SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN
CAPEK, NGGAK PAPA. JALAN MASIH JAUH, PELAN-PELAN AJA. BERHENTI, SAAT KAMU PERGI DARI DUNIA UNTUK SELAMANYA.
30. Isu panas
Ova baru saja memasuki kelasnya. Ia baru saja pergi ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku. Ia tidak sendirian, Zella juga menemaninya. Sahabatnya yang over dengan kata santai itu entah kesambet setan dari mana mau menemuinya.
Tapi anehnya sepanjang perjalanan tadi beberapa siswi banyak yang menatapnya sinis. Mereka berbisik-bisik satu sama lain. Ova merasakan ada hal aneh yang terjadi. Tapi dirinya tidak tahu apa.
"Mereka kenapa ya, kok kayak sinis sama Ova?" tanya Ova. Perasaannya mulai tidak enak.
Ia tidak mau kejadian saat dirinya di Surabaya terulang lagi. Memikirkannya saja membuat tanganya sudah keringat dingin.
"Gue nggak paham juga, shut udah cuekin."
Brak!
Tiba-tiba Sia datang dengan tergesa membawa selembar kertas. Keringat menetes dari setiap ujung dahinya.
"Ova lo harus lihat ini." Sia langsung memberikan kertas itu pada Ova. Ova dan Zella sama-sama membacanya.
Duar!
Bagai disambar pertir disiang bolong. Hati Ova hancur melihat tulisan berisi ujaran kebencian terhadapnya. Di sana Ova membaca semua rahasia masalalunya terbongkar begitu saja.
Gambarnya tertera di sana dengan tulisan di bawahnya. Ova adalah anak seorang pelakor. Ibunya adalah istri kedua yang ditinggalkan. Anak seorang pelakor itu tetap bakal jadi pelakor. Hati-hati aja ya guys pacar kalian bakal ditempelin dia.
"Va, jangan dibaca. Cuma orang gabut yang buat kayak gini," ujar Zella. Ia langsung manarik kertas itu.
"Jadi ini alasan semua orang natap sinis ke Ova, kejadian masa lalu Ova terulang lagi?" ucap Ova. Gadis itu mati-matian menahan tangisnya.
Sampai dimana seorang dari kelasnya berceletuk. "Emang bener ya Va, mama lo itu pelakor. Perebut suami orang gitu," ujarnya dengan nada mengejek.
"Mama Ova bukan pelakor," balas Ova.
"Lo bisa diam nggak Gey? Mau gue mutilasi itu mulut!" ancam Zella pada Geya si pelapor lambe turah itu.
"Kalau bukan pelakor mana mungkin ada berita kaya gini sih Ova?" ucap Syina ikut mengompori. Syina itu suka sama Draco, bisa dibilang fans beratnya. Makannya semenjak berita Ova menjadi pacar Draco ia membenci gadis itu.
"Jangan-jangan bener lagi," ujar Geya ikut-ikutan. Ova menggeleng, terus menggeleng menyangkal itu semua.
"MAMA OVA BUKAN PELAKOR, DENGER NGGAK SIH!" murka Ova. Nafas gadis itu terengah-engah menahan emosi.
"Ouh iya gue inget, bibit pelakor udah ketanam sih sama diri lo. Lo kan ambil Draco yang statusnya calon tunangan Jovanna." Geya semakin meojokan Ova.
"BISA DIEM NGGAK SIH LO GEY?" bentak Zella kesal. Tidak ada yang boleh membuat sahabatnya sedih.
"Udah lo kasih apa Kak Draco sampai mau sama lo, pelet, atau mungkin tubuh lo?" tanya Syina.
Plak!
Sia langsung menampar pipi Syina. "Lo pikir sahabat gue itu kayak lo, rela lakuin segalanya demi dapetin cowok. Malu lo, ngaca! Berapa kali itu tubuh lo gunain sebagai pemuas nafsu orang," ujar Sia dengan simriknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher & Black Shoes ✔
Teen FictionCERITA INI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI. Jadi, kalau nanti ada kesamaan tokoh, panggilan tokoh, karakter, atau alur. Itu tidak sengaja. Jangan Lupa Vote, Comment, and Follow. Menghargai penulis adalah apresiasi terbaik untuknya. Cerita ini aku ikutk...