Dengan tangan yang masih menggenggam satu sama lain, Eltham dan Arhskyla masuk kedalam rumahnya. Bau alkohol menyengat menyambut kedatangan dua orang itu begitu memasuki ruang tamu.
Baik Arhskyla dan Eltham sama-sama menghentikan langkahnya.
Susan terlihat kacau dengan beberapa botol wine berserakan dekat kakinya, wanita itu tanpa tahu malu meminum wine langsung dari botolnya.
Susan menoleh saat menyadari ada yang memperhatikannya, wajahnya yang memerah mengukir senyum lebar.
"Oh anak tiri ku...hik... Yang cantiiikkk dan membanggakan....hik .... Nayla nakal di penjara....hik.... Aku tidak..." rancau Susan dengan cegukannya.
Eltham menahan lengan Arhskyla yang hendak mendekati wanita itu.
"Eltham..." Arhskyla menunjukkan tatapan memohonnya. "Mungkin aja aku bisa korek informasi dari dia."
"Dia mabuk dan pegang botol, bukan gak mungkin kalau tiba-tiba dia serang kamu."
"Ini kesempatan yang gak boleh aku sia-siakan." Arhskyla tidak merasakan kelu sedikit pun saat menggunakan kata aku.
Matanya melembut saat mendengar Arhskyla mengganti gue jadi aku, meski tahu itu hanya salah satu cara agar Eltham terbujuk, dia tetap menyukai perubahan itu. "Kamu tunggu disini, aku ambil semua botol-botol itu dulu. Setelah aman baru kita mulai interogasi dia."
Melihat Arhskyla mengagguk, Eltham melepaskan genggamannya.
Eltham lalu mengambil dan menjauhkan satu persatu barang yang berkemungkinan besar bisa melukai Arhskyla, mulai dari botol-botol kosong, gelas, vas di meja, serta ember es, terakhir dia merebut perlahan botol yang di pegang Susan.
Wanita itu tersenyum saat Eltham mengambil botol minuman nya. "Bocah tampan....hik... Tapi cintaku Dinathama....hik... Seorang....hik.... Cinta mati....hik."
"Sekarang boleh, tapi harus pegang tangan, jangan jauh-jauh." Eltham mengulurkan tangannya, dan Arhskyla menyambut dengan baik. Mereka duduk di kursi double sedangkan Susan berada di single sofa.
"Akan lebih baik kalau kita rekam semuanya. Mungkin gak bisa jadi bukti valid, tapi setidaknya kita punya pegangan kalau benar dia pelakunya."
"Boleh," jawab Arhskyla membuat cowok itu segera mengeluarkan ponsel serta dompet tebalnya. Eltham memposisikan dompetnya berdiri di meja hingga menjadi sandaran ponselnya, dia mengarahkan kamera belakangnya pada Susan.
"Anda kenal saya?" tanya Arhskyla yang langsung di angguki Susan. "Siapa saya?"
"...hik... Arh...skyla.... Anak tiri....hik... Dinathama kesayangannya..."
"Lalu siapa ibu kandungnya?"
Susan cengengesan seperti orang gila, "Hihihi... Sudah mati.... Jangan bahas...hik..."
"Kenapa bisa meninggal?"
Susan mengerucutkan bibirnya dengan mata berkaca-kaca. "Banyak nanya," keluh nya dengan nada merengek.
Tangan kanan Eltham yang sebelumnya menggenggam tangan Arhskyla beralih jadi rangkulan di bahu. Dia mengusapnya dengan perlahan saat menyadari amarah Arhskyla.
"Pelan-pelan," bisik Eltham pelan.
Arhskyla menghembuskan nafas nya perlahan. "Arista, kenapa bisa meninggal?"
Susan tiba-tiba berdiri dengan kedua tangan yang mengepal. "JANGAN SEBUT NAMA WANITA ITU!!!" teriak Susan sampai-sampai urat lehernya menonjol, setelah itu dia terhempas begitu saja ke sofa hingga kembali duduk dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH ✓
Teen FictionTentang Eltham yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semuanya berawal dari rasa penasaran Eltham pada gadis bermata indah yang menggagalkan percobaan bunuh diri sepupu nya. Memenuhi rasa penasarannya Eltham nekad pindah sekolah, dia memanfaatkan s...