Gimana hari kedua ujiannya?
Udah gila belum😂
Ngebul kali otaknya, haha...
Jangan lupa vote dan Comment
4. Kakak Senior Galak
Ova sedang menundukkan wajahnya malas. Moodnya gadis itu tiba-tiba turun derastis. Padahal pagi tadi dia sangat bersemangat pergi kesekolah. Hal ini dikarena bekal makanannya ketinggalan di apartemen. Padahal tadi pagi Ova sudah menyiapkan dengan senang hati. Akibatnya sekarang Ova harus menahan lapar karena malu untuk ke kantin. Sudah dibilangkan Ova itu pemalu.
"Itu yang pojok kenapa gak berdiri?" tanya sebuah suara bass. Merasa tersindir Ova melihat kearah teman sebangkunya yang sudah pucat pasi di tempatnya.
Tanpa basa-basi lagi Ova langsung berdiri seperti teman sekelasnya yang lain. Kali ini Ova benar-benar gugup tak mau melihat kakak tatib yang bermuka garang di depan.
"Ini sekolah dek, bukan tempat untuk ngelamun. Kalau mau ngelamun pulang aja!" bantak kakak tatib. Tangan Ova gemetaran, tak hanya Ova. Banyak siswa yang tangannya berkeringat dingin.
"Kalau ada orang lagi ngomong lihat orangnya dek!" bentakan itu membuat kepala Ova menatap lurus ke depan.
Deg...
Pandangan Ova tak sengaja langsung menatap kearah laki-laki tinggi putih yang bersandar pada pilar pintu. Ova memejamkan matanya sejenak. Jadi pria yang dia temui di cafe kemarin adalah kakak seniornya. Lebih parahnya lagi dia menjadi anggota tatib. Semoga Ova masih bisa selamat untuk tiga hari ke depan.
"Kaos kaki sepuluh senti di atas kaki dek, jangan cuma pamer sepatu. Pakai kaos kaki dibawah mata kaki," sentakan itu membuat Ova kembali dari lamunannya. Ia langsung memfokuskan dirinya dan membenahi kaos kakinya. Walau kaos kaki Ova panjang, tetap saja ia khawatir kena marah lagi.
"Id card di pakek dek, jangan cuma buat barang bawaan!" Serentak para siswi yang merasa tak menggunakan Id card langsung mengalungkannya.
"Gak ada suara ya dek, berisik!" sentaknya lagi.
"Ini apa lagi?" tanya kakak kelas di samping meja Ova. Dia mengambil Dream Catcher lonceng milik Ova. Hal itu membuat suara Dream Catcher itu berdencing pelan.
"Ini sekolahan anak SMA, bukan anak SD ya dek. Jadi barang gak penting kayak gini gak usah di bawa!" sinis kakak senior itu. Tangan Ova bergetar, ia takut barang kesayangannya bakal di sita.
"Tolong kembalikan punya saya kak," minta Ova pelan. Namun, malah dibalas senyum sinis dari Meloree. Kakak kelas terpedas, Meloree Odelina dengan patnernya Liesel Putriana.
"Punya lo gue sita, lagian lo udah SMA gak pantes buat berlaga kayak bocah bawa ginian," sinisnya. Meloree langsung maju ke depan. Ova tidak bisa melakukan apa-apa selain pasrah. Rasanya ingin menangis saat Dream Catcher dari ibunya di ambil oleh kakak kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher & Black Shoes ✔
Teen FictionCERITA INI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI. Jadi, kalau nanti ada kesamaan tokoh, panggilan tokoh, karakter, atau alur. Itu tidak sengaja. Jangan Lupa Vote, Comment, and Follow. Menghargai penulis adalah apresiasi terbaik untuknya. Cerita ini aku ikutk...