Selamat membaca...
Jangan lupa vote dan komen
Kasih dukungan dong kak😆
12. Tetangga Baik Hati
Matahari bergulir turun dari singgasananya menciptakan warna kuning kemerahan di arah barat. Itulah pemandangan yang bisa Ova lihat dari jendela rumah sakit sekarang. Matanya itu sedikit terhibur dengan melihat pemandangan itu.
Setidaknya Ova tidak terlalu bosan sekarang. Karena, Ova sendirian di ruangan rawatnya. Kedua sahabatnya tidak bisa datang karena urusan masing-masing. Rasanya Ova ingin pergi saja dari sini. Ia ingin pulang, tapi kakinya yang terluka tidak bisa dipaksa untuk jalan.
"Ova bosen," kesal Ova. Sekarang selain melihat senja kini Ova punya kegiatan baru. Yaitu, menghalangi jalan semut kecil. Alias membuat semut itu kebingungan dengan terus berputar-putar dititik yang sama. Meja pasien dengan semut di atasnya itu ternyata bermanfaat juga menghibur kebosanan Ova.
"Coba aja ada Sia sama Zella pasti mereka udah hibur Ova." Gadis itu terus berharap andaikan ia tidak sendirian di ruangan ini.
"Lo ngapain?" tanya Draco yang baru datang. Ia sedikit aneh melihat wajah lesu di depannya.
Mendengar suara tidak asing, Ova langsung menatap ke arah Draco dengan mata berbinar. "Kak, Ova udah boleh pulang kan?" tanya Ova tiba-tiba.
Draco menatap cewek polos di depannya dengan pandangan aneh. Ia malas menyahuti pertanyaan gadis itu. Karena, setiap ia datang akan pertanyaan itu yang keluar. Padahal kemarin dokter sudah bilang pada Ova kalau gadis itu akan diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan selama seminggu.
"Jangan tanya itu lagi, lo belum sembuh. Nurut kata dokter aja bisa nggak sih?" kesal Draco dengan tatapan tajamnya.
"Ih, Kak Draco nggak bisa apa sehari aja enggak galak sama Ova?" tanya Ova. Ia selalu merasa ciut melihat wajah galak di hadapanya. Padahal beberapa hari lalu Ova berani menantang Draco.
Draco langsung menghela nafas, emosinya sedikit tidak setabil belakangan ini. Apalagi sebagai ketua Scorpion ia harus siap siaga menghadapi musuh. Sebenarnya Draco tadi belum sempat pulang ke apartemennya. Ia baru saja menyelidiki khasus Ova dan anak lainnya yang jadi korban Wild Leo.
"Loh kakak kok masih pakai seragam?" tanya Ova bingung.
"Gue belum sempat pulang," jawab Draco. Ova langsung menghela nafas, ia tak suka kalau ada yang menyepelakan kata istirahat.
"Jadi kakak juga belum makan?" tanya Ova. Draco menggeleng, memang dia belum makan sedari pagi.
Sebagai anak yang tinggal mandiri memang Draco harus masak sendiri. Tetapi karena kesibukannya yang semakin hari semakin padat membuat ia tidak sempat memasak.
"Kakak harus makan," suruh Ova.
Draco menganggukan kepalanya begitu saja. Ia membuka kotak yang ia bawa. Kotak yang berisi makanan, tapi karena tadi porsinya tinggal satu. Ia hanya membeli satu untuk Ova. Draco mengalah saja, toh dia bisa beli makan di kantin.
"Nih makan, gue tau dari Sia kalau lo nggak suka makanan rumah sakit," ucap Draco.
Ova melirik ke arah makanan yang dibawa Draco. Satu porsi ayam geprek dengan bumbu pedas sebagai pelangkapnya. Menggunggah selera, tanpa basa-basi Ova langsung melahap makanan yang disodorkan Draco.
"Pelan-pelan!" suruh Draco. Mendengar suara itu barulah Ova teringat bahwa Draco belum makan.
Ia pun menyodorkan tangannya yang sudah terkepal makanan pada Draco. "Makan kak! Nanti kakak sakit," ujar Ova. Draco hanya diam tak bereaksi, otaknya masih loding dengan apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher & Black Shoes ✔
Teen FictionCERITA INI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI. Jadi, kalau nanti ada kesamaan tokoh, panggilan tokoh, karakter, atau alur. Itu tidak sengaja. Jangan Lupa Vote, Comment, and Follow. Menghargai penulis adalah apresiasi terbaik untuknya. Cerita ini aku ikutk...