36|| DREAM CATCHER & BLACK SHOES

552 70 5
                                    

SELAMAT MEMBACA

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK

MUAAHHH😆😆

36. Perkara Tak Kunjung Usai

Tirtan masih bersimpuh di hadapan Ova yang hanya menatap mereka datar. Ova tak bereaksi sama sekali terhadapa apa yang Tirtan katakan. Walaupun Tirtan sudah menjelaskan semuanya. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Sedangkan Erlangga, pemuda itu masih menatap Ova. Ia tahu bahwa kehidupan adiknya mengalami masa yang sulit. Tapi di keadaan ini, memaksa dirinya memilih salah satu di antar kebahagiaan Ova atau kehidupan Jovanna. Tapi, sejak dulu Erlangga hanya memiliki Jovanna di sampingnya.

"Kenapa papa tidak pernah mencari Ova dan mama?" tanya Ova lirih.

Mendengar suara milik putrinya Tirtan mendongak. "Pamanmu tidak pernah mengizinkan papa bertemu dengan mama dan kamu. Sebelas tahun lalu, saat mamamu meninggal karena kecelakan dia bilang bahwa kamu juga pergi ikut bersamanya."

"Setelah mengetahui itu, papa hanya bisa pasrah. Papa hancur, bahkan papa tidak berpikir dimana kuburan kamu."

"Papa pernah mengurung dirinya Ova. Bahkan gue kehilangan kasih sayangnya selama hampir lima tahun, Ova."

Ova tersenyum miring, "bagaimana pun itu tidak menghilangkan penderitaan mama dan Ova selama ini," ucap gadis itu datar.

"Papa minta maaf," ujar Tirtan. Ova menghela nafas.

"Tapi tolong saudarimu," mohon Tirtan. Ova tersenyum miring, wajah yang terlihat sadis.

"Apa gunanya meminta maaf, kalau setelah itu anda merusak kebahagiaan Ova lagi?" tanya Ova.

"Lo nggak pernah ngerasaain takutnya kehilangan saudara, hanya kembaran gue yang gue punya Ova. Jadi jangan egois, biarin Draco untuk kembali ke adik gue!" suruh Erlangga.

"Kehilangan saudara? BAHKAN DARI KECIL AKU UDAH KEHILANGAN SEGALANYA! PAPA MAMA, SEMUA."

"KALIAN NGGAK MIKIR GIMANA NASIB OVA KE DEPANNYA KALAU SEGALANYA KALIANNREGUT GITU AJA," bentak Ova. Gadis itu benar-benar menangis.

Draco yang sedari tadi hanya diam. Ikut maju menarik Ova dalam dekapannya. "Tenang!" bisik Draco.

"Saya dan Ova sudah berusaha membenahi dan mengobati luka kami bersama. Jadi jangan buat luka baru, saya juga tidak ingin menjadi seperti anda. Kalau tingkah anda seperti ini apa bedanya dengan Nyonya Mailan?"

Tirtan merasa tertampar dengan keadaan. Benar, sekarang apa bedanya ia dengan Mailan? Bahkan dirinya lebih dari Mailan.

"Walaupun Ova mensetujuhi kalau dia menyerahkan saya ke Jovanna. Anda pikir saya mau bertunangan denganya?"

"JANGAN IKUT CAMPUR DRACO! LO HARUS MIKIRIN KESELAMATAN ADIK GUE JUGA!"

"Gue mikirin hidup gue sendiri, kalau saudara lo mati gara-gara bunuh diri. Itu sama sekali bukan salah gue, itu keputusan dia," ucap Draco kejam.

"LO-"

"CUKUP!" teriak itu bukan teriakan salah satu dari mereka. Melainkan matahari Ova sudah datang, Anresma Putra Alpana. Yang merupakan paman dari Ova.

"Paman!" ujar Ova, ia melihat keluarganya datang dengan wajah sendunya. Athena, sang bibi langsung merentangkan tanganya.

Ova yang memahami kode itu langsung berlari memeluknya. Ia menangis di sana. Memeluk erat sang bibi. Suasana mendadak hening, hanya bunyi tangisan Ova yang terdengar.

Dream Catcher & Black Shoes ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang