Selamat Membaca...
Jangan Lupa VOTE dan KOMEN ya.
Terima Kasih!!
Tetap semangat menjalani hidup!!
25. Dari Atas Angan
Rambut Draco penuh dengan keringat. Sedari tadi keringat menetes di sana-sini. Pertandingan bebak kedua cukup sengit. Bahkan tim dari SMA Cendana sangat lincah. Draco sangat mengagumi skill bermain mereka.
Tapi, Draco tidak akan menyerah begitu saja. Mengecewakan orang yang menontonnya adalah hal pantang baginya. Ia akan berusaha untuk menang.
"Sebelah kiri mereka cukup kuat, lo trobos lewat kiri. Gue tunggu operan lo di sebelah kanan," ucap Draco pada Acep tentu saja berbisik. Acep langsung menganggukan kepalanya.
Sedangkan ditribun penonton masaih saja ribut. Mereka saling mengerahkan dukungan pada jagoan masing-masing.
"Kalau gini gue jadi bingung dukung siapa?" ucap Zella tiba-tiba.
"Lo sih pacaran sama anak beda sekolah, bingung kan lo mau dukung yang mana!" cibir Sia.
Zella menatapnya sinis, "kalau gue sukanya sama dia ya kali nembak gue harus pindah sekolah dulu. Lagian Abisar udah nyaman di sekolahanya."
"Lo nggak takut Abisar selingkuh?" tanya Sia.
Zella mengidikan bahunya ringan, "kalau dia ketahuan selingkuh tinggal putus gue cari baru."
"Gaya lo, nanti lo nangis tujuh hari tujuh malam."
"Kenapa Zella harus nangis?" tanya Oga dengan polosnya. Pembicaraan keduanya langsung terhenti untuk menatap cewek polos itu.
"Harus banget ya kalau putus itu pakai nangis?" tanya Ova lagi. "Kan bisa disambung lagi," lanjutnya.
"Lo kira kabel semudah itu buat disambung!" hujat Zella sinis. Ova langsung terdiam.
"Emang nggak bisa nyambung lagi, ya udah berarti udah rusak total buang aja." Sia meringis.
"Manusia nggak boleh dibuang Ova." ucap Sia.
Ova hanya beroh ria, memang menyebalkan anak itu. "Tapi banyak kok yang bilang mantan nggak perlu dikenang dibuang aja."
Sia dan Zella langsung menghembuskan nafasnya kasar sampai meniup poni milik Ova. "PUTUS ITU PUTUS TERSERAH MAU DIGIMANAIN! UDAH NGGAK ADA HUBUNGAN!" teriak Zella.
Alde langsung menatapnya tajam. Mulut para cewek emang tak bisa dikendalikan. "Kalian bisa tenang?" tanya Alde datar.
Sia dan Zella lamgsung diam begitu saja. Beralih fokus menjadi kepertandingan. Sedangkan Ova hanya menatap mereka polos. Oh tolonglah, otak Ova tidak semudah itu untuk paham.
"Udah selesai ya debatanya?" tanya Ova polos.
"UDAH!" jawab kedua gadis itu serentak. Ova langsung menarik nafasnya dan menahanya ia melirik ke kanan dan ke kiri. Lalu menghembuskan nafasnta begitu saja.
Ova kembali menghadap depan sialnya bertepatan dengan Draco yang sedang lay-up. Hal yang paling Ova suka, Draco lebih tampan kalau sedang mencetak sekor. Apalagi ekspresinya terdapat wajah bangga.
"HUUWWOOOW, KAK DRACO GANTENG KALAU LAGI NYETAK SEKOR!" teriak Ova.
"AYO... AYO...."
Sepertinya jika mengajak Ova menonton pertandingan tidak perlu lagi menggunakan Toa. Karena mulut gadis polos itu sudah melebihi toa tersebut. Gadis polos tak tahu malu, itulah definisi Ova sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher & Black Shoes ✔
Teen FictionCERITA INI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI. Jadi, kalau nanti ada kesamaan tokoh, panggilan tokoh, karakter, atau alur. Itu tidak sengaja. Jangan Lupa Vote, Comment, and Follow. Menghargai penulis adalah apresiasi terbaik untuknya. Cerita ini aku ikutk...