16|| DREAM CATCHER & BLACK SHOES

741 98 7
                                    

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA VOTE FAN KOMENNYA DITINGGU.

ASIYAP KAK SANTUY...

16. Mulai Dekat

Ova kini sedang bersedekap tangan di atas sofa. Matanya sedang melirik pemuda di sampingnya dengan sinis. Hari ini sebenarnya adalah hari senin. Ova sudah berniat untuk pergi ke sekolah. Tapi dengan tegas lagi-lagi Draco melarangnya.

Tak sampai di sana, bahkan Draco merelakan kegiatan sekolahnya. Demi 'membolos' bersama Ova. Ova sangat kesal pada Draco. Bagaimana tidak? Jika nanti dirinya dan Draco dihukum bagaimana? Kalau Draco yang dihukum mah Ova yang paling keras ketawanya.

"APA?" tanya Ova sinis. Dibalas Draco dengan pandanga seolah. Apakah saya peduli?

"Lo mau makan?" tanya Draco. Dengan tagas Ova langsung menggelang. Draco cuek saja. Ia langsung memakan mie instan dengan hikmat. Tak memperdulikan Ova yang bertambah kesal padanya.

"Kak, kapan sih kakak galak pergi dari apartemen Ova?" tanya Ova sinis. Sedangkan Draco dengan tenang mengambil minum di kulkas Ova.

"Sampai lo sembuh," jawab Draco santai. Ova memutar bola matanya malas."Ova udah sembuh kali kak," balas Ova.

Plak...

"ARGHH, KENAPA DI TABOK SIH LUKA DILUTUT OVA SAKIT TAU," teriak Ova karena luka dilututnya di tepuk Draco.

Tapi Draco menanggapi teriakan Ova itu dengan santai. "Kalau ditepuk masih sakit, berarti belum sembuh," ujar Draco.

"Ya namanya luka kak!" kesal Ova.

"Gue mau kumpul sama anak Scorpion, lo di sini jangan kemana-mana," ucap Draco. Sontak Ova langsung menarik jeket cowok itu dan menggeleng cepat.

"Kak Draco nggak boleh kemana-mana, enak aja ninggalin Ova sendiri," ucap Ova.

"Tadi lo nanyain kapan gue pergi dari apartemen lo," balas Draco santai.

"Tapi ya enggak sekarang juga, Ova nggak mau ya ditinggal sendiri. Apalagi hari ini kan Ova lagi bolos, bosen tau," ujar Ova dengan terus menggerutu.

Draco menghela nafas, ia menatap gadis itu. Ia memang harus ke markas karena para anggota Scorpion ikut membolos dan sekarang ada di markas. Mereka ingin mambahas penyerangan semalam.

"Kalau gitu ikut aja," ajak Draco. Ova langsung tersenyum senang. Ia merentangkan kedua tanganya berharap Draco mau menggendongnya.

"Apaan?" tanya Draco tak peka atau lebih tepatnya pura-pura tidak peka.

"Kaki Ova masih nggak boleh jalan," jawab Ova mengode. Draco hanya menghela nafas menarik tangan gadis itu untuk berdiri.

Kemudian, Draco berjongkok di depan Ova. Dengan sigap Ova meloncat ke punggung Draco.

"Arghh... pelan-pelan Va. Punggung gue sakit," gerutu Draco. Ova langsung tertawa bahagia.

"Ayo berangkat!" Tangan Ova menepuk bahu Draco dua kali.

"Dasar iblis cilik," gumam Draco.

Ova dengan senang berada di atas punggung Draco. Ia bersenandung ria, sambil kakinya terus bergerak kedepan dan kebelakang. Untung saja Draco sabar, tidak melempar Ova ke bawah sana.

"Jangan gerak-gerak, bego. Mau gue jatuhin ke bawah?" ancam Draco. Ova langsung nyengir.

"Galak seperti biasa, lama-lama Ova bisa kebal diomelin terus," balas Ova.

Keduanya sampai di parkiran Apartemen. Kali ini Draco tidak menggunakan motornya. Ia kembali menggunakan mobilnya. Mobil yang ia pakai kemarin untuk menjemput Ova.

Dream Catcher & Black Shoes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang