28. DREAM CATCHER & BLACK SHOES

574 87 2
                                    

SELAMAT MEMBACA

ENJOY GYUS

BIAR SEMUA MASALAH KALAH DENGAN KECERIAAN KITA.

28. Mama

Ruangan apartemen Draco terlihat sunyi. Laki-laki itu hanya duduk termenung sambil menatap wajah damai gadis yang tertidur di sofa apartemenya. Setelah kejadian tadi, Draco memutuskan untuk membawa Ova ke apartemennya.

Sedangkan Erlangga dibawa beberapa anak buahnya ke rumah sakit. Cowok itu juga sama-sama syok dengan apa yang terjadi. Hari ini benar-benar membuatnya ingin menyerah saja dari dunia ini. Apalagi masalah Jovanna yang terus menerornya belum terselesaikan.

"Gue udah buat Ova dalam bahaya," gumam Draco. "Hari ini semua yang terjadi salah gue. Kenapa jadi serumit ini sih?" tanya Draco pada dirinya sendiri.

Laki-laki itu bangkit, ia mendekatkan dirinya pada Ova. Mengelus surai rambut cewek itu. "Gue nggak mau lo terus dalam bahaya karena gue Va, tapi gue nggak bisa untuk lepas lo gitu aja."

Ting... tong...

Draco tersentak, ia segera berjalan ke arah pintu apartemennya. Sepatu hitam itu terus berdecitan dengan lantai. Ia membuka pintu rumahnya melihat siapa yang datang bertamu ke apartemannya.

"Mama?" gumam Draco. Ia melihat perempuan modis di depanya dengan pandangan sulit diartikan.

"Kenapa boy, kamu kaget mama ke sini?" tanya Revanna. Wanita hamoir mendekati kepala empat itu menatap anaknya berbinar.

"Ngapain mama ke sini?" tanya Draco datar. "Oh ayolah boy, mama cuma mau nengok kamu di sini." Draco terkekeh.

"Sejak kapan mama peduli?" tanya Draco datar.

Revanna menghela nafas, "ada yang mau mama bicarain sama kamu," ucap Revanna pada akhirnya.

Draco tersenyum miring, wajah lebamnya masih sangat ketara. "Kalau mama mau bicara soal tunangan, Draco nggak akan pernah mau!" tegas Draco.

"Boleh mama masuk dulu, kita bicara di dalam."

"Nggak, kalau mama bicara masalah tunangam Draco nggak bisa. Karena, Draco udah suka sama orang lain," tungkas Draco.

"Siapa yang kamu suka hmm?" tanya Revanna. Ia sebenarnya tidak pernah memaksa anaknya itu untuk menjalani kehidupannya.

"Dia Ova tetangga Draco!" jawab Draco tegas. Revanna tersenyum, sepertinya memang pertunangan itu tidak boleh terjadi. Ia akan membicarakannya dengan keluarga Jovanna nanti.

"Mama mau ketemu," ucap Revanna. Draco langsung menutup pintunya dengan dirinya yang berada di luar apartemen.

"Hari ini, banyak salah yang dialami Ova sama Draco, hampir aja Draco kehilangan Ova. Jadi Ova sedang istirahat."

Ravanna membela rambut anaknya itu, sudah lama ia tidak melakukan hal ini. Semanjak dirinya sibuk dunia bisnis, ia lebih  sering berkutat dengan kertas.

"Mama mundur dari jabatan dan kantor mama, mama ke sini mau kamu pulang ke rumah lagi."

Draco menggeleng, "Draco udah terbiasa sendiri ma," jawab Draco. "Semenjak kalian sibuk Draco udah terbiasa untuk melakukan semua hal mandiri. Bahkan kalian nggak pernah tau apa saja yang Draco lawan untuk menghilangan rasa takut Draco."

Tiba-tiba saja air mata Revanna menetes. Berapa lama ia mengores luka pada anaknya itu. Ia menjadi bodoh karena terlalu terobsesi dengan dunia bisnisnya.

"Mama minta maaf nak, maafin mama!" ucap Revanna. Ia mencoba merai tangan anaknya itu, "mama sayang Draco, papa juga. Cuman kami salah mengartikanya. Kami memilih bekerja memenuhi kebutuhan material kamu sampai lupa kamu juga butuh kasih sayang dari mama."

Dream Catcher & Black Shoes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang