Arhskyla dan Arista tengah berdiri di depan lift rumah sakit yang masih tertutup. Dua perempuan beda generasi itu hendak melihat keadaan Arehsky pasca kecelakaan sebulan yang lalu. Meski Arehsky mengalami luka cukup parah hingga masih koma sampai sekarang, keduanya sama-sama yakin jika pemuda itu akan segera membuka matanya. Do'a dan harapan tidak pernah putus untuk kesembuhan Arehsky.
'Ting'
Pintu lift itu akhirnya terbuka juga. Keduanya melangkah memasuki kotak besi itu setelah beberapa orang keluar dari dalamnya.
Saat pintu akan tertutup, terdengar seruan seseorang agar menahannya.
"Tunggu, tunggu!"
Arhskyla yang berdiri di dekat tombol lift langsung menekan tombol agar pintu yang hampir sepenuhnya tertutup, kembali terbuka.
"Makasih," ucap cewek yang baru memasuki lift itu.
Pintu besi itu tertutup setelah Arhskyla menekan lantai tujuannya.
Kerutan samar muncul di kening Arhskyla, saat melihat orang yang berdiri di samping mama nya memakai seragam yang sama dengannya. Dia kenal cewek itu karena sekelas dengannya.
"Arhskyla temen kamu bukan?" tanya Arista yang langsung diangguki Arhskyla.
Pertanyaan Arista membuat cewek yang sedari tadi menunduk itu menatap keduanya, mata sembab habis menangisnya membola melihat Arhskyla. Buru-buru dia memalingkan wajahnya.
Arista bisa menangkap dengan jelas jika teman putrinya itu tengah mengalami sesuatu hal berat. Dengan penuh perhatian Arista merangkul pundaknya, dia memberikan usapan menguatkan pada cewek itu.
"Something hard happened to you?" tanya Arista dengan lembut. Beberapa detik kemudian tubuh yang ia rangkul itu bergetar hebat, Arista langsung membawanya kedalam dekapan hangat. Dia membiarkan teman putrinya itu menangis dalam pelukannya.
Semua hal itu tak luput dari perhatian Arhskyla. Dia menyinggung kan senyum tipisnya, dalam hati Arhskyla sangat bersyukur bisa mendapatkan seorang ibu seperti Arista. Wanita hebat yang akan selalu jadi panutannya.
*#*#*#*
Bagai penyakit menular, gosip itu menyebar dengan cepat di ruang lingkup SMA De Hoogste.
Siswa, siswi, guru-guru, staf, penjaga kantin, satpam, bahkan sampai petugas kebersihan pun ramai membicarakan gosip itu. Gosip mengenai si murid baru kelas XII elite yang merupakan cucu dari Mr. Abraham, telah di tolak oleh si nomor satu.
Gosip itu tentunya membuat cewek yang sejak beberapa hari yang lalu gencar melakukan pendekatan pada Eltham panas bukan main.
"Sebenarnya apa sih yang gak gue punya, sampai-sampai si Eltham masih aja nempelin tuh cewek meski udah di tolak." Dengan emosi, Nayla menusuk lasagna nya menggunakan garpu yang sedari tadi di genggamannya. Cewek itu menatap meja nomor 17 di sebrang sana dengan iri dan dengki.
"Banyak Nay," ucap Dewi keceplosan. Dia langsung merapatkan mulutnya begitu menyadari ucapan nya sendiri.
Sambil memberikan tatapan membunuhnya pada Dewi, Nayla melipat tangannya di dada.

KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH ✓
Teen FictionTentang Eltham yang jatuh cinta untuk pertama kalinya. Semuanya berawal dari rasa penasaran Eltham pada gadis bermata indah yang menggagalkan percobaan bunuh diri sepupu nya. Memenuhi rasa penasarannya Eltham nekad pindah sekolah, dia memanfaatkan s...