19|| DREAM CATCHER & BLACK SHOES

665 92 1
                                    

SELAMAT MEMBACA...

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

I LOVE YOU 3000

19. Ternyata Tetangga

Mata Draco terbuka perlahan menyesuaikan dengan lampu di langit-langit apartemen. Ia meresakan  sebalah tangannya terasa berat. Draco pun menoleh, ternyata Ova sedang tertidur di tanganya.

Cewek ini ngerawat gue semalam? batin Draco.

Ia menatap wajah polos Ova ketika tidir. Semalam ia ingat bahwa dia dengan mabuk malah masuk ke dalam apartemen Ova. Meminta pertolongan gadis itu. Draco tersenyum, ternyata Ova mau merawatnya.

Dengan perlahan Draco bangkit dari tidurnya. Ia perlahan mengangkat kepala Ova dari tanganya. Kemudian ia bangun dan memindahkan Ova ke atas sofa. Membiarkan gadis itu tertidur di sana.

"Makasih," lirih Draco.

Draco pun berjalan keluar ruangan. Ia menuju balkon melihat pemandangan pagi dari sana. Pikirannya kembali ke kejadian kemarin. Kedua orang tuanya memang egois. Entah, apa yang terjadi ke depan. Draco akan terus mempertahankannya. Ia tidak mau menghancurkan hidupnya sendiri demi menuruti kemauan kedua orang tuanya yang hanya demi bisnis mereka.

Tring!

Bunyi ponsel itu membuat Draco merogoh ponselnya disaku celananya. Untung saja saat mabuk kemarin HP-nya tidak jatuh.

"Lo kemana aja nyet?" tanya dari seberang membuat Draco menghela nafas.

"Apartemen."

"Mata lo, bohong ya lo. Gue ada di depan apartemen lo ini," ucap Acep. Memang tidak ada takut-takutnya sama ketua mereka.

Draco menghela nafas, ia segera mematikan sambungan ponsel itu sepihak. Kemudian dia pergi keluar, tapi sebelum itu ia sempat menoleh ke arah Ova yang masih tertidur pulas.

"Gue pulang dulu!" pamit Draco. Padahal Ova bahkan tak menyahutinya. Orang tidur di ajak bicara emang aneh lo Co, batin Draco.

Draco menutup pintu dengan perlahan. Setelah itu ia menatap para sahabatnya dengan pandangan jengah. "Ngapin lo pada ke sini?" tanya Draco dengan nada sebalnya.

"Lo pindah apartemen Co?" Aji menatap sahabatnya itu aneh.

"Nggak!"

"Lah terus lo keluar dari apartemen siapa?" tanya Acep. "Jangan-jangan, lo ngebobol masuk ya. Setahu gue ini apartemen kosong."

"Tetangga baru gue."

"Cantik kagak?" Acep menatap berbinar kepada Draco.

"Cewek atau cowok?" tanya Aji. Setidaknya dia menanyakan gender dulu. Dia tidak mau di kecewakan dengan kenyataan.

"Cewek!"

Sontak Aji daj Acep berniat untuk menekan bel dan bertamu. Tapi Draco dengan cepat merentangkan satu tanganya menutup bel berserta menyilang pintu. Agar kedua sahabat sengkelnya itu tidak nekat masuk.

"Kenapa sih? Kita mau kenalan." Acep menatap bosnya itu kesal.

"Masih pagi jangan ribut, dia masih tidur."

"Kalau dia masih tidur, siapa yang ngeizinin lo masuk?" Alde yang sedari tadi dia akhirnya membuka suara. Draco meruntuki mulutnya, sial kenapa bisa seceroboh itu.

"Setahu gue apartemen ini dibuka dengan password," lanjut Alde.

"Kita bicara di dalam!"

Setelah itu Draco menekan beberapa pin apartemennya. Ia mempersilakan para sahabatnya itu untuk duduk. Lalu mengambil beberapa cemilan pada kulkasnya. Menaruhnya di atas meja sebagai hidangan.

Dream Catcher & Black Shoes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang