Selamat membaca...
Semoga nggak bosan
Jangan lupa vote dan komen
10. Perhatian
Draco yang baru saja keluar dari ruangan Ova dikejutkan dengan kehadiran Alde yang nampak suram dikursi tunggu. Draco mengerinyitkan dahinya, tak biasanya sahabatnya itu memiliki wajah sesuram itu. Biasanya Alde cenderung berwajah datar dengan kata-kata menyebalkan.
Tapi kali ini yang Draco lihat malah Alde yang berwajah kusut dan acak-acakan. Sahabatnya itu sangat aneh. Padahal sebelumnya Alde terlihat baik-baik saja di balik semua masalah yang hadir dihidupnya.
"Lo kenapa?" tanya Draco. Alde menggeleng pelan. Ia meraup wajahnya untuk menghilangkan wajah setres itu.
"Lo tadi ketemu dokter itu lagi?" tanya Draco dan Alde menganggukan kepalanya.
Draco kesal karena Alde tak menyahut. Memang tempramen Draco cepat emosi. Tapi Alde akan selalu mengimbanginya dengan fast respon sebelum Draco emosi. Kali ini sahabatnya berbeda.
"Al, kalau gue nanya jawab! Jelasin ke gue kenapa wajah lo sefrustasi itu?" tanya Draco.
"Gue kebayang Almarhumah mama gue," ucap Alde. Draco mengerinyitkan dahinya heran. Kenapa tiba-tiba sahabatnya itu teringat ibunya yang sudah meninggal 10 tahun lalu.
Sebenarnya Alde hanya memberikan alibi pada Draco. Dirinya harus memikirkan matang-matang sebelum memberikan informasi pada Draco. Ia tak mau pada akhirnya terjadi kesalah pahaman yang akan merugikan dirinya dan sahabatnya itu.
"Kok tiba-tiba?" tanya Draco heran.
"Gue tadi lihat anak yang ibunya meninggal di jalan tadi," ucap Alde melanjutkan beralibi.
"Ouh, lo harus baik-baik aja setelah ini," tanggap Draco. Ia tak ingin sahabatnya itu merasa kehilangan terus-terusan.
Alde menganggukan kepalanya, Draco memang perhatian pada setiap anggota Scorpion. "Mau ke markas? Atau pulang?" tanya Draco.
"Gue sama Sia," jawab Alde. Draco menatap sahabatnya itu.
"Alde, Alde... sejak kapan lo peduli sama cewek," ejek Draco. Alde terkekeh ringan tapi wajah itu lebih mirip pyschopath.
"Gue ada hati," balas Alde. Lagi pula kalau dia tidak ada hati, mana mungkin berbelas kasihan mau mengantarkan adik Aji.
Kring...
Ponsel Draco bergetar menandakan sebuah panggilan masuk. Draco mengerinyitkan dahinya melihat nomer sang penelpon.
"Siapa?" tanya Alde.
"Aji," balas Draco singkat. Ia langsung mengangkat panggilan itu.
"Woy, Draco bantuin gue adik gue hilang. Ya ampun gue pakek lupa nggak nebengin dia lagi, haduh udah sore dia belum pulang kalau gue dimarahin nyokap gimana? Kalau dia kenapa-kenapa gimana?" cerocos Aji di seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher & Black Shoes ✔
Teen FictionCERITA INI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI. Jadi, kalau nanti ada kesamaan tokoh, panggilan tokoh, karakter, atau alur. Itu tidak sengaja. Jangan Lupa Vote, Comment, and Follow. Menghargai penulis adalah apresiasi terbaik untuknya. Cerita ini aku ikutk...