SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
JAGA KESEHATAN DAN INGAT PESAN IBU 3M YA...
30. Semakin Terluka
Awan yang awalnya berwarna putih kini berubah menjadi warna jingga kemerahan. Pancaran matahari senja sudah nampak sedari tadi. Tapi Ova dan Draco masih betah untuk di atas rooftop. Menikmati senja bersama, walau hati tak pernah merasa kebahagiaan.
Mereka memang belum pulang. Sedari tadi waktu keduanya dihabiskan dengan melamun. Terutama Ova, gadis itu masih tidak mau beranjak dari tempatnya. Ia terlalu takut untuk turun melihat beberapa siswa yang terang-terangan tidak suka pada dirinya.
"Kapan mau pulang?" tanya Draco; pertanyaan itu sudah terulang sebanyak 5 kali.
"Kakak pulang aja dulu, Ova mau di sini," jawab gadis itu. Jawaban yang sama yang telah terlontar untuk kelima kalinya.
Draco menghela nafas, "lo belum makan dari tadi siang, kita pulang makan dulu. Nanti lo sakit," ucap Draci mencoba membujuk.
Ova hanya menggeleng. Suasana hatinya masih tak baik. "Ova lagi nggak mau makan."
"Ova," panggil Draco. Laki-laki itu sedikit menghela nafas. "Mama lo bakal sedih kalau lihat lo kayak gini, pulang ya. Gue nggak mau kalau akhirnya lo sakit."
Ova menatap ke arah Draco sebentar. Mata laki-laki itu meneduhkan bagi Ova. "Kak Draco, Ova mau makan sate ayam ya."
"Siyap bu bos," ucap Draco sambil terkekeh. Akhirnya ia berhasil membuat gadis itu mau makan dan pulang bersamanya.
Mereka akhirnya turun di parkiran sekolah. Suasana lingkungan sekolahan sudah cukup sepi. Apalagi ini sudah mendekati waktu malam. Bahkan mungkin tinggal Draco dan Ova yang berada di lingkungan sekolahan.
"Tas Ova gimana kak?" tanya Ova. Kalau boleh jujur gadis itu malas balik lagi ke kelas. Apalagi sekolah sudah mulai terkesan horor.
"Tas lo ada di apartemen gue," jawab Draco. "Siapa yang bawa?" tanya Ova.
"Sia sama Aldebaran!" jawab Draco. Ova pun mengangguk, ia segera menggunakan helmnya ketika sudah sampai di parkiran.
Mereka pun menembus padatnya jalan raya Jakarta. Apalagi jam-jam seperti ini adalah jam pulang kantor. Ova tersenyum di balik punggung Draco. Setidaknya ada hikmah dirinya datang ke sini. Bertemu laki-laki sangar dan baik seperti Draco.
"Ngapa senyum-senyum?" tanya Draco. Ova hanya menggeleng, lalu melingkarkan tanganya pada perut Draco.
"Cuman aneh aja, kenapa hari ini Kak Draco jadi orang sabar buat bujuk Ova?" tanya Ova. Draco hanya menggidikan bahunya acuh.
"Mana gue tau, guekan lawak!" balas Draco asal. "Nyebelinnya kumat!" kesal Ova. Tak segan dirinya menepuk bahu Draco keras.
"Jangan ditepuk oi disayang aja!"
"IH MODUS!" kesal Ova. Draco tersenyum, setidaknya hari ini Ova tidak terlarut dalam kesedihannya sendiri.
Semilir angin malam mulai terasa dingin menebus kedalam kulit. Ova semakin mempererat pelukanya dengan kepalanya menyender pada punggung Draco. Sesekali gadis itu terkantuk-kantuk di atas motornyam
"Jangan tidur dulu, heh!" ujar Draco. Ia sengaja mengoyangkan punggungnya agar Ova tak jadi tidur.
"Ngantuk banget Ova kak, pulang aja yuk!" ajak Ova. Tapi Draco menggeleng, "lo belum makan, kasihan lambung, ginjal, usus, lo belum dapat asupan. Tambah bocil tau rasa," balas Draco membuat Ova mendengus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher & Black Shoes ✔
Teen FictionCERITA INI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI. Jadi, kalau nanti ada kesamaan tokoh, panggilan tokoh, karakter, atau alur. Itu tidak sengaja. Jangan Lupa Vote, Comment, and Follow. Menghargai penulis adalah apresiasi terbaik untuknya. Cerita ini aku ikutk...