana alun-alun sore ini. Alun-alun ini terlihat lebih luas, mungkin di karenakan arena pasar malam sudah dibongkar dua hari yang lalu. Selain itu, sore ini Asha hanya melihat sedikit orang yang asik duduk-duduk sambil ber swa foto.

Merasa tidak akan ada gangguan, Asha memilih membuka tab miliknya lalu mulai mengetik. Sesekali manik mata milik Asha fokus menatap sebuah taman bermain untuk anak kecil. Asha tersenyum, dia seperti bisa melihat bayangan dirinya dan Prima yang asik tertawa seraya bermain ayunan.

Lima belas menit berlalu

"Kak Angel!"

Asha yang sedang fokus membaca ulang tulisannya sedikit merasa terkejut. Walau Asha pelupa, dia tentu ingat, satu-satunya orang yang memanggil dia dengan sebutan 'Angel' adalah Gio. Tunggu? Anak SMA itu ada di sini? Takdir benar – benar mempertemukan mereka kembali?

Asha masih bergeming, dia takut bahwa dirinya sedang berhalusinasi, namun seruan Gio berikutnya membuat Asha refleks mendongak.

"Gue udah nunggu lo kak. Lo kemana aja? Gue baru sadar kalau gue gak punya nomer hape lo. Untung aja gue sempet liat lo sebelum gue pulang," kata Gio seraya berdiri di depan Asha. Asha sendiri hanya bisa menatap Gio dengan satu alis terangkat.

"Kamu nungguin saya?" tanya Asha memastikan. Dia takut pendengarannya sore ini sedikit terganggu.

"Iya, dari tiga hari yang lalu. Gue selalu nyempetin buat kesini, dan taraa ... hari ini kita ketemu. Allah hebat ya kak." Asha bisa melihat senyuman Gio mengembang dengan indah. Sore ini, Gio terlihat berbeda. Dia terlihat lebih ramah, suaranya terkesan bahagai, penampilannya juga terlihat sangat baik.

Melihat raut bahagia terpancar dari wajah Gio, Asha menjadi ikut tersenyum, hatinya juga ikut bahagia, Allah memang hebat. Allah selalu bisa membolak-balikan hati manusia dengan mudah.

"Iya, Allah sangat-sangat hebat," jawab Asha sambil tersenyum.

"Kak Angel, gue boleh duduk 'kan?" Asha kembali tak bisa merespon, dia berusaha membiasakan diri dengan tingkah random Gio, pasalnya pemuda dengan kaos putih dibalut dengan kemeja kotak-kotak berwarna hitam ini sudah duduk lebih dulu sebelum Asha mengizinkan.

Gio sudah menghadap Asha yang duduk di ujung kursi, mereka berdua duduk dibatasi oleh bagpack milik Asha. Setelah tersenyum simpul, Gio lantas berbicara, "Kak seperti yang waktu itu lo bilang, kalau ATM ini masih rejeki lo, gue pasti bisa nemuin lo dan balikin ATM ini. Nah, sekarang ambil ATMnya kak. Makasih banyak ya, karena lo udah nolong gue."

Asha hanya menatap tangan Gio yang menyodorkan ATM miliknya, Asha merasa berat hati untuk mengambilnya kembali. "Enggak deh, saya udah putusin ATM itu buat kamu aja. Siapa tau itu berguna kan di kemudian hari," tolak Asha secara halus.

"Enggak kak, bantuan dari kakak udah lebih dari cukup. Gue anak cowok, pantang hukumnya nerima barang dari cewek." Gio bersikeras mengembalikan ATM milik Asha.

My Destiny [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang