15|| DREAM CATCHER & BLACK SHOES

741 118 4
                                    

Selamat membaca...

Jangan lupa vote dan komen

15. Tuduhan dan pengkhianatan

Peretempuran pun akhirnya pecah di jalan itu. Perselisihan antara kedua kubu cukup sengit. Mereka mengerahkan kekuatan sekuat-kuatnya, semampunya. Sampai akhirnya salah satu dari ketua geng Wild Leo terjatuh saat menerima pukulan dari Draco.

"Kalah huh?" ejek Draco. Erlangga terkekeh sinis.

"Lain kali gue bakal menang," balas Erlangga santai, ia mengusap darah diujung bibirnya dengan tetap tersenyum pada Draco.

Draco langsung mengangkat kerah baju milik. Kini matanya lebih tajam dari sebelumnya. "Siapa anak buah lo yang udah nabrak anak SMA gue hah?" tanya Draco.

"Nabrak?" Mata Erlangga menatap anak buahnya tajam. "Kalian nabrak anak SMA Perjuangan tanpa sepengetahuan gue?" tanya Erlangga pada anak buahnya. Sedangkan anak buahnya juga ikut bingung.

"Kami nggak pernah turun ke lapangan tanpa perintah," jawab salah satu menanggapi. "See? Jadi bukan anak buah gue. Gue rasa lo banyak musuh jadi bukan cuma geng gue yang berniat hancurin geng lo."

"SHUT UP! Kalian mencoba berkelih dari kesalahan kalian. Jelas-jelas saksi mata bilang ciri-ciri motor itu milik kalian," ucap Aldebaran. "Atau jangan-jangan ketuanya nggak dihargai sampai mereka bertindak sendiri. Terus mereka takut mau ngakuin kesalahannya," tanggap Acep sinis.

"Ah pengecut," balas Aji ikut menanggapi.

"BERENGSEK!! GUE UDAH BILANG ANAK BUAH GUE NGGAK TERLIBAT!" teriak Erlangga marah.

"Pengecut tetap pengecut, mereka tidak akan mau mengakui kesalahan mereka," ujar Draco.

Erlangga kembali ingin melayangkan sebuah pukulan pada Draco tapi di tahan Alde. "Lo udah kalah, tinggal ngaku aja apa susahnya!" sentak Alde.

"Bos! Ergi sama Edo kemungkinan ngelakuin itu. Motor Ergi kemarin baret," ucap Ardi salah satu anggota Wild Leo.

"Shit, pengkhianat!!" desis Erlangga.

"CABUT!" teriak Erlangga, ia langsung pergi begitu saja dengan wajah emosinya.

"PENGECUT!!" teriak Acep mengejek.

"Lo nggak papa Co?" tanya Alde, Draco mengangguk saja. Ia kemudian langsung pergi ke dalam warung sate kembali.

"Bang sate pesanan saya mana?" tanya Draco.

Dengan ketakutan penjual sate itu menyodorkan pesanan Draco. "Ini den, sa-satenya," ucap penjual sate itu.

"Berapa bang?" tanya Draco dengan santainya, tetap mempertahankan wajah datarnya.

"Ge-geratis aja, eng-gak usah ba-bayar," ucap penjual sate itu ketakutan. Draco menghela nafas, ia langsung merogoh dompetnya dan memberikan selembar uang seratusan. Kemudian meninggalkan di gerobak begitu saja.

"Buset emang serem sih lo Co, penjual sate aja sampai ketakutan," ejek Acep. Draco hanya memutar bola matanya malas.

"Buat siapa Co?" tanya Aji, ia sudah percaya diri Draco sedang membelikan mereka anak Scorpion.

"Ya buat kitalah Ji, bos kan emang perhatian," balas Acep sok tahu. "Gue nggak beli buat kalian," jawab Draco santai. Wajah Acep langsung berubah datar.

"Canda lo, sebanyak ini mau makan sendiri?" balas Aji tak percaya.

"Buat Ova," balas Draco. Teman-temannya saling menatap.

Dream Catcher & Black Shoes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang