SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
MENCINTAI DIRI SENDIRI ADALAH HAL TERBAIK UNTUK MENJALANI KEHIDUPAN.
40. Akhir Dari Semuanya (END)
Rumah besar milik keluarga Aji mendadak ramai dengan puluhan motor yang sudah mengepung rumah tersebut. Draco duduk di atas motornya bersama Erlangga disebelahnya. Walau tadi sempat kesusuhan untuk mempersatukan kedua belah pihak.
Tapi berkata perkataan kedua pemimpinya membuat mereka akhirnya menurut. Ada nyawa yang harus mereka selamatkan dan mereka tidak sejahat itu untuk mengabaikanya.
"Kita masuk aja langsung," ujar Acep. Draco menggeleng dirinya masih mengamati sekitar.
"Rumah Aji banyak celah yang bisa digunakan musuh bersembunyi. Kita nggak bisa memprediksi jumlah mereka," balas Draco menghentikan.
"Kalian bagi jadi beberapa kelompok, kita sergap mereka. Lo ikut gue Er!" ujar Draco. Erlangga mengangguk, mereka mendahului untuk masuk ke dalam.
Draco berjalan mengendap-endap menuju pintu belakang rumah Aji. Untung saja tidak dikunci. Baru saja mereka masuk sudah dikejutkan beberapa anak buah Mailan yang lansgung menyerang mereka. Bahkan mereka tak segan menggunakan senjata api.
"Shit!" kesal Draco karena cakar salah satu penjaga milik Mailan cukup tajam menggores wajahnya.
"Co, ada orang di sini," ujar Erlangga. Ia menemukan Bi Asti asisten rumah tanggan milik keluarga Aji.
"Bibi," panggil Draco, dengan cepat Draco melepaskan ikatan serta lakban yang menutup mulut Bi Asti.
"Aden tolongin Den Aji sama Non Sia," ucap Bi Asti panik.
"Mereka dimana bi?" tanya Draco. "Bibi tidak tahu tapi saat bibi pulang dari pasar bibi langsung disergap, tadi ada aden Alde juga ikuti disandara den sama dua perempuan lainnya," jelas Bi Asti.
"Dua perempuan?" ulang Draco.
"Jangan-jangan salah satunya Jovanna lagi, mama mau bawa Jovanna pergi," tebak Erlangga.
"PERGI! JANGAN SENTUH OVA." Teriakan mengema itu membuat Draco dan Erlangga memantung di tempatnya.
"Ova," lirih keduanya. Sontak Draco langsung pergi menuju sumber suara dengan panik. Sedangkan Erlangga pergi setelah memberikan beberapa kata buat Bi Asti.
"Bibi cari ruangan aman aja, kunci dari dalam terus sembunyi," ujar Erlangga. Bi Asti pun menganggukan kepalanya.
Erlangga langsung berlari, sesekali ketika ada yang menghadangnya langsung ia buat pingsan dengan sekali pukulan.
"Bangsat emang," kesal Erlangga. Tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Sontak Erlangga langsung memitingnya.
"AYEYEYE, ANJIRLAH GA. TANGAN GUE BANGSAT!" teriakan Acep membuat Erlangga tersadar kalau itu bukan musuh.
"Jangan berisik!" sentak Galaksi galak.
"Astagfirullah Gal, jangan galak-galak," bisik Acep.
"Bang Draco mana?" tanya Galaksi. Erlangga tak menjawab melainkan memeberikan arahan pada mereka untuk menuju ruang tamu.
Di sana Draco juga sedang bersembunyi di balik dinding, Erlangga mulai mengeluarkan senjatanya. Hal itu juga diikuti oleh para anggota Scorpion dan Wild Leo yang ikut serta.
"Co!" panggil Erlangga. Tapi Draco hanya diam dengan tanga mengepal. Rahang laki-laki itu mengeras melihat pemandangan di depannya.
"LEPASIN OVA," teriak Ova. Tak hanya Ova ada beberapa sandra lain. Aji, Sia, Jovanna, dan Alde. Akan tetapi, keempatnya pingsan. Entah apa yang sudah dilakukan oleh wanita gila itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher & Black Shoes ✔
Teen FictionCERITA INI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI. Jadi, kalau nanti ada kesamaan tokoh, panggilan tokoh, karakter, atau alur. Itu tidak sengaja. Jangan Lupa Vote, Comment, and Follow. Menghargai penulis adalah apresiasi terbaik untuknya. Cerita ini aku ikutk...