SELAMAT MEMBACA
JANGAN LUPA VOTE KOMEN
KARENA ITU BERHARGA BANGET BUAT PENULIS.
22. Pulang Bareng
Ova, Sia, dan Zella kini sedang duduk melingkar melihat ketua karate yang sedang menjelaskan sistem exstra karate ini. Di sana, Aldebaran sedang dengan gagahnya menjelaskan detail demi detail apa saja yang harus mereka patuhi.
"Kami di sini hanya menerima siswa dan siswi yang serius untuk belajar karate. Kami nggak mau kalian masuk ke sini hanya ingin di anggap keren, pemberani, dan sok cool. Kalau sampai ada niat seperti itu, kalian tahu pintu keluar."
Sedari tadi Ova terus memperhatikan, berbeda dengan kedua sahabatnya yang sibuk melamun. Memang keduanya itu sangat susah untuk fokus. Mereka mulai mengantuk.
"Ada yang mau kalian tanyakan?" tanya Aldebaran. Ia menatap satu-persatu siswa-siswi baru yang akan masuk dalam eskul karate ini.
"Kami tidak menerima yang suka melamun dan tidak memperhatikan," sindir Alde keras. Sontak Ova langsung menyenggol bahu kedua temannya.
Mereka langsung tersadar dan mengangkat tangan, Ova meringis. Mengapa kedua sahabatnya suka mencari masalah. "Kalian ngapain angkat tangan?" bisik Ova.
"Lah, gue dipanggilkan," balas Zella tak kalah berbisik. Sia langsung pucat di tempat. Alde menatapnya tajam, tamatlah riwayat mereka.
"Saya tidak menerima siswa yang tidak serius sampai tidak memperhatikan pembicaraan saya!"
"Ma-maaf kak!" lirih keduanya. Alde mengabaikanya, sebagai ketua dia dituntut untuk tegas. Tak peduli siapa di depannya. Peraturan tetap peraturan.
"Kalian kalau main jangan di sini, diluar sana."
"A-anu kak ke-kedua sahabat Ova lagi datang tamu hari ini. Jadi nggak fokus, perutnya juga sakit." Ova berusaha untuk menutupi kesalahan kedua sahabatnya.
"Kalau sakit di rumah, buka di sini!"
Ova langsung menatap Alde dengan raut sedih. Kalau kedua sahabatnya keluar. Siapa yang akan menemani Oga di sini?
"Udah De, maaf dulu. Kasih kesempatan. Mereka butuh adaptasi," celetuk Raynand, dia adalah salah satu peserta senior di sini.
Alde menghela nafas, ia menganggukan kepalanya. Ova, Sia, dan Zella pun bisa menghembuskan nafas lega. "Tapi, kalau sampai terulang lagi kalian akan saya keluarkan."
"SIAP KAK!" jawab keduanya.
"Ada yang ingin bertanya?" ulang Alde. Ova pun langsung mengangkat tanganya. Ternyata Ova masih mempuyai cukup keberanian untuk bertanya walau Alde sudah marah-marah tadi.
"Kak, Ova bener-bener mau belajar dari nol. Apa boleh?" tanya Ova. Alde mengangkat sebelah alisnya.
"Kenapa tidak?" tanya Alde. Ia bisa melihat keseriusan dimata gadis itu.
"Terima kasih kak," jawab Ova setah paham maksud Alde.
"Kita setara di sini, jangan menganggap orang lain lebih kecil dibanding kalian. Tidak ada orang pintar di dunia ini, setiap pemgetahuan selalu ada celah dan pembaruan. Jika kalian berhenti mencari pengetahuan itu kalian yang akan merugi. Tidak pintar, tapi jangan sampai bodoh!"
"Sekarang saya tanya, kalian masuk ke sini atas dasar apa? Jawab saya atas tuntutan hati kalian."
"Kamu!" Tangan Alde menunjuk wajah yang berada di pojok. Anak itu berjenis kelamin perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Catcher & Black Shoes ✔
Teen FictionCERITA INI HASIL PEMIKIRAN AKU SENDIRI. Jadi, kalau nanti ada kesamaan tokoh, panggilan tokoh, karakter, atau alur. Itu tidak sengaja. Jangan Lupa Vote, Comment, and Follow. Menghargai penulis adalah apresiasi terbaik untuknya. Cerita ini aku ikutk...