SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
3M: Mambaca, memvote, mengomen!
39. Hari Yang Tak Terduga
Ruangan berukuran tak lebih dari 15 meter itu menjadi kenangan untuk Ova. Hari ini adalah hari pertunangan Draco dengan Jovanna. Tak hanya hari pertunangan, pada hari ini juga hari kepulangan Ova ke kampung halamannya di Surabaya.
Ova memilih hari ini, untuk menghindari pertunangan Draco. Mau dipaksa untuk tegar pun hati Ova tidak akan kuat untuk menyaksikan orang yang ia cinta bertunangan dengan orang lain. Ova tau kalau batinnya lemah, tapi ia hanya ingin yang terbaik.
"Mau kemana lo?" Pertanyaan itu membuat Ova tersentak kaget. Matanya langsung melebar melihat siapa yang ada di depannya. Seorang Aldaran Byantara.
"Ngapain kakak di sini?" tanya Ova bingung.
"Lo nggak boleh pergi! Lo nggak bisa biarin sahabat gue menderita sendiri!" ujar Alde. Ia langsung menarik paksa koper Ova memasukannya kembali ke apartemen Ova dengan seenaknya.
"Kak Alde kenapa sih?" tanya Ova kesal. Ketika Ova ingin mengambil kopernya Alde langsung menariknya membawa Ova pergi dari apartemennya.
"KAK!" pekik Ova kesal, ia berusaha melepaskan dirinya dari Alde. Laki-laki itu terlihat menyeramkan sekarang. Ova tidak menyukainya, bahkan ia lebih baik melihat wajah marah milik Draco.
"Kalau hari ini Draco hancur, lo juga harus ada di sana lihat semuanya. Kalian hancur sama-sama, lo nggak boleh biarin Draco hancur sendiri."
"Ova nggak bisa," ujar Ova. Alde tidak mengidahkanya. Ia tatap menarik Ova sampai gadis itu masuk ke dalam mobilnya.
Setelah memastikan Ova di dalam mobil. Alde langsung menekan tombol kunci mobilnya. Kemudian langsung menjalankan mobil itu dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Pakai seatbelt lo, karena gue nggak bakal berhenti sampai tempat tujuan," ujar Alde. Ova langsung memasang seatbelt nya walau dengan gugup.
"A-ada yang mau Ova tanyain." Alde hanya berdahem, Ova dengan gugup meremas tali seatbeltnya.
"Kak Draco-"
"Sama Kak Jovanna udah tunangan?" tanya Ova dengan lirih. Alde tersenyum miring.
"Belum, gue kira lo udah nggak peduli sama masalah itu," ujar Alde sedikit mengejek.
"Lo egois Ova, lo biarin sahabat gue menderita dengan statusnya sekarang!"
"Ova-"
"Draco cinta sama lo, tapi lo malah oper cinta dia ke cewek lain hanya karena ketakutan akan masalalu lo. Apa lo pikir itu adil?"
"Lo pikir Draco rela? Enggak Va. Kalian itu sama-sama egois, saling tersakiti tapi pura-pura baik-baik saja."
"Basi gue males sama drama kalian," ujar Alde.
Ova hanya diam sedari tadi. Sudah terlanjur, memangnya apa lagi yang bisa ia lakukan. "Kita mau kemana kak?" tanya Ova melihat jalan yang ditempuhnya sangat asing baginya.
"Ke rumah Sia, lo belum pernah ke sanakan?" tanya Alde. Ova mengangguk saja.
"Ngapin ke rumah Sia?" tanya Ova bingung. "Lo akan tau nanti," ujar Alde.
Kendaraan berroda empat itu memasuki rumah bernuansa eropa. Rumah itu cukup besar hingga bisa menampung puluhan orang di dalamnya. Sayangnya rumah itu cukup sunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher & Black Shoes ✔
Teen FictionCERITA INI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI. Jadi, kalau nanti ada kesamaan tokoh, panggilan tokoh, karakter, atau alur. Itu tidak sengaja. Jangan Lupa Vote, Comment, and Follow. Menghargai penulis adalah apresiasi terbaik untuknya. Cerita ini aku ikutk...